BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Candida albicans 1. Klasifikasi Berdasarkan toksonomi menurut Dumilah (1992) adalah sebagai berikut : Divisio Classis Ordo Familia Sub Familia Genus Spesies : Eumycotina : Deuteromycetes : Moniliales : Cryptococcaceae : Candidoidea : Candida : Candida albicans 2. Morfologi Candida albicans secara mikroskopis berbentuk oval dengan ukuran 2-5 x 3-6 mikron. Biasanya dijumpai clamydospora yang tidak ditemukan pada spesies Candida yang lain dan merupakan pembeda pada spesies tersebut, hanya Candida albicans yang mampu menghasilkan Clamydospora yaitu spora yang dibentuk karena hifa, pada tempat-tempat tertentu membesar, membulat, dan dinding menebal, letaknya di terminal, lateral (Jawetz., 2004).
3. Reproduksi Candida albicans memperbanyak diri dengan spora yang dibentuk langsung dari hifa tanpa adanya peleburan inti dan berbentuk tunas. Candida membentuk pseudohifa yang sebenarnya adalah rangkaian blastospora yang bercabang-cabang (Jawetz., 2004). 4. Biakan Candida albicans dibiakan pada media Sabaroud Glukosa Agar selama 2-4 hari pada suhu 37 C atau suhu ruang akan tampak koloni berbentuk bulat, warna krem, diameter 1-2 mm, konsistensi smooth, mengkilat, bau seperti ragi. Besar koloni tergantung pada umur biakan, tepi koloni terlihat hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam media, pada media cair biasanya tumbuh pada dasar tabung (Dumilah., 1992). Pembentukan kecambah dari blastospora sebagai perpanjangan filamentosa (Germ Tube Test) dalam waktu inkubasi 1-2 jam pada suhu 37 C dijumpai pada media yang mengandung faktor protein misalnya putih telur, serum atau plasma darah (Dumilah., 1992). Pembentukan klamidospora yaitu spora aseksual pada bagian tengah atau ujung hifa yang membentuk dinding tebal, dijumpai pada media Corn Meal Agar (Jawetz., 2004).
Tabel 1 : Uji biokimia pada Candida albicans Uji biokimia Hasil Glukosa Laktosa Sukrosa Maltosa Positif, gas positif Negatif Positif, gas positif Positif, gas positif Sumber: Jawets., 2004. 5. Patogenitas Candida albicans penyebab utama kandidiasis dan merupakan spesies yang paling patogen yang menyerang permukaan kulit, mukosa mulut dan vagina Faktor-faktor yang menyebabkan jumlah Candida albicans meningkat antara lain proses kehamilan, diabetes melitus, penggunaan kontrasepsi oral, antibiotika. (Dumilah., 1992). B. Bugenfil (Bougainvillea glabra Choicy) 1. Familia Bougenvillea glabra Choicy, termasuk familia Nyctaginaceae. (Wijayakusuma., 1995). 2. Uraian Tanaman
Tanaman perdu yang memanjat dan berbatang kayu (Liana) ini mempunyai duri yang berbentuk kait, dan banyak digunakan untuk menghias pagar, dirambatkan pada pergola atau sebagai pengisi taman-taman sebagai tanaman pangkas yang dibentuk bermacam-macam. Tanaman ini dapat ditemukan diseluruh daerah tropis pada ketinggian 1-1.400 m di atas permukaan laut, menyukai tanah gembur yang mengandung pasir dan terkena cahaya matahari langsung sepanjang hari. Tingginya bisa mencapai 5-15 m, dengan ranting, daun dan karangan bunga seringkali mempunyai rambutrambut halus berwarna jingga. Daun tunggal, duduk berhadapan, bertangkai, berbentuk bulat telur sampai ellips, ujung meruncing, tepi rata, panjang 4-10 cm, dan lebar 2-6 cm. Bentuk bunganya kecil-kecil seperti terompet, tumbuh berkelompok tiga. Masing-masing bunga mempunyai satu daun pelindung yang lebar dan warnanya dapat bermacam-macam sehingga ketiga bunga tersebut membentuk satu kesatuan seperti sekuntum bunga. Bunga keluar dari ketiak daun atau diujung ranting, dan setiap satu tangkai bunga bisa terdapat 1-7 kelompok bunga. Warna daun pelindung beraneka ragam, tergantung jenisnya, ada yang berwarna merah, ungu, jingga, putih dan kuning. Buahnya kecil, di Pulau Jawa jarang terbentuk. Nama tanaman hias asal Brazilia ini berasal dari nama seorang komodor laut Perancis, Louis Antonie de Bougainville. Perbanyakan dengan stek batang, cangkok, okulasi atau biji. (Wijayakusuma., 1995). 3. Sifat kimiawi atau efek farmakologis
Rasa pahit, kelat, hangat, Memperlancar sirkulasi peredaran darah. (Wijayakusuma., 1995). a. Kandungan kimia Dari B. glabra var. Sanderiana Hort., telah diisolasi 4 jenis bougainvillein, yaitu betanidin, isobetanidin, 6-O-β-sophoroside, 6-Orhamnosysophoroside, saponin, dan polifenol. (Wijayakusuma., 1995). b. Bagian yang dipakai Batang yang dikeringkan langsung dibawah sinar matahari atau memakai pelindung, dapat juga hanya diangin-anginkan di tempat yang teduh, atau di dalam ruang pengeringan yang aliran udaranya baik. (Wijayakusuma., 1995). c. Kegunaan Mengobati penyakit hepatitis, bisul, biang keringat, melancarkan haid yang tidak teratur, nyeri haid, serta keputihan. (Wijayakusuma., 1995). 4. Penentuan aktivitas anti jamur a. Metode pengenceran Sejumlah anti jamur tertentu dicampurkan dengan pembenihan padat atau cair kemudian dilakukan penanaman dan pengenceran, juga untuk menentukan secara kuantitatif terhadap konsentrasi terkecil dari suatu antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun mematikan jamur yang diperiksa merupakan titer zat tersebut (Jawetz., 2004).
b. Metode Infusum Infus adalah sediaan cair yang di buat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit. Infusum merupakan proses penyarian kandungan zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati (Sitorus., 2009).