PENGARUH SISTEM PENGOLAHAN TANAH DAN PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativa L.) Irmawaty Harun (1), Zulzain Ilahude (2), Fauzan Zakaria (3) (1) Mahasiswa Program Studi Agroteknologi (2) Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128 ABSTRAK Irmawaty Harun. Nim 6134 10 098. Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah dan Pemberian Mulsa Organik Terhadap Produksi Tanaman Mentimun (Cucumuis sativa L). Dibimbing oleh Zulzain Ilahude sebagai pembimbing I dan Fauzan Zakaria sebagai pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengolahan tanah dan pe,berian mulsa organik serta interaksi antara keduanya terhadap produksi tanaman mentimun (Cucumis Sativa L). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Toto Utara Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Waktu enelotian dimulai dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2014. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak Terpisah (RPT) yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan yaitu faktor pertama sistem pengolahan tanah (P) terdiri atas 3 taraf yakni TOT (P0), olah tanah minimal (P1), dan olah tanah maksimal (P2). Faktor kedua pemberian mulsa organik (M) terdiri atas 3 taraf yakni tanpa mulsa (M0), mulsa jerami padi (M1) dan mulsa serbuk kayu (M2). Parameter pengamatan meliputi persentase tanaman berbunga (%), diameter buah (cm), panjang buah (cm), berat buah (g) dan jumlah buah. Hasil penelitian menunjukan bahwa Perlakuan pengolahan tanah berpengaruh terhadap persentase berbunga, berat buah, diameter buah, panjang buah dan jumlah buah sedangkan pada perlakuan tanpa olah tanah tidak berpengaruh. Perlakuan pemberian mulsa tidak berpengaruh pada keseluruhan produksi tanaman mentimun. Interaksi berpengaruh nyata terhadap persentase tanaman berbunga berbunga pada umur 32 HST, diameter buah pada panen ke 2, jumlah buah pada panen ke 5 dan berat buah pada panen pertama. Kata kunci : Pengolahan Tanah, Mulsa Organik, Produksi, Mentimun.
PENDAHULUAN Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) yang berasal dari daerah India. Di Indonesia, prospek budidaya tanaman mentimun sangat baik karena mentimun banyak digemari oleh masyarakat. Selain untuk tujuan konsumsi mentimun juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik dan pengobatan (Rukmana dalam Muttaqiin 2010). Produktivitas tanaman mentimun di Provinsi Gorontalo yang terdapat di Kabupaten Bone Bolango Kecamatana Bolango Utara tahun 2012 dalam 1 ha mencapai 5 kuintal. Jika di bandingkan dengan potensial hasil beberapa varietas mentimun yang ada, produksi tanaman mentimun secara nasional masih rendah, yaitu hanya 10 ton/ha, sedangkan potensi hasil tanaman mentimun dapat mencapai 49 ton/ha. Hal ini disebabkan karena selama ini sistem usaha tani mentimun belum dilakukan secara intensif (Milka et al,2007 dalam Ahmad 2013) Menurut Mu minah (2009) Pengolahan tanah (conservation tillage) adalah cara pengolahan tanah yang bertujuan untuk mengurangi besarnya erosi, aliran permukaan dan mungkin dapat mempertahankan atau meningkatkan produksi. Untuk memenuhi kriteria tersebut, pengolahan tanah harus dapat menghasilkan permukaan tanah yang kasar sehingga simpanan defresi dan infiltrasi meningkat, serta dapat meninggalkan sisa-sisa tanaman dan gulma pada permukaan tanah agar dapat menahan energi butir hujan yang jatuh. Mulsa adalah bahan organik dan anorganik yang dipergunakan untuk menutupi permukaan tanah dengan cara menghamparkannya. Adapun tujuan pemberian mulsa adalah untuk memperbaiki kelembaban dan temperatur tanah, yang akhirnya dapat memperbaiki produktivitas tanaman. Selain itu adanya mulsa di permukaan tanah dapat memperkecil fluktuasi suhu tanah antara siang dan malam hari, menjaga kelembaban tanah serta mencegah pertumbuhan gulma (Wihardjo, 1997 dalam Ainun dkk 2011). METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Toto Utara Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Boneboalgo dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2014. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian yaitu cangkul, meteran, papan sampel perlakuan, jangka sorong, tali rapia, timbangan (kg), kamera, kalkulator dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih mentimun varietas magic F1, mulsa jerami padi dan mulsa serbuk kayu.
Metode Penelitian Rancangan ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT), dari 2 faktor yakni sistem pengolahan tanah dan pemberian mulsa organik. Sistem pengolahan tanah ditempatkan sebagai faktor pertama yang terdiri atas 3 sistem pengolahan tanah yakni (P0) tanpa olah tanah, (P1) diolah dengan cangkul 1x dan (P2) diolah dengan cangkul 2x (pengolahan tanah sempurna). Sedangkan pemberian mulsa organik ditempatkan sebagai faktor kedua yang terdiri dari 3 jenis pemberian mulsa yakni (M0) tanpa mulsa, (M1) mulsa jerami padi dan (M2) mulsa serbuk kayu. Dengan demikian diperoleh 9 perlakuan sebagai berikut P0M0 P1M0 P2M0 P0M1 P1M1 P2M1 P0M2 P1M2 P2M2 Tiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sebagai kelompok, sehingga seluruhnya terdapat 27 petak penelitian yang berukuran 2m x 2m. Prosedur Penelitian 1. Pengolahan Tanah Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan pembersihan gulma dan pengolahan tanah untuk menentukan letak percobaan yang akang digunakan untuk menanam mentimun. Pengolahan tanah yang dilakukan ada tiga macam, tanpa olah tanah yaitu hanya dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman, untuk pengolahan tanah 1 kali, tanah dicangkul 1 kali pada seluruh lahan dan sisa tanaman atau gulma dibersihkan dari lahan tanpa membongkar bongkahanbongkahan tanah, sedangkan untuk pengolahan tanah 2 kali, tanah dicangkul 2 kali pada seluruh lahan dan sisa gulma atau tanaman dibersihkan dari lahan sehingga keadaan lahan menjadi bersih. Setelah pengolahan tanah dibuatlah petak penelitian yang berukuran 2m x 2m sebanyak 9 petak diulang 3 kali yang, jadi jumlah keseluruhan ada 27 satuan atau petak penelitian. 2. Penanaman Pertama-tama dalam tiap petakan dibuat lubang tanam sedalam ± 5cm dengan jarak tanam 40cm x 60cm serta ditanam benih 2biji/lubang dengan cara ditugal. 3. Pemberian Mulsa Mulsa diberikan 1 MST dengan menaburkan mulsa jerami dan mulsa serbuk kayu pada permukaan tanaman, dengan syarat mulsa tersebut tidak menutupi bagian tanaman. Pada penelitian ini diberikan dosis mulsa 5 ton/ha, sehingga berat mulsa per petak 2 kg.
Variabel Yang Diamati Variabel yang diamati pada penelitian ini sebagai berikut a. Persentase tanaman berbunga (%) Persentase tanaman berbunga dihitung mulai dari muncul bunga pertama sampai 75% tanaman mentimun berbunga. b. Panjang buah (cm)/tanaman Diukur pada setiap tanaman. Pengukuran dilakukan dari pangkal buah sampai ujung buah. c. Jumlah buah/petak (sampel) Jumlah buah dihitung dari seluruh tanaman pada setiap petak. d. Berat buah/petak (g) Buah mentimun ditimbang dari seluruh tanaman pada setiap petak. e. Diameter buah/tanaman Buah mentimun di ukur diameter buah pada setiap tanaman Analisis Data Data hasil penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisis of variance (ANOVA). Jika F hitung lebih besar dari F Tabel maka akan dilakukan uji lanjut BNT (bedanyata terkecil pada taraf uji 5 %). HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi tanaman mentimun dan umur berbunga sebagai pengaruh pengolahan tanah dan pemberian mulsa disajikan pada Tabel 1, 2, 3, 4 dan 5. Tabel 1, 2, 3, 4, dan 5 memperlihatkan bahwa perlakuan penutupan mulsa tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap umur berbunga, panjang buah, jumlah buah dan diameter buah, sedangkan perlakuan olah tanah memberikan perbedaan yang nyata terhadap produksi tanaman mentimun. Persentase Tanaman Berbunga Persentase tanaman berbunga merupakan parameter yang dapat digunakan unutuk menunjukkan adanya peralihan fase pertumbuhan tanaman dari fase vegetative ke fase generatif. Peralihan fase vegetatif ke generatif dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman dan lingkungan. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pembungaan antara lain panjang hari (fotoperiode), cahaya dan temperatur udara (Indria. 2005).
Tabel 1. Persentase Tanaman Berbunga Perlakuan Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa Perlakuan Sistem Olah Tanah Umur Berbunga (HST) 28 30 32 34 Tanpa olah tanah 0 a 0 a 0 a 0 a Olah tanah minimal 31.85 c 43.70 b 58.52 b 73.33 c Olah tanah maksimal 27.40 b 45.92 c 60.00 c 69.63 b BNT 5% 1.06 0.95 0.80 0.82 Mulsa Organik Tanpa mulsa 18.52 28.89 37.78 50.37 Jerami padi 22.96 31.85 41.48 46.66 Serbuk kayu 17.78 28.89 39.26 45.92 BNT 5% tn tn tn tn Keterangan : angka angka yang diikiuti huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% pada Tabel 1 persentase berbunga berpengaruh nyata pada pengolahan tanah pada pengamatan 28, 30, 32 dan 34 HST. Hasil uji BNT 5% menunjukan bahwa persentase berbunga pada umur 34 HST terdapat pada olah tanah minimal menunjukan persentase berbunga tertinggi yaitu 73.33, sedangkan pada perlakuan tanpa olah tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata. Berdasarkan penelitian dari Indria (2005) Hasil Uji BNT pada taraf 5% menunjukkan bahwa perlakuan TOT memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata dibandingkan dengan OT. Dengan perlakuan OT tersebut mampu menghasilkan tanaman kacang tanah dengan purata umur berbunga lebih cepat yaitu 25,9 HST. Menurut Mulyadi et al (2001) dalam Indria (2005) bahwa pengolahan tanah dapat menciptakan kondisi yang mendukung masa pembungaan yang cepat dengan struktur tanahnya yang gembur. Panjang Buah
Tabel 2. Rata-Rata Panjang Buah Perlakuan Sistem Pengolahan Tanah dan Pemberian Mulsa Panjang Buah (cm) Perlakuan 1 2 3 4 5 Pengolahan tanah Tanpa olah tanah 3.72 a 2.75 a 2.39 a 2.22 a 11.89 a Olah tanah minimal 21.70 b 15.25 c 13.85 b 16.75 b 18.52 b Olah tanah maksimal 22.16 b 13.36 b 15.94 b 15.70 b 18.60 b BNT 5% 0,78 0.78 3.64 3.13 2.37 Mulsa organic Tanpa mulsa 14.90 10.96 9.98 10.93 16.54 Jerami padi 14.49 10.47 8.92 10.64 15.53 Serbuk kayu 14.47 11.16 10.88 10.88 16.93 BNT 5% tn tn tn tn tn Keterangan : angka angka yang diikiuti huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Pada Tabel 2. Perlakuan pengolahan tanah berpengaruh pada semua hasil produksi tanaman mentimun. Berdasarkan hasil uji BNT 5% hasil tertinggi terdapat pada panen 1 pada perlakuan olah maksimal dengan rata-rata panjang buah 22.16 cm, dan hasil terendah pada panen ke 4 pada perlakuan TOT dengan rata-rata panjang 2.22 cm. Berdasarkan penelitian Jamila dan Kharudin (2007) penggunaan sistem pengolahan tanah maksimal memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tanaman dibandingkan dengan tanah yang tanpa di olah.
Diameter Buah Tabel 3. Rata-Rata Diameter Buah Perlakuan Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa Perlakuan 1 2 Diameter Buah (cm) 3 4 5 Pengolahan tanah Tanpa olah tanah 2.44 a 1.88 a 1.87 a 1.96 a 5.78 a Olah tanah minimal 7.41 b 5.40 b 4.88 b 5.41 c 6.22 b Olah tanah maksimal 7.26 b 6.18 c 5.36 b 5.31 b 6.27 b BNT 5% 0.93 0.63 0.89 0.89 0.08 Mulsa organic Tanpa mulsa 4.84 4.14 3.47 3.58 6.10 Jerami padi 4.90 3.57 3.12 3.58 6.10 Serbuk kayu 4.93 3.86 3.65 3.56 6.06 BNT 5% tn tn tn tn tn Keterangan : angka angka yang diikiuti huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Pada Tabel 3 hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata pada diameter buah pada panen 1 sampai dengan panen 5. 1 menunjukan hasil tertinggi pada perlakuan olah tanah minimal yaitu 7.41 dibandingkan dengan olah tanah maksimal dan tanpa olah tanah. Hal ini juga didukung hasil penelitian Mu minah (2009) yang menyatakan bahwa hasil tanaman berpengaruh nyata pada perlakuan olah tanah minimal, disamping itu juga pengolahan tanah minimal dapat meningkatkan produksi biomasa kacang tanah. Tabel 4. Rata-rata Diameter Buah pada ke 2 Pengamatan 2 Pengolahan Tanah Mulsa Oraganik M0 M1 M2 BNT 5% P0 1.50 a 1.86 a 2.27 a P1 6.48 c 4.76 b 4.96 b P2 5.95 c 5.94 c 6.64 c Sumber : Hasil Analisis Peneliti (2014) 1.13
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa interaksi antara sistem pengolahan tanah dan pemberian mulsa berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman mentimun. Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa perlakuan kombinasi P2M2 memiliki nilai tertinggi yaitu 6.64 dibandingkan dengan perlakuan kombinasi lainnya. Berat Buah Tabel 5. Rata-Rata Berat Buah Perlakuan Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa Berat Buah (kg) Perlakuan 1 2 3 4 5 Pengolahan tanah Tanpa olah tanah 0.24 a 0.23 a 0.22 a 0.20 a 1.32 a Olah tanah minimal 4.03 c 2.92 b 2.61 b 2.84 b 2.89 c Olah tanah maksimal 3.70 b 3.24 c 2.96 c 2.62 b 2.60 b BNT 5% 0.23 0.27 0.27 0.42 0.23 Mulsa organic Tanpa mulsa 2.44 a 2.08 1.87 1.74 2.13 a Jerami padi 2.81 b 2.09 1.80 1.71 2.21 a Serbuk kayu 2.48 a 2.00 1.90 2.01 2.47 b BNT 5% 0.23 tn tn tn 0.23 Keterangan : angka angka yang diikiuti huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Pada Tabel 5 hasil analisis sidik ragam pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap berat buah pada panen 1 sampai dengan panen 5, panen 1 menunjukan hasil tertinggi pada perlakuan olah tanah minimal yaitu dengan berat rata-rata 4.03 kg dibandingkan dengan olah tanah maksimal dan TOT. Hal ini di dukung dengan hasil penelitian Indria (2005) bahwa hasil analisis ragam berat buah tanaman berpengaruh nyata pada sistem pengolahan tanah dengan memperlihatkan nilai tertinggi yaitu 93.96 kg dibandingkan dengan tanah yg tanpa diolah. Pemberian mulsa organik berpengaruh nyata terhadap berat buah pada panen 1 dan panen 5, panen 1 menunjukan hasil tertinggi pada perlakuan pemberian mulsa jerami padi yaitu dengan berat rata-rata 2.81 kg. Menurut penelitian Widyasari (2011) bahwa hasil analisis ragam berpengaruh nyata pada perlakuan pemulsaan memiliki produksi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa mulsa.
Tabel 6. Rata-rata Berat Buah pada ke 1 Pengamatan 1 Pengolahan Tanah Mulsa Oraganik M0 M1 M2 BNT 5% P0 0.24 a 0.23 a 0.23 a P1 3.60 b 4.77 b 3.73 b P2 3.73 b 3.67 b 3.70 b 1.33 Sumber : Hasil Analisis Peneliti (2014) Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa interaksi antara sistem pengolahan tanah dan pemberian mulsa organik berpengaruh nyata terhadap produksi mentimun. Seperti terlihat pada Tabel pada perlakuan P1M1 meiliki nilai tertinggi yaitu 4.77 kg dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena dengan olah tanah, kondisi lembab di bawah permukaan tanah dengan pemberian mulsa mendorong akar-akar tanaman berkembang dengan baik dan aktif menyerap unsur hara dan air yang tersedia lebih banyak dibandingkan lapisan atas tanah. Hal tersebut juga terlihat dari hasil yang didapatkan oleh Martin dan Leonard (1959) dalam Jamila dan Kharudin (2007) bahwa produksi tanaman yang diusahakan pada peetengahan musim panas dengan menberikan sisa-sisa tanaman berupa jerami memberikan hasil yang tinggi karena kondisi kelembaban yang tinggi, karena adanya pemberian mulsa yang menyebabkan tingginya pertumbuhan dan produksi tanaman yang diusahakan. Jumlah Buah Tabel 7. Rata-Rata Jumlah Buah Perlakuan Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa Jumlah Buah Perlakuan 1 2 3 4 5 Pengolahan tanah Tanpa olah tanah 4.11 a 3.33 a 3.33 a 3.33 a 7.33 Olah tanah minimal 9.44 b 6.33 b 5.56 b 7.33 c 6.89 Olah tanah maksimal 9.33 b 8.00 c 7.00 c 6.00 b 7.22 BNT 5% 1.31 1.54 1.37 0.93 tn Mulsa organic Tanpa mulsa 6.00 5.11 4.22 4.33 7.00 Jerami padi 6.78 4.67 4.00 4.22 7.44 Serbuk kayu 6.00 4.56 4.33 4.78 7.00
BNT 5% tn tn tn tn tn Keterangan : angka angka yang diikiuti huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Pada Tabel 4 sistem pengolahan tanah berpengaruh pada seluruh hasil tanaman mentimun. Berdasarkan hasil uji BNT 5% hasil tertinggi terdapat pada panen 1 dengan perlakuan olah tanah minimal dengan hasil rata-rata 9.44 buah. Berdasarkan penelitian Widyasari (2011) bahwa perlakuan olah tanah minimal berpengaruh nyata dengan memperlihatkan jumlah tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan TOT. Hal ini juga di dukung dengan pernyataan Ar-Riza (2005) dalam Nurita (2004) bahwa pengolahan lahan dengan olah tanah minimum dapat menciptakan keadaan tanah yang baik dan dapat meningkatkan aerasi, menurunkan kepadatan tanah sekaligus meratakan lahan dan mematikan gulma sehingga dapat meningkatkan hasil tanaman. Tabel 8. Rata-rata Jumlah Buah pada ke 5 Pengamatan Pengolahan Tanah Mulsa Oraganik M0 M1 M2 BNT 5% P0 8.00 b 7.33 b 6.67 a P1 6.33 a 7.67 b 6.67 a P2 6.67 a 7.33 b 7.67 b 0.97 5 Sumber : Hasil Analisis Peneliti (2014) Hasil analisis ragam menunjukan bahwa interaksi antara perlakuan sistim olah tanah dan pemberian mulsa bepengaruh nyata terhadap hasil tanaman mentimun. Pada tabel diatas ditunjukan bahwa perlakuan TOT dan tanpa mulsa memiliki nilai tertinggi (P0M0) yaitu 8.00 dibandingkan dengan pengolahan tanah minimal dengan kombinasi tanpa mulsa yaitu 6.33 PENUTUP Kesimpulan Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa 1. Perlakuan sistem pengolahan tanah yang terbaik dalam meningkatkan persentase tanaman berbunga, diameter buah, panjang buah, berat buah dan jumlah buah adalah sistem pengolahan tanah minimal. 2. Perlakuan pemberian mulsa tidak berpengaruh pada keseluruhan produksi tanaman mentimun. 3. Interaksi antara sistem pengolahan tanah dan pemberian mulsa organik berpengaruh nyata pada diameter buah, jumlah buah dan berat buah.
Saran Dilihat dari hasil penelitian disarankan masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada TOT dan pemberian mulsa organik sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman mentimun. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Masud. 2013. Pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun (Cucumis Sativa L.)pada pemberian pupuk N. Skripsi. Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Ainun, dkk. 2011. Pengaruh pemberian pupuk organik dan jenis mulsa organik terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh. Nurita, N. 2004. Pengaruh olah tanah konservasi terhadap hasil varietas tomat di lahan lebak. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) Indria, Ariek Trias. 2005. Pengaruh sistem pengolahan tanah dan pemberian macam organik terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Jamila dan Kharudin. 2007. Evektivitas mulsa dan sistem olah tanah terhadap produktivitas tanah dangkaldan berbatu untuk produksi kedelai. Jurnal Agrisistim, Vol. 3 No. 2. Fakultas Pertanian. Universitas Islam Makasar. Mu minah. 2009. Pengaruh pengolahan tanah dan pemberian mulsa jerami terhadap produksi tanaman jagung, kacang tanah dan erosi tanah. Jurnal Agrisistem.. Vol. 5 No. 1. Muttaqiin, Zainal. 2010. Pengaruh kombinasi pupuk kandang dengan pupuk organic cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativa L.). Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Biologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Malang. Widyasari, Lia. 2011. Pengaruh sistem olah tanah dan mulsa jerami padi pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.