BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini kegiatan pariwisata telah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia pada umumnya, yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu. Sehingga teori yang menyatakan bahwa pendapatan digunakan untuk pemenuhan konsumsi: sandang, papan, dan pangan, saat ini telah bertambah menjadi sandang, panagan, papan dan jalan-jalan. Diperkirakan bahwa pariwisata menjadi industri terbesar pada abad ke dua puluh satu, berdasarkan hasil riset dan penelitian yang dilakukan terhadap 400 orang pemimpin perusahaan terbesar di dunia dan perkembangan wisatawan diperkirakan bertambah 10% per tahun. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjadi tujuan wisata di dunia, karena wilayah Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata. Hal ini didukung oleh keanekaragaman budaya serta keindahan alamnya. Kesemuanya merupakan unsur sumber daya yang memiliki potensi besar untuk area wisata. Pada saat ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melakukan pengembangan disektor pariwisata untuk meningkatkan pendapatan devisa Negara. Industri pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sektor pariwisata telah menarik perhatian masyarakat, dengan kemampuannya menghasilkan devisa yang besar pada Negara dan menyerap 7.36 juta tenaga kerja pada tahun 2001. Sehingga diperkirakan 12 juta penduduk Indonesia tergantung pada kegiatan pariwisata nasional (Marpaung, 2000:1). Untuk memperkenalkan berbagai macam pariwisata itu kepada orangorang maka dibutuhkan semacam promosi yang disebut tourism publicity atau publisitas pariwisata. Pedoman ini membantu untuk memperoleh neraca keseimbangan antara permintaan pariwisata dan fasilitas serta pelayanan 1
pariwisata. Hasil penelitian disimpulkan bahwa pariwisata zaman ini menunjukkan potensi objek wisata harus diperkenalkan melalui publisitas. Metode publisitas menyediakan fasilitas kepariwisataan dengan prinsipprinsip memberi sugesti. Media publisitas pariwisata terdiri dari: materi tercetak, iklan, proyeksi dan bentuk struktural. Media bentuk struktural ini mulai banyak berkembang, merupakan media yang berbentuk bangunan atau konstruksi, bentuk ini harus mencerminkan kepribadian wilayah yang diwakilinya, atau dengan kata lain arsitektur media struktural harus mengungkapkan keaslian dan kepribadian wilayah itu sendiri kepada dunia luar. Benda-benda, dekorasi dan perabotannya yang ada dalam bangunan ini harus banyak berbicara kepada publik yang mengunjunginya benar-benar mewakili wilayahnya. Konsep ini dapat dimaksimalkan dengan konsep berbagai pelayanan yang satu padukan. Media publisitas ini media dalam bentuk struktural ini, akhir-akhir ini mendapat sambutan yang baik dan terus meningakat dalam masyarakat. Media ini juga menguntungkan bagi industri perhotelan, biro perjalanan,budaya dan politik setempat (Pendit, 1980: 237). Salah satu bentuk struktural berupa Tourism Information Center (TIC) atau Pusat Informasi Wisata (PIW). PIW sangat penting dalam sebuah komunitas wilayah yang memiliki banyak potensi wisata. PIW ini penting karena pusat inilah yang melakukan kontak pertama dengan sebagian besar wisatawan yang datang mengunjungi sebuah komunitas dan komunitas inilah yang bertanggungjawab menciptakan kesan pertama yang diterima wisatawan, instansi resmi di bawah kantor Pariwisata yang memiliki sumber terpercaya memberi informasi yang jelas kepada pengunjung, memudahkan wisatawan mendapatkan jawaban yang dapat dipercaya, mengarahkan perjalan wisatawan sehingga teratur dan menjawab semua kebutuhan para wisatawan (Mill, 2000: 303). Demikian halnya dengan Kabupaten Tana Toraja, membutuhkan media publisitas bentuk struktural ini untuk mendukung perkembangan kepariwisataan di Tana Toraja. Selain alasan tersebut di atas, perlunya PIW ini 2
karena di Tana Toraja tidak ada sebuah instansi resmi yang dipercaya memberi informasi yang akurat selain Kantor Pariwisata yang mengurus pariwisata di Tana Toraja. Sejauh ini Kantor pariwisata hanya bergarak dalam memberi informasi melalui media cetak dan pameran di beberapa tempat. Tana Toraja berpotensi besar dalam bidang pariwisata. Kunjungan wisatawan ke Tana Toraja dari tahun 2000-2003 masih didominasi oleh wisatawan mancanegara sebanyak 109.000 orang, kemudian dari tahun 2004 hingga sekarang wisatawan yang datang ke Toraja didominasi oleh wisatawan dalam negeri. Data kantor Pariwisata Tana Toraja pada tahun 2005, Toraja memiliki banyak potensi wisata berupa wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, dan wisata agro. Pusat Informasi Wisata ini direncanakan dengan menciptakan konsep berbagai pelayanan yang dipadukan dalam satu tempat dengan menyediakan fasilitas berupa museum, exhibition hall, perpustakaan dan ruang audoi visual. Selain itu teknologi informasi di Tana Toraja belum berkembang dengan maksimal sehingga gabungan beberapa fasilitas akan sangat membantu promosi pariwisata di Tana Toraja. Untuk mendukung keberadaan media ini maka diletakkan di tempat yang strategis di sepanjang jalur utama yaitu kota Makale sebagai Ibukota Tana Toraja. Untuk menciptakan sebuah bangunan dengan arsitektur yang mencerminkan budaya dan kehidupan Toraja dengan gaya bangunan yang tidak biasa, yaitu dengan menggunakan konsep pendekatan desain bangunan tadisional Tana Toraja yaitu Tongkonan sebagai acuan perancangan. Bangunan ini berfungsi tempat tinggal, pusat pembinaan keuarga, tempat melaksanakan kegiatan sosial, dan tempat upacara religi bagi keluarga yang memilikinya. Bangunan ini akan diatur sehingga menjadi land mark kota Toraja sesuai konsep bangunan Tongkonan, dengan pengolahan yang menarik pada tata luar ruang maupun tata ruang dalam dan pengolahan dibuat monumental sehingga para wisatawan tergerak untuk terhenti tanpa harus merasa bahwa mereka sedang menyimpang dari tujuan semula yang telah direncanakan. 3
1.2 Rumusan masalah Bagaimana merancang pusat informasi dan promosi wisata di Tana Toraja, dengan desain bangunan Tongkonan sebagai acuan perancangan. 1.3 Tujuan Merancang pusat informasi dan promosi wisata di Tana Toraja, dengan desain bangunan Tongkonan sebagai acuan perancangan. 1.4 Sasaran 1. Melakukan studi tentang informasi dan promosi wisata. 2. Melakikan studi tentang pusat informasi wisata dan promosi wisata dengan mengacu pad pusata informasi wisata di Malaysia yaitu Sedctourism Waterfront dan pusat informasi wisata di Taipei, Taiwan yaitu China National Concert Hall, Tourism and Cultural Center. 3. Melakukan studi tentang jenis informasi dan promosi wisata. 4. Melakukan studi tentang Tana Toraja. 5. Melakukan studi tentang budaya Toraja. 6. Melakukan studi tentang bentuk dan tampilan fisik bangunan Tongkonan. 1.5 Lingkup pembahasan 1. Wisata berbagai jenis meliputi/ dibatasi pada wisata di Tana Toraja (wisata alam dan budaya). 2. Pusat informasi dan promosi wisata terdiri dari exhibition hall, museum mini, perpustakaan dan ruang audio-visual. 3. Tana Toraja dibatasi pada hal yang berhubungan pemilihan site untuk bangunan pusat informasi dan promosi wisata serta hal-hal yang berhubungan dengan keadaan masyarakat di dalamnya. 4. Prinsip-prinsip ruang informasi dan promosi wisata meliputi exhibition hall, museum mini, perpustakaan dan ruang audio-visual. 4
5. Prinsip-prinsip desain bangunan Tongkonan meliputi bentuk fisik, tampilan dan struktur bangunan Tongkonan serta elemen-elemen arsitektural yang disimbolkan pada Tongkonan berupa ornamen. 1.6 Metode 1.6.1 Metode Pengumpulan Data Wawancara Ditujukan pada para pengamat/ pengelola budaya dan wisata, Kantor Dinas Pariwisata, pengelola tempat-tempat wisata di Tana Toraja Observasi Melakukan pengamatan langsung terhadap gedung-gedung informasi, promosi, budaya yang telah ada sebelumnya di Tana Toraja. Studi pustaka Mempelajari buku-buku tentang wisata (promosi dan informasi wisata), budaya Toraja serta bangunan Tongkonan. Studi banding Melakukan pengamatan langsung bangunan sejenis di Toraja serta dari pustaka (Sedctourism Waterpark di Malaysia dan pusat informasi wisata di China) dengan melakukan studi terhadap fasilitas pendukung, pola peruangan pada bangunan tersebut dan penggunaan material. 1.6.2 Metode Menganalisis Data Jumlah pengunjung wisata yang datang ke Toraja pada tahun 2005 Kuantitaf: Jumlah pengunjung wisatawan yang datang ke Toraja pada tahun 2005 adalah: Wisatawan mancanegara sebanyak 40.120 dan wisatawan lokal sebanyak 46.080. Sumber: dinas pariwisata Tana Toraja tahun 2005 5
Kualitatif: Data pengunjung wisatawan ke Tana Toraja tahun 2005, maka wisatawan lebih didominasi oleh wisatawan lokal dengan selisih sekitar 5.960 orang wisatawan lokal. 1.6.3 Metode Perancangan Metode yang digunakan dalam merancang gedung pusat informasi dan promosi wisata di Makale Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan dengan melakukan pendekatan terhadap prinsip-prinsip bangunan tradisional Toraja yaitu Tongkonan. Penekanan desain dilakukan melalui penggunaan material, pegolahan fasad dan elemen-elemen pendukung bangunan serta memaksimalkan fungsi-fungsi dan penataan ruang. 1.6.4 Metode Penataan Konsep penataan yang digunakan adalah pola sirkulasi linear, dengan pusat informasi sebagai pusat dari rangkaian ruang-ruang pendukung dalam bangunan dan sirkulasi sebagai penghubung semua ruang. Sehingga pencapaian lebih mudah ke masing-masing ruang yang ada di pusat informasi dan promosi wisata ini. 1.7 Sistematika Penulisan Bab 1 Pendahuluan Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode dan sistematikan penulisan Bab 2 Tinjauan Gedung Informasi dan Promosi Wisata di Toraja Mengungkapkan tinjauan terhadap gedung informasi dan promosi wisata di Toraja, potensi serta fasilitas yang menyertainya. 6
Contoh: jumlah, lokasi, dan penyebaran gedung informasi dan promosi wisata di Toraja, dan kualitas serta fasilitas-fasilitas yang ada pada gedung tersebut. Bab 3 Tinjauan Teoritis Informasi dan Promosi Wisata serta Bangunan Tongkonan di Tana Toraja. Mengungkapkan design requirement gedung informasi dan promosi wisata dengan mengacu pada bangunan informasi dan promosi wisata, serta teori tentang struktur dan elemen-elemen desain bangunan Tongkonan. Contoh: kebutuhan ruang pada gedung informasi dan promosi wisata, ukuran/ dimensi ruang berdasarkan standar, hal-hal yang diperlukan dalam mendesain ruang-ruang pada gedung (penghawaan, kenyamanan, akustik, dsb) serta warna, material, serta bagaimana elemen-elemen tersebut dapat mencitrakan bangunan tradisional Toraja yaitu Tongkonan. Bab 4 Analisis Menuju Konsep Perencanaan dan Perancangan Informasi dan Promosi Wisata. Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode yang diaplikasikan pada site terpilih di Tana Toraja. Contoh: analisis terhadap desain gedung Informasi dan Promosi Wisata yang dapat diwujudkan dalam bentuk bangunan yang kontekstual terhadap bentuk fisik dan tampilan bangunan tradisional Toraja dengan mengadaptasi bentuk- bentuk yang ada pada bangunan Tongkonan. 7
Bab 5 Konsep Perencanaan Dan Perancangan Gedung Informasi Dan Promosi Wisata Mengungkapkan konsep-konsep yang akan ditransformasikan ke dalam rancangan fisik arsitektural. Contoh: konsep desain gedung Informasi dan Promosi Wisata yang dapat diwujudkan dalam bentuk bangunan yang kontekstual terhadap bentuk fisik bangunan tradisional Toraja dengan mengadaptasi bentuk-bentuk yang ada pada bangunan Tongkonan. 8