PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAYAM (AmaranthusSp) AKIBAT PEMBERIAN MULSA ORGANIK *) Oleh : Wirnawati Paris (1), Nurdin (2) (3) **)

dokumen-dokumen yang mirip
Volume 11 Nomor 2 September 2014

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Irmawaty Harun , Zulzain Ilahude, Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK RESIDU KOMBINASI MULSA JERAMI DENGAN JENIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA PENANAMAN KEDUA

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

BAHAN METODE PENELITIAN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) PADA PEMBERIAN PUPUK NITROGEN. Ahmad Masud, Moh. Ikbal Bahua, Fitriah S.

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING ( Capsicum annuum L.)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CAISIM (Brassica juncea L) BERDASARKAN VARIASI JARAK TANAM DAN VARIETAS

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PENGARUH PEMBERIAN JENIS PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABE BESAR KATOKKON VARIETAS LOKAL TORAJA

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK DAN JARAK TANAM YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

Peningkatan Produksi Kedelai Melalui Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) pada Sawah Tadah Hujan di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 (Nurhayati) PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK N (ZA) TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

PENAMPILAN FENOTIPE BAYAM MERAH AKIBAT DARI PEMBERIAN PUPUK UREA DAN URINE SAPI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

PENGARUH TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS PUPUK FOSFAT PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KOL BUNGA (Brassica oleraceae var botrytis L)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. Var. TUKTUK) ASAL BIJI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM DAN JARAK TANAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CAISIN (BRASSICA CHINENSIS L.) BERDASARKAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN AIR *) Oleh : Ningsih Pakaya (1), Nikmah Musa (2) (3) **)

III. BAHAN DAN METODE

Aplikasi Pupuk Organik Cair pada Tanaman Caisim (Brassica juncea) dan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) di Ultisol Lapisan Bawah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Citra Puluhulawa, , Dibimbing oleh Moh.Ikbal Bahua, Nurmi, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

Magrobis Journal 28. PENGARUH PUPUK ROSASOL-N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELEDRI (Apium graveolens L.) ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA MIKRO ORGANISME LOKAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPONS HASIL CABAI BESAR

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

Transkripsi:

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAYAM (AmaranthusSp) AKIBAT PEMBERIAN MULSA ORGANIK *) Oleh : Wirnawati Paris (1), Nurdin (2) (3) **), Fauzan Zakaria ABSTRAK WIRNAWATI PARIS. Nim: 613408087. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam Akibat Pemberian Mulsa Organik. Skripsi. Di bawah bimbingan Nurdin sebagai Pembimbing I dan Fauzan Zakaria sebagai Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mulsa organik dan mengetahui mulsa organik yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam ( Amaranthus Sp). Penelitian ini dilaksanakan di lahan perkebunan masyarakat di Desa Toluwaya Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango, mulai Juni 2013 sampai dengan Juli 2013. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dan diulang tiga kali, sehingga seluruhnya terdapat 12 satuan percobaan atau petak dengan ukuran 2 x 1 m. rincian masing-masing perlakuan yaitu: M0= Tanpa mulsa (0 ton ha -1), M1= Mulsa jerami padi (5 ton ha -1), M2= Mulsa serbuk gergaji (5 ton ha -1), dan M3= Mulsa alang-alang (5 ton ha -1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mulsa organik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam. Pemberian mulsa organik M 1 (5 ton/ha mulsa jerami) memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam. Kata Kunci: Mulsa organik, pertumbuhan, produksi, bayam. PENDAHULUAN Permintaan bayam yang terus mengalami peningkatan belum dapat dipenuhi secara maksimal oleh petani bayam. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia maupun dunia meningkatkan permintaan sayuran. Menurut data BPS (2012) produksi bayam tahun 2012 adalah 154.961 ton, mengalami penurunan ( -3.46 persen) dari tahun sebelumnya. Anjuran konsumsi sayuran di Indonesia mencapai sehat gizi adalah sebesar 65,5 kg/kapita/tahun. Pada tahun 1993-1994 konsumsi sayuran sehat gizi baru terpenuhi 80%. Salah satu upaya untuk meningkatkan persediaan sayuran adalah meningkatkan produksi bayam (Rukmana, 1994). Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi adalah dengan mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang dapat merugikan tanaman. Salah satu masalah yang dapat mengurangi produksi bayam adalah masalah gulma yang *) Seminar hasil penelitian dibawakan pada forum seminar Prodi S1 Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian, Tanggal 19 Juli 2013. **) 1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, 2. Pembimbing I, 3. Pembimbing II.

tumbuh pada tanaman bayam. Tumbuhnya gulma pada tanaman bayam dapat mengakibatkan persaingan dalam pengambilan unsur hara, air, udara dan ruang tumbuh yang memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan, perkembangan dan hasil tanaman. Pengendalian gulma penting dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan hasil. Tindakan pengendalian gulma juga harus dilakukan dengan benar dan tepat sehingga tidak memberikan efek negatif bagi petani dan lingkungan. Penggunaan mulsa merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan gulma. Mulsa adalah suatu bahan yang dihamparkan diatas permukaan suatu pertanaman dengan maksud menjaga kelembaban tanah, mengurangi evaporasi, menekan pertumbuhan gulma dan mempertahankan fluktuasi suhu tanah. Berbagai cara telah diketahui untuk mempertahankan kadar kelembaban tanah. Penggunaan mulsa misalnya dapat meningkatkan kadar kelembaban tanah Asmin, et al. (1996). Hasil penelitian oleh Amin (2006) menunjukkan bahwa penanaman pegagan sebagai mulsa terhadap tanaman cabai merah berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (rata -rata 51,58 cm) dan jumlah cabang (rata -rata 49,39). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kadarso (2008) bahwa penggunaan mulsa organik dapat memberikan hasil jumlah cabai besar segar per tanaman terbanyak (226,99 buah). Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai pertumbuhan dan hasil tanaman bayam (Amaranthus Sp) akibat pemberian mulsa organik. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai Juni 2013 sampai dengan Juli 2013. Lokasi penelitian di lahan perkebunan masyarakat di Desa Toluwaya Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dan diulang tiga kali, sehingga seluruhnya terdapat 12 satuan percobaan atau petak dengan ukuran 2 x 1 m. rincian masing-masing perlakuan yaitu: M0 = Tanpa mulsa (0 ton ha-1), M1= Mulsa jerami padi (5 ton ha-1), M2 = Mulsa serbuk gergaji (5 ton ha -1) dan M3= Mulsa alang-alang (5 ton ha-1). Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu yang dilakukan adalah Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman olah 20-30 cm, terdiri dari 12 petak yang berukuran 2 m x 1 m. Dibuat parit keliling dengan lebar 50 cm. Benih bayam disemaikan terlebih dahulu pada media semai. Media semai yang digunakan adalah campuran tanah, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Setelah itu benih disebar di atas media semai. Penyiraman dengan disemprot air menggunakan hand-sprayer agar terjaga kelembabannya. Benih bayam ditanam pada petakan-petakan yang telah dibuat. Bibit tanaman setelah berumur 14 hari setelah tanam dan telah berdaun 3-4 daun dapat dipindahkan ke petak-petak percobaan. Penanaman dilakukan dengan cara memindahkan bibit-bibit dari pesemaian, dengan terlebih dahulu memilih bibit-bibit yang pertumbuhannya

seragam. tiap lubang ditanami dengan satu bibit tanaman bayam. Benih bayam yang ditanam pada petak percobaan diberi jarak 50 cm antara lubang yang satu dengan lubang yang lain. Penyiraman dilakukan dengan menyiraman air secukupnya untuk mencegah kekeringan dengan menggunakan sprayer. Penyiraman untuk pemeliharaan dilakukan pada pagi dan sore hari. Pengamatan dilakukan sesuai dengan pengukuran pada parameter yang diamati. Sampel tanaman diamati atau diukur pada 2, 3, 4, 5 dan 6 MST. Pengamatan tersebut meliputi : tinggi tanaman, jumlah daun dan berat basah tanaman. HASIL DAN PEMBAHSAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman bayam dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengamatan pada saat umur 3 MST, 4 MST, dan 5 MST berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bayam. Pengamatan yang tidak berpengaruh nyata, terdapat pada umur 2 MST dan 6 MST. Hasil uji BNT terlihat pada tabel 1. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman bayam. Tabel 1. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman Bayam melalui Pemberian Mulsa Organik Rataan tinggi tanaman umur ke- 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST M0 23,33ab 21,33a 24,33a 30,33a 37,33a M1 27,00b 31,33b 35,67c 40,67b 46,00b M2 22,00a 23,67a 29,67b 31,33a 37,67a M3 17,00c 23,33a 28,67b 32,00a 36,33a BNT (5%) 3,80 4,74 3,44 4,71 6,52 KK (%) 9,05 10,10 6,17 7,44 8,81 Keterangan: MST=minggu setelah tanam, BNT=beda nyata terkecil, KK=koefisien keragaman. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 0,05 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa pemberian mulsa organik tidak berpengaruh nyata pada saat umur tanaman bayam 2 MST dan 6 MST. Saat umur 3 MST, perlakuan yang memiliki tinggi tanaman tertinggi adalah perlakuan M 1 (31.33 cm) berbeda nyata dengan perlakuan M 0, M 2 dan M 3. Saat umur 4 MST, perlakuan yang memiliki tinggi tanaman tertinggi adalah M 1 (35.67 cm) berbeda nyata dengan perlakuan S 2, S 3 dan S 4. Pada pengamatan 5 MST perlakuan M 1 berbeda nyata dengan perlakuan M 0, M 2 dan M 3. Perbedaan dan persamaan tersebut, dapat dilihat pada Gambar berikut :

Tinggi tanaman (cm) 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 46.00 40.67 35.67 37.67 31.33 31.33 27.00 29.67 32.00 37.33 23.67 28.67 21.33 30.33 22.00 24.33 24.33 23.33 17.00 17.33 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST M0 M1 M2 M3 Gambar 1. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman Bayam Terlihat bahwa pengamatan 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST pertambahan tinggi tanaman untuk keempat perlakuan semakin meningkat. Dari ke empat perlakuan menunjukan perlakuan serbuk gergaji dan alang-alang tidak memberikan perbedaan yang nyata dengan perlakuan tanpa pemberian mulsa (kontrol). Pertambahan tinggi tanaman bayam yang tertinggi terdapat pada perlakuan M 1 yaitu melalui pemberian mulsa jerami. Pengaruh baik pemberian mulsa terhadap pertumbuhan tingi tanaman diduga karena adanya mulsa dapat mengeliminir fluktuasi suhu tanah dan meningkatkan daya simpan air tanah sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Seperti dinyatakan Ong (1985) dalam Saefudin dan Pranowo (2006) bahwa mulsa berpengaruh baik terhadap tekstur dan struktur tanah, sehingga kapasitas air tanah menjadi baik. Menurut Widyasari et al. (2011) dalam Damaiyanti et al. (2013) menyatakan pada lahan yang diberi mulsa memiliki temperatur tanah yang cenderung menurun dan kelembaban tanah yang cenderung meningkat. Pemulsaan berfungsi untuk menekan fluktuasi temperatur tanah dan menjaga kelembaban tanah sehingga dapat mengurangi jumlah pemberian air. Hal ini sesuai dengan pendapat Vos (1994) dalam Sumarni et al. (2009) yaitu keuntungan mulsa jerami antara lain dapat menurunkan temperature dan evaporasi sehingga kelembaban tanah dapat terpelihara untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. tanpa mulsa menyebabkan perubahan kandungan air tanah cukup besar, sehingga terjadi devisit air yang menghambat pertumbuhan tinggi tanaman (Samiati et al, 2012) 4.2 Jumlah Daun Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengamatan saat umur 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST yang berpengaruh nyata akibat pemberian mulsa organik. Pengamatan yang tidak berpengaruh nyata terhadap pemberian mulsa organik terdapat pada umur 2 MST.

Tabel 2. Rataan Pertumbuhan Jumlah Daun Bayam melalui Pemberian Mulsa Organik. Rataan jumlah daun (helai) umur ke- 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST M0 2,67tn 3,33a 3,67a 4,33a 5,00a M1 2,33 4,33b 5,33b 6,00c 8,67c M2 2,33 3,67ab 4,67ab 4,67ab 6,33b M3 2,00 3,00a 5,00b 5,33bc 6,00ab BNT (5%) - 4,74 1,33 0,94 1,21 KK (%) 21,43 10,10 15,15 9,84 9,93 Keterangan: MST=minggu setelah tanam, BNT=beda nyata terkecil, KK=koefisien keragaman. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 0,05 Dari Tabel di atas di jelaskan pada lima umur tanaman ini, terlihat bahwa pemberian mulsa jerami memberikan nilai jumlah daun yang lebih baik yaitu pada umur tanaman 2 MST sebanyak helai, umur 3 MST sebanyak 4.33 helai, umur 4 MST sebanyak 5.33 helai, umur 5 MST sebanyak 6.00 helai dan umur 6 MST sebanyak 8.67 helai. Perbedaan dan persamaan tersebut, dapat dilihat pada Gambar 2 : jumlah daun (helai) 15.00 10.00 5.00 0.00 3.00 2.50 3.67 2.00 2.00 3.00 2.78 4.33 3.33 3.00 2.67 3.33 2.67 3.00 2.89 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST M3 M2 M1 M0 Gambar 2. Rataan Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Bayam Dari gambar 2 di atas, Perbedaan mulai terlihat pada 3 MST, lebih nyata lagi pada 5 MST dan selanjutnya perbedaan pada minggu ke 6 MST, adanya perbedaan perlakuan M 1 (Mulsa Jerami) dengan tiga perlakuan lainnya (M 0, M 2 dan M 3 ). Hasil ini menjelaskan bahwa, perlakuan mulsa jerami berbeda nyata dengan perlakuan M 0, M 2, dan M 3. Menurut Creamer et.al (1996) dalam Sumarni et al. (2005) Penggunaan mulsa organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang akan mempermudah penyediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pembentukan dan perkembangan buah mentimun. Penerapan mulsa jerami secara signifikan meningkatkan fosfor tersedia dan kalium dalam tanah (Sonsteby et al. 2004 dalam Damaiyanti et al. 2013). Hasil

dekomposisi bahan organik dapat meningkatkan unsur N, P, K dimana dapat meningkatkan karbohidrat pada proses fotosintesis, karena unsur N untuk membentuk klorofil dan yang berfungsi untuk menyerap cahaya matahari dan sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis sedangkan unsur K meningkatkan absorbsi CO 2 kaitannya dengan membuka menutupnya stomata daun selanjutnya karbohidrat tersebut setelah tanaman memasuki fase reproduktif (Harjadi, 1991 dalam Damaiyanti et al. 2013). Gosselin dan Trudel 1986 dalam Rosliani et al. 2002 menjelaskan bahwa dengan meningkatnya suhu tanah sekitar perakaran sampai 30 C, maka aktivitas fotosintesis akan meningkat. Hasil fotosintesis yang tinggi menyebabkan pertumbuhan tanaman meningkat, baik tinggi tanaman maupun jumlah daunnya. 4.3 Berat Basah Tanaman Berat basah tanaman ditimbang pada saat panen, yaitu tanaman sudah berumur 6 MST. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan pemberian mulsa organik berpengaruh nyata pada produksi tanaman bayam. Selanjutnya hasil uji BNT dilakukan untuk melihat perbedaan dari masing-masing perlakuan yang paling memberikan pengaruh terhadap produksi tanaman bayam. Rataan berat basah tanaman bayam dapat dilihat pada Tabel 3. Rataan berat basah tanaman. Tabel 3. Rataan Berat Basah Tanaman Bayam melalui Pemberian Mulsa Organik Berat Basah (g) M0 25,67a M1 40b M2 34,33ab M3 33,67ab BNT (5%) 9,07 KK (%) 14,43 Keterangan: MST=minggu setelah tanam, BNT=beda nyata terkecil, KK=koefisien keragaman. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 0,05 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, pemberian mulsa organik pada tanaman bayam berpengaruh nyata pada taraf α = 5%. Dari rataan berat basah tanaman pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa perlakuan mulsa jerami memiliki rataan berat basah yang lebih tinggi yaitu 40.00 gram dan perlakuan yang memiliki berat basah terendah adalah tanpa perlakuan (kontrol) dengan berat 25.67 gram. Menurut Samiati et al. (2012) Produksi biomassa dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, temperatur, dan kandungan air. Apabila faktor lingkungan kondusif untuk pertumbuhan tanaman, maka fotosintat yang dihasilkan juga meningkat sehingga alokasi biomassa ke bagian yang dipanen

juga relatif lebih besar. Perbedaan dan persamaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 : Berat bersih (g) 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 40.00 34.33 33.67 25.67 M0 M1 M2 M3 (ton/ha) Gambar 3. Rataan Berat Basah Tanaman Bayam KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemberian mulsa organik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman (tinggi dan jumlah daun) pada semua minggu setelah tanam (MST) kecuali pada 2 MST tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Demikian halnya terhadap hasil tanaman bayam, pemberian mulsa organic berpengaruh nyata. 2. Pemberian mulsa organik M 1 (mulsa jerami 5 ton/ha) memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam. DAFTAR PUSTAKA Amin, F. 2006. Pemanfaatan Pegagan (Centella asiatica L (Urban)) Sebagai Mulsa Pada Budidaya Cabai Merah ( Capsicum annum L.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Diakses tanggal 10 Maret 2013. Anggahyulin. 2011. Studi Populasi Tanaman Terhadap Peningkatan Prodiktivitas Dan Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) Pada Teknik Hidroponik. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Diakses tanggal 07 Maret 2013. Asmin; Lologau, A.B dan Yaha, B. 1996. Pengaruh Pemupukan Fosfat Dan Penggunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kapas Dilahan Sawah Sesudah Padi. Laporan Hasil Penelitian. Instalasi

Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa. Diakses tanggal 10 Maret 2013. Burdiono, M. 2012. Pemanfaatan Serasah Tebu Sebagai Mulsa Terhadap Pemadatan Tanah Akibat Lintasan Traktor Pada PG Takalar. Skripsi. Universitas Hasanudin. Makasar. Diakses tanggal 09 Maret 2013. Damaiyanti D.R.R., N. Aini, dan Koesriharti. 2013. Kajian Penggunaan Macam Mulsa Organik pada Pertumbuhan & Hasil Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.). J. Produksi Tanaman 1 (2). Kadarso, 2008. Kajian Penggunaan Jenis Mulsa Terhadap Hasil Tanaman Cabai Merah Varietas Red Charm. Laporan Hasil Penelitian. Universitas Janabdra Yogyakarta. Diakses tanggal 12 Maret 2013. Kirani. W.V. 2011. Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Bayam (Amaranthus sp.) Pada Berbagai Macam Media Tanam Secara Hidroponik. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Diakses tanggal 12 Maret 2013. Lingga, P.dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya. Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta : Agromedia Pustaka. Rosliani R., N. Sumarni dan Suwandi. 2002. Pengaruh Kerapatan Tanaman, Naungan, dan Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Produksi Umbi Bawang Merah Mini Asal Biji. J Hort. 12(1):28-34. Rukmana. R. 1994. Bertanam Bayam. Yogyakarta. Kanisius. Saefudin dan D. Pranowo, 2006. Pengaruh Interval Penyiraman dan Pemberian Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri. Samiati, A. Bahrun, dan L. O. Safuan. 2012. Pengaruh Takaran Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.). Berkala PENELITIAN AGRONOMI (2): 121-125. Sudjianto. U. 2009. Studi Pemulsaan Dan Dosis NPK Pada Hasil Buah Melon. Jurnal Sains Dan Teknologi. Universitas Muria Kudus. Diakses tanggal 08 Maret 2013.

Sumarni, N., E.Sumiati, dan R. Rosliani. (2009). Respon Tanaman Mentimun Terhadap Penggunaan Tanaman Penutup Tanah Kacang-kacangan dan Mulsa Jerami. J. Hort. 19(3):294-300. Sutanto. R. 2002. Pertanian Organik.Yogyakarta. Kanisius. Sutedjo. M.M. 1994. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta. PT Rineka Cipta. Umboh. A.H. 2002. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Jakarta. Penebar Swadaya.