BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO)/United Nations International

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 12 bulan dan

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA BAYI USIA DIBAWAH 6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya terpenuhi (Depkes RI dalam Pratiwi, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

Oleh: Ririn Indrawati Puspitasari, SST Program studi DIII Kebidanan Stikes Harapan Bangsa ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi. ASI ibarat emas yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serius bila tidak ditangani dengan baik. Menurut the North American

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. Air susu ibu (ASI) merupakan air susu yang berasal dari payudara ibu. Di

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

HUBUNGAN KETERTARIKAN IKLAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKKSLUSIF DI POSYANDU DESA KEMUDO PRAMBANAN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. orangan, keluarga maupun masyarakat. Pelayanan antenatal adalah pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

Dukungan Suami dengan Kemauan Ibu Hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif 62

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO)/United Nations International Children s Emeregency Fund (UNICEF) memaparkan, cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan serta meneruskan menyusui anak sampai umur 2 tahun. Mulai 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya (Depkes RI, 2007). ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, sehingga ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan mendukung pertumbuhan serta perkembangan bayi secara optimal. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat, lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi dan lebih jarang sakit (Sulistyoningsih, 2011:67). ASI sudah diketahui keunggulannya, namun kecenderungan para ibu untuk tidak menyusui bayinya secara eksklusif semakin besar. Hal ini dapat dilihat dengan semakin besarnya jumlah ibu menyusui yang memberikan makanan tambahan lebih awal sebagai pengganti ASI. Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu sehingga dalam pemanfaatan ASI secara eksklusif kepada bayinya rendah, antara lain adalah pengaruh iklan/promosi pengganti 1

2 ASI, ibu bekerja, lingkungan sosial budaya, pendidikan, pengetahuan yang rendah serta dukungan suami yang rendah (Depkes RI, 2007). Makin banyak pilihan produk dan merk susu formula untuk bayi berusia di bawah 6 bulan di Indonesia. Meski begitu, sebaiknya orang tua yang memiliki bayi pada usia tersebut harus ekstra hati-hati pada saat memutuskan memilih susu formula. Sudah sangat sering diulas oleh dokter anak maupun ahli gizi anak bahwa satu-satunya makanan terbaik untuk bayi adalah ASI (IDAI, 2006). Setiap tahun terdapat 1-1,5 juta bayi di dunia meninggal karena tidak diberi ASI secara Eksklusif kepada bayinya. Akan tetapi, masih banyak ibu yang kurang memahami manfaat pentingnya pemberian ASI untuk bayi, ASI eksklusif sangat penting sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena semua kandungan gizi ada pada ASI yang sangat berguna. Kurangnya pengetahuan ibu menyebabkan pada akhirnya ibu memberikan susu formula yang berbahaya bagi kesehatan bayi (WHO, 2013). Hasil penelitian Erfiana (2012) tentang faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula yaitu pengetahuan, menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 8 responden (34,8%), sedangkan pada ibu yang tidak memberikan susu formula sebagian besar pengetahuan baik yaitu sebanyak 30 responden (90,9%) sehingga pengetahuan ibu mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi. UNICEF menyebutkan bukti ilmiah yang dikeluarkan oleh Journal Pediatric tahun 2006, terungkap data bahwa bayi yang diberi susu formula

3 memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dari pada bayi yang disusui ibunya secara eksklusif. Menurut UNICEF faktor penghambat terbentuknya kesadaran orang tua dalam pemberian ASI ekslusif adalah ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara/teknik menyusui yang benar, serta pemasaran yang di gencarkan secara agresif oleh produsen susu (UNICEF, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwinda (2006) mengatakan bahwa, bayi yang diberi susu formula mengalami kesakitan diare 10 kali lebih banyak yang menyebabkan angka kematian bayi juga 10 kali lebih banyak, infeksi usus karena bakteri dan jamur 4 kali lipat lebih banyak, sariawan mulut karena jamur 6 kali lebih banyak. Peraturan Pemerintah (PP) ASI sebagai amanat Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2012 tentang Kesehatan mengatur tentang pemberian ASI Eksklusif bagi bayi, pembatasan susu formula, termasuk pembatasan pengiklanan produk dan pembentukan ruangan menyusui di perusahaan (PP RI, 2012). Menkes menyebutkan bahwa petugas kesehatan dilarang bekerja sama dengan perusahaan yang memproduksi susu formula. PP itu akan diatur bahwa susu formula bagi anak berusia di bawah setahun tidak boleh diiklankan (PP RI, 2012). Faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula yaitu tindakan tenaga kesehatan, Ibu yang tidak memberikan susu formula sebagian besar oleh tindakan tenaga kesehatan baik sebanyak 28 responden (90,3%)

4 sehingga peran petugas kesehatan sangat mempengaruhi ibu dalam memberikan susu formula (Erfiana, 2012). Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia, memaparkan bahwa ada 28 % bayi di Indonesia yang diberikan ASI eksklusif pada tahun 2002. Angka ini meningkat menjadi 32 % pada tahun 2007. Jumlah bayi yang diberi susu formula juga mengalami peningkatan. Tercatat ada 17 % bayi yang diberi susu formula di tahun 2002 dan angka ini meningkat menjadi 27,9 % di tahun 2007 (SDKI, 2007). Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang (DKK Semarang) tahun 2010 menyebutkan bahwa cakupan ASI eksklusif di Kota Semarang yaitu 37,26 %, pada tahun 2011 ada peningkatan sebesar 7,83 % menjadi 45,09 %. Data DKK Semarang tahun 2012, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kota Semarang telah mencapai target renstra (45 %) dan bila dibandingkan dengan target nasional masih di bawah target (80%). Sedangkan bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2011 ada peningkatan dari 45,09 % menjadi 64,01 % pada tahun 2012 (Dinkes, 2012). Hal ini diduga karena adanya komitmen petugas kesehatan untuk membantu ibu yang mengalami kesulitan dalam menyusui, ada peningkatan pengetahuan ibu tentang manfaat menyusui dan cara menyusui yang tepat serta dukungan dari keluarga, adanya komitmen pengambil kebijakan dengan keluarnya Peraturan Walikota Semarang (Perwal) No:7 Tanggal 16 Januari 2013 Tentang Program Peningkatan Pemberian ASI eksklusif di Kota Semarang (Dinkes, 2013)

5 Salah satu puskesmas dengan cakupan ASI eksklusif terendah yaitu di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. Tahun 2010 pencapaian ASI eksklusif di Puskesmas Bangetayu sebesar 41,31 % dan pada tahun 2011 menurun menjadi 28,57 %. Data dari DKK Kota Semarang, pada tahun 2012 cakupan ASI eksklusif meningkat yaitu 49,04 tetapi masih di bawah target nasional sebesar 64,01 %. (Dinkes, 2012). Data yang diambil pada bulan Maret tahun 2013 di Puskesmas Bangetayu dari 201 bayi hanya 49 (15,2 %) bayi yang diberi ASI eksklusif dan cakupan pemberian ASI ekslusif masih sangat rendah bila dibandingkan dengan pencapaian target di Kota Semarang yaitu 49,04 %. Hasil studi pendahuluan bayi usia di bawah 6 bulan hanya 3 dari 10 bayi yang diberi ASI eksklusif, sedangkan yang lainnya sudah diberi susu formula. Hasil wawancara dengan 10 orang ibu yang mempunyai bayi usia di bawah 6 bulan adalah 7 orang ibu tidak mengetahui efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang tahun 2013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut Bagaimana gambaran pengetahuan ibu

6 tentang efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang tahun 2013?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengetahuan ibu tentang efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula, efek pemberian susu formula terhadap kesehatan, sosial ekonomi keluarga, kejadian infeksi dan alergi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Pembaca Penelitian ini dapat memberikan gambaran serta pengetahuan tentang bagaimana efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan. b. Bagi Ibu Memberikan tambahan pengetahuan pada ibu tentang pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan ibu akan mengetahui tentang bagaimana efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan.

7 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Dapat meningkatkan pengetahuan dan penulis mampu untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan di lahan secara langsung khususnya tentang efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan. b. Bagi Masyarakat Masyarakat mendapatkan tambahan pengetahuan serta wawasan tentang efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan dan mengetahui makanan yang baik dan benar untuk bayi usia sampai 6 bulan. c. Bagi institusi Pendidikan Kebidanan Sebagai bahan kajian dalam pengajaran mata kuliah dan referensi dalam penelitian selanjutnya serta pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis. d. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan dalam kebijakan untuk pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan bayi tidak diberikan susu formula pada usia tersebut.

8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun 1. Promosi susu formula menghambat pemberian ASI Ekslusif pada bayi 6-11 bulan di Kelurahan Pa Baeng Baeng Makasar, Ridwan Amiruddin, Rostia/2006. Sasaran Ibu yang mempunya i bayi usia 6-11 bulan sebanyak 86 orang di Kelurahan Pa Baeng- Baeng Makasar. Variabel yang ditelti Promosi susu formula menghambat pemberian ASI Ekslusif. Metode observasi onal dengan desain crossecti onal study. Hasil Ada hubungan antara promosi susu formula dengan pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 6-11 bulan, serta ada hubungan antara pengetahuan ibu,sosial ekonomi,pekerjaan ibu dan KIE petugas kesehatan dengan pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 6-11 bulan. 2. Pengaruh pemberian kombinasi asi dan susu formula yang mengandung probiotik terhadap peningkatan berat badan dengan SC di jalan Pastur No.38, Bandung,Tetty Yuniati, Abdurrahman Sukadi, November 2009-Oktober 2010. 3. Dampak paparan iklan susu formula terhadap cakupan pemberian ASI ekslusif di wilayah Kelurahan Cipedes, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Lilik Hidayanti,Susilowati,200 7. Bayi yang lahir dengan SC sesuai masa kehamilan, lahir tunggal,da n berat badan lahir 2500 gram. 67 bayi yang berumur 6-7 bulan dengan responden nya adalah ibu. Bebas: Pemberian kombinasi ASI. Terikat: Peningkatan BB bayi lahir dengan SC. Bebas: Paparan iklan susu formula Terikat: Pemberian ASI ekslusif. clinical trial phase II dengan metode randomiz ed open label. survei deskriptif dan desain penelitia n cross sectional. Pemberian kombinasi ASI dengan susu formula probiotik tidak memberikan pengaruh secara bermakna (p>0,05)terhadap peningkatan berat badan bayi bila dibandingkan dengan kontrol Ada hubungan paparan iklan susu formula dengan pemberian ASI ekslusif. Dlam penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa paparan iklan susu formula berdampak 4 % untuk menurunkan status pemberian ASI secara ekslusif. 4. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Bidan Praktek Swasta Hj. Renik Suprapti Kelurahan Bantarsoka Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas, Ririn Indrawati Puspitasari, 2011. Ibu yang mempunya i bayi usia 0-6 bulan yang memberika n susu formula. Pendidikan, pekerjaan,pe nghasilan, pengetahuan tentang ASI. deskriptif kuantitati f, pendekat an cross sectional. Faktor-faktor ibu yang memberikan susu formula yaitu ibu yang berpendidikan SMA, bekerja diluar rumah, berpenghasilan Rp500.000-Rp1.000.000, dan ibu yang berpengetahuan baik tentang ASI.

9 No Judul, Nama, Tahun 5. Hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu, Cucu Suherna, Fatmalina Febry, Rini Mutahar, 2009. Sasaran Bayi yang berusia 0-24 bulan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu yaitu 660 orang. Variabel yang ditelti Bebas: Kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan Terikat: Pemberian susu formula. Metode survei analitik dengan pendekat an cross sectional. Hasil Ada hubungan antara penggunaan air untuk mengencerkan susu, cara membersihkan botol susu, kebiasaan cuci tangan sebelum mengencerkan susu dan jenis susu formula dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang diteliti yaitu pengetahuan tentang efek pemberian susu formula. Desain penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey, pendekatan cross sectional dan obyek penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi usia di bawah 6 bulan yang diberi susu formula serta lokasi penelitian di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang tahun 2013.