BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO)/United Nations International Children s Emeregency Fund (UNICEF) memaparkan, cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan serta meneruskan menyusui anak sampai umur 2 tahun. Mulai 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya (Depkes RI, 2007). ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, sehingga ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan mendukung pertumbuhan serta perkembangan bayi secara optimal. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat, lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi dan lebih jarang sakit (Sulistyoningsih, 2011:67). ASI sudah diketahui keunggulannya, namun kecenderungan para ibu untuk tidak menyusui bayinya secara eksklusif semakin besar. Hal ini dapat dilihat dengan semakin besarnya jumlah ibu menyusui yang memberikan makanan tambahan lebih awal sebagai pengganti ASI. Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu sehingga dalam pemanfaatan ASI secara eksklusif kepada bayinya rendah, antara lain adalah pengaruh iklan/promosi pengganti 1
2 ASI, ibu bekerja, lingkungan sosial budaya, pendidikan, pengetahuan yang rendah serta dukungan suami yang rendah (Depkes RI, 2007). Makin banyak pilihan produk dan merk susu formula untuk bayi berusia di bawah 6 bulan di Indonesia. Meski begitu, sebaiknya orang tua yang memiliki bayi pada usia tersebut harus ekstra hati-hati pada saat memutuskan memilih susu formula. Sudah sangat sering diulas oleh dokter anak maupun ahli gizi anak bahwa satu-satunya makanan terbaik untuk bayi adalah ASI (IDAI, 2006). Setiap tahun terdapat 1-1,5 juta bayi di dunia meninggal karena tidak diberi ASI secara Eksklusif kepada bayinya. Akan tetapi, masih banyak ibu yang kurang memahami manfaat pentingnya pemberian ASI untuk bayi, ASI eksklusif sangat penting sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena semua kandungan gizi ada pada ASI yang sangat berguna. Kurangnya pengetahuan ibu menyebabkan pada akhirnya ibu memberikan susu formula yang berbahaya bagi kesehatan bayi (WHO, 2013). Hasil penelitian Erfiana (2012) tentang faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula yaitu pengetahuan, menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 8 responden (34,8%), sedangkan pada ibu yang tidak memberikan susu formula sebagian besar pengetahuan baik yaitu sebanyak 30 responden (90,9%) sehingga pengetahuan ibu mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi. UNICEF menyebutkan bukti ilmiah yang dikeluarkan oleh Journal Pediatric tahun 2006, terungkap data bahwa bayi yang diberi susu formula
3 memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dari pada bayi yang disusui ibunya secara eksklusif. Menurut UNICEF faktor penghambat terbentuknya kesadaran orang tua dalam pemberian ASI ekslusif adalah ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara/teknik menyusui yang benar, serta pemasaran yang di gencarkan secara agresif oleh produsen susu (UNICEF, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwinda (2006) mengatakan bahwa, bayi yang diberi susu formula mengalami kesakitan diare 10 kali lebih banyak yang menyebabkan angka kematian bayi juga 10 kali lebih banyak, infeksi usus karena bakteri dan jamur 4 kali lipat lebih banyak, sariawan mulut karena jamur 6 kali lebih banyak. Peraturan Pemerintah (PP) ASI sebagai amanat Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2012 tentang Kesehatan mengatur tentang pemberian ASI Eksklusif bagi bayi, pembatasan susu formula, termasuk pembatasan pengiklanan produk dan pembentukan ruangan menyusui di perusahaan (PP RI, 2012). Menkes menyebutkan bahwa petugas kesehatan dilarang bekerja sama dengan perusahaan yang memproduksi susu formula. PP itu akan diatur bahwa susu formula bagi anak berusia di bawah setahun tidak boleh diiklankan (PP RI, 2012). Faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula yaitu tindakan tenaga kesehatan, Ibu yang tidak memberikan susu formula sebagian besar oleh tindakan tenaga kesehatan baik sebanyak 28 responden (90,3%)
4 sehingga peran petugas kesehatan sangat mempengaruhi ibu dalam memberikan susu formula (Erfiana, 2012). Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia, memaparkan bahwa ada 28 % bayi di Indonesia yang diberikan ASI eksklusif pada tahun 2002. Angka ini meningkat menjadi 32 % pada tahun 2007. Jumlah bayi yang diberi susu formula juga mengalami peningkatan. Tercatat ada 17 % bayi yang diberi susu formula di tahun 2002 dan angka ini meningkat menjadi 27,9 % di tahun 2007 (SDKI, 2007). Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang (DKK Semarang) tahun 2010 menyebutkan bahwa cakupan ASI eksklusif di Kota Semarang yaitu 37,26 %, pada tahun 2011 ada peningkatan sebesar 7,83 % menjadi 45,09 %. Data DKK Semarang tahun 2012, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kota Semarang telah mencapai target renstra (45 %) dan bila dibandingkan dengan target nasional masih di bawah target (80%). Sedangkan bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2011 ada peningkatan dari 45,09 % menjadi 64,01 % pada tahun 2012 (Dinkes, 2012). Hal ini diduga karena adanya komitmen petugas kesehatan untuk membantu ibu yang mengalami kesulitan dalam menyusui, ada peningkatan pengetahuan ibu tentang manfaat menyusui dan cara menyusui yang tepat serta dukungan dari keluarga, adanya komitmen pengambil kebijakan dengan keluarnya Peraturan Walikota Semarang (Perwal) No:7 Tanggal 16 Januari 2013 Tentang Program Peningkatan Pemberian ASI eksklusif di Kota Semarang (Dinkes, 2013)
5 Salah satu puskesmas dengan cakupan ASI eksklusif terendah yaitu di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. Tahun 2010 pencapaian ASI eksklusif di Puskesmas Bangetayu sebesar 41,31 % dan pada tahun 2011 menurun menjadi 28,57 %. Data dari DKK Kota Semarang, pada tahun 2012 cakupan ASI eksklusif meningkat yaitu 49,04 tetapi masih di bawah target nasional sebesar 64,01 %. (Dinkes, 2012). Data yang diambil pada bulan Maret tahun 2013 di Puskesmas Bangetayu dari 201 bayi hanya 49 (15,2 %) bayi yang diberi ASI eksklusif dan cakupan pemberian ASI ekslusif masih sangat rendah bila dibandingkan dengan pencapaian target di Kota Semarang yaitu 49,04 %. Hasil studi pendahuluan bayi usia di bawah 6 bulan hanya 3 dari 10 bayi yang diberi ASI eksklusif, sedangkan yang lainnya sudah diberi susu formula. Hasil wawancara dengan 10 orang ibu yang mempunyai bayi usia di bawah 6 bulan adalah 7 orang ibu tidak mengetahui efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang tahun 2013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut Bagaimana gambaran pengetahuan ibu
6 tentang efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang tahun 2013?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengetahuan ibu tentang efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula, efek pemberian susu formula terhadap kesehatan, sosial ekonomi keluarga, kejadian infeksi dan alergi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Pembaca Penelitian ini dapat memberikan gambaran serta pengetahuan tentang bagaimana efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan. b. Bagi Ibu Memberikan tambahan pengetahuan pada ibu tentang pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan ibu akan mengetahui tentang bagaimana efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan.
7 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Dapat meningkatkan pengetahuan dan penulis mampu untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan di lahan secara langsung khususnya tentang efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan. b. Bagi Masyarakat Masyarakat mendapatkan tambahan pengetahuan serta wawasan tentang efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan dan mengetahui makanan yang baik dan benar untuk bayi usia sampai 6 bulan. c. Bagi institusi Pendidikan Kebidanan Sebagai bahan kajian dalam pengajaran mata kuliah dan referensi dalam penelitian selanjutnya serta pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis. d. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan dalam kebijakan untuk pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan bayi tidak diberikan susu formula pada usia tersebut.
8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun 1. Promosi susu formula menghambat pemberian ASI Ekslusif pada bayi 6-11 bulan di Kelurahan Pa Baeng Baeng Makasar, Ridwan Amiruddin, Rostia/2006. Sasaran Ibu yang mempunya i bayi usia 6-11 bulan sebanyak 86 orang di Kelurahan Pa Baeng- Baeng Makasar. Variabel yang ditelti Promosi susu formula menghambat pemberian ASI Ekslusif. Metode observasi onal dengan desain crossecti onal study. Hasil Ada hubungan antara promosi susu formula dengan pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 6-11 bulan, serta ada hubungan antara pengetahuan ibu,sosial ekonomi,pekerjaan ibu dan KIE petugas kesehatan dengan pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 6-11 bulan. 2. Pengaruh pemberian kombinasi asi dan susu formula yang mengandung probiotik terhadap peningkatan berat badan dengan SC di jalan Pastur No.38, Bandung,Tetty Yuniati, Abdurrahman Sukadi, November 2009-Oktober 2010. 3. Dampak paparan iklan susu formula terhadap cakupan pemberian ASI ekslusif di wilayah Kelurahan Cipedes, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Lilik Hidayanti,Susilowati,200 7. Bayi yang lahir dengan SC sesuai masa kehamilan, lahir tunggal,da n berat badan lahir 2500 gram. 67 bayi yang berumur 6-7 bulan dengan responden nya adalah ibu. Bebas: Pemberian kombinasi ASI. Terikat: Peningkatan BB bayi lahir dengan SC. Bebas: Paparan iklan susu formula Terikat: Pemberian ASI ekslusif. clinical trial phase II dengan metode randomiz ed open label. survei deskriptif dan desain penelitia n cross sectional. Pemberian kombinasi ASI dengan susu formula probiotik tidak memberikan pengaruh secara bermakna (p>0,05)terhadap peningkatan berat badan bayi bila dibandingkan dengan kontrol Ada hubungan paparan iklan susu formula dengan pemberian ASI ekslusif. Dlam penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa paparan iklan susu formula berdampak 4 % untuk menurunkan status pemberian ASI secara ekslusif. 4. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Bidan Praktek Swasta Hj. Renik Suprapti Kelurahan Bantarsoka Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas, Ririn Indrawati Puspitasari, 2011. Ibu yang mempunya i bayi usia 0-6 bulan yang memberika n susu formula. Pendidikan, pekerjaan,pe nghasilan, pengetahuan tentang ASI. deskriptif kuantitati f, pendekat an cross sectional. Faktor-faktor ibu yang memberikan susu formula yaitu ibu yang berpendidikan SMA, bekerja diluar rumah, berpenghasilan Rp500.000-Rp1.000.000, dan ibu yang berpengetahuan baik tentang ASI.
9 No Judul, Nama, Tahun 5. Hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu, Cucu Suherna, Fatmalina Febry, Rini Mutahar, 2009. Sasaran Bayi yang berusia 0-24 bulan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu yaitu 660 orang. Variabel yang ditelti Bebas: Kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan Terikat: Pemberian susu formula. Metode survei analitik dengan pendekat an cross sectional. Hasil Ada hubungan antara penggunaan air untuk mengencerkan susu, cara membersihkan botol susu, kebiasaan cuci tangan sebelum mengencerkan susu dan jenis susu formula dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang diteliti yaitu pengetahuan tentang efek pemberian susu formula. Desain penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey, pendekatan cross sectional dan obyek penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi usia di bawah 6 bulan yang diberi susu formula serta lokasi penelitian di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang tahun 2013.