1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur ruang merupakan bagian dari organisasi keruangan sebuah kota dan mencirikan penggunaan lahan tertentu di kota (Bourne, 1971). Struktur ruang mempresentasikan ragam aktivitas yang dilakukan oleh manusia di perkotaan, semakin kompleks struktur ruang mencirikan aktivitas yang semakin bervariasi dan dinamis. Struktur kota akan selalu berubah seiring dengan pertumbuhan kota secara sosial-ekonomi, dan membentuk suatu organisasi keruangan tertentu yang merupakan representasi penggunaan ruang oleh manusia (Schnore, 1971). Struktur terbentuk berdasarkan persebaran kegiatan secara spasial (Schnore, 1971). Dalam konteks Indonesia struktur ruang terbentuk berdasarkan susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai kegiatan pendukung sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional (UU No. 26/2007). Kabupaten Majalengka memiliki kecamatan dengan perkembangan kawasan cukup beragam salah satu contohnya adalah Kecamatan Jatitujuh. Kecamatan ini memiliki perkembangan kawasan yang cenderung lambat dengan area tumbuh hanya pada perkotaan saja. Perkembangan kota kecamatan ini berada di sepanjang jalan raya utama Jatitujuh. Struktur Kota ini mempunyai beberapa pusat kegiatan yang sudah berkembang maupun yang akan dikembangkan. Masing-masing pusat kegiatan utama tersebut memiliki karakteristik pemanfaatan ruang yang berbeda. Bentuk struktur Nucklei ini didasarkan pada keberadaan pertumbuhan beberapa aktivitas dengan lokasi yang berbeda-beda dan masingmasing memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap wilayah sekelilingnya. Pengembangan Kecamatan Jatitujuh akan mempengaruhi pengembangan wilayah lain yang berbatasan, antara lain Kabupaten Indramayu. Hal ini dikarenakan adanya perubahan tata guna lahan dapat berimplikasi pada perubahan baik secara sektoral maupun keseluruhan. Hal ini didasarkan pada keberadaan Kecamatan Jatitujuh sebagai hinterland Kawasan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB). Selain itu menurut Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka,
2 kecamatan ini merupakan bagian dari Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandara Internasional Jawa Barat. Kondisi ini dapat dilihat dari struktur ruang Kecamatan Jatitujuh agar tidak berdampak pada konflik kepentingan yang beragam. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini dilakukan agar dapat menganalisis struktur ruang kota Kecamatan Jatitujuh di Kabupaten Majalengka. Kajian ini menitikberatkan pada identifikasi Kecamatan Jatitujuh berdasarkan aspek struktur ruang. Dalam sudut pandang ilmu perencanaan wilayah dan kota, kajian mengenai analisis struktur ruang kota Kecamatan Jatitujuh di Kabupaten Majalengka penting untuk dibahas, karena struktur ruang mempengaruhi Kecamatan Jatitujuh serta konsep apa nantinya yang cocok untuk Kecamatan Jatitujuh ini. Hal tersebut juga didasarkan atas teori-teori yang dikumpulkan. 1.2 Rumusan Pesoalan Dalam penelitian ini, isu yang muncul dalam praktek perkembangan Kecamatan Jatitujuh di Kabupaten Majalengka merupakan dasar dalam mengidentifikasi profil Kecamatan Jatitujuh berdasarkan struktur ruang. Isu-isu tersebut dianggap representatif untuk menggambarkan profil Kecamatan Jatitujuh karena dapat menggambarkan bagaimana karakteristik kawasan berdasarkan struktur ruang. Perlu srtuktur ruang yang baik untuk dapat meningkatkan pelayanan Kecamatan Jatitujuh. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini terdapat beberapa pertanyaan penelitian untuk mengidentifikasi struktur ruang Kecamatan Jatitujuh antara lain : a) Bagaimana struktur ruang eksisting di Kecamatan Jatitujuh? b) Apa isu-isu yang terkait dengan struktur ruang Kecamatan Jatitujuh? c) Bagaimana konsep struktur ruang yang dibutuhkan di Kecamatan Jatitujuh? 1.3 Tujuan dan Sasaran Dari latar belakang serta rumusan persoalan yang telah dijelaskan maka tujuan dari penelitian yang berjudul Analisis Struktur Ruang Kota Kecamatan
3 yang dalam hal ini Kecamatan Jatitujuh adalah untuk menganalisis struktur ruang kota Kecamatan Jatitujuh. Sasaran yang ingin dicapai dalam tujuan tersebut adalah : 1. Mengidentifikasi struktur ruang eksisting Kecamatan Jatitujuh. 2. Mengidentifikasi isu-isu strategis yang menggambarkan struktur ruang Kecamatan Jatitujuh. 3. Merumuskan konsep struktur ruang terkait isu strategis yang telah dipilih dengan struktur ruang Kecamatan Jatitujuh. 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup yang dibahas dalam penelitian ini terdiri dari ruang lingkup wilayah studi dan ruang lingkup pembahasan. 1.4.1 Wilayah Studi Lingkup wilayah yang menjadi studi adalah Kecamatan Jatitujuh di Kabupaten Majalengka. Secara geografis Kecamatan Jatitujuh terletak di Sebelah Utara Kabupaten Majalengka. Luas Wilayah Kecamatan Jatitujuh adalah 73,66 Km² yang berarti Kecamatan Jatitujuh hanya sekitar 6,12 % dari luas Wilayah Kabupaten Majalengka (± 1.204,24 Km²). Batas Administrasi Kecamatan Jatitujuh, sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Kabupaten Indramayu : Kecamatan Dawuan : Kecamatan Kertajati : Kecamatan Ligung 1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan Dalam hal ini konsep yang akan dibahas dalam penelitian ini ialah bagaimana struktur ruang yang ada di Kecamatan Jatitujuh.
4 Gambar 1.1 Peta Kabupaten Majalengka ANALISIS STRUKTUR RUANG KOTA KECAMATAN Studi Kasus : Kec. Jatitujuh kab. Majalengka PERENCANAAN WLAYAH DAN KOTA T EKNIK DAN ILMU KOMPUT ER UNIVESIT AS KOMPUT ER INDONESIA
5 1.5 Metodologi Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian diperlukan metode dan pendekatan yang tepat agar dapat memperoleh data yang relevan serta pelaksanaan penelitian yang tepat. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian menggunakan beberapa teknik metode penelitian. Penelitian ini termasuk kedalam kategori penelitian deskriptif karena tujuan dari penelitian ini ialah melihat gambaran fisik, artinya substansi yang dibahas dalam penelitian ini didasarkan kepada karakteristik fisik yang dalam hal ini ialah aspek struktur ruang Kecamatan Jatitujuh. 1.5.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan survei data sekunder dan survei data primer. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah, sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam dan dokumentasi. Macam Teknik Observasi Wawancara Dokumentasi Gabungan Gambar 1.2 Macam-Macam Teknik Pengumpulan Data a) Survei data primer terdiri dari observasi lapangan. Observasi lapangan untuk mengamati secara visual terhadap objek/persoalan dalam wilayah dimana observator langsung terlibat dalam menilai kondisi Kecamatan Jatitujuh. Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Sanafiah Faisal (1990) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi
6 berpartisipasi, observasi secara terang-terangan dan tersamar, dan observasi tak berstruktur. Wawancara untuk menggali informasi dari instansi terkait maupun para ahli terkait kebijakan struktur ruang Kecamatan Jatitujuh. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. b) Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya ketika didukung oleh sejarah objek, kondisi objek penelitian dan dapat didapatkan juga melalui dokumen-dukumen/literatur yang berkaitan dengan objek penelitian. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik yang telah ada. Triangulasi/gabungan Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Tabel 1.1 Data tentang jenis data primer & sekunder yang diperlukan No Jenis data Aspek Instansi/sumber 1 Data primer Survey: mengamati secara visual terhadap objek/persoalan dalam wilayah dimana observator langsung terlibat dalam menilai kondisi di Kecamatan Jatitujuh
7 No Jenis data Aspek Instansi/sumber Wawancara: ekspolorasi lebih rinci mengenai Instansi Terkait dan Masyarakat kebijakan-kebijakan yang terkait struktur ruang di Kecamatan Jatitujuh 2 Data Sekunder Kependudukan: penduduk berdasarkan jenis kelamin penduduk berdasarkan mata pencaharian penduduk berdasarkan umur Fisik tata ruang: guna lahan batas administrasi sistem pergerakan infrastruktur Kebijakan Pemerintah Teori, konsep, referensi mengenai struktur ruang BPS RDTR Kecamatan Jatitujuh Pemda Perpustakaan, internet 1.5.2 Metoda Analisis 1.5.2.1 Metode Penelitian Deskriptif Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran terhadap fenomenafenomena, menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan (Nazir, 1988:64). Dalam penelitian ini penulis merangkum dari beberapa teori maupun kebijakan terkait struktur ruang untuk dijadikan variabel penelitan yang dapat mewakili konsep struktur ruang. Berikut beberapa sumber kajian dari undang-undang dan pedoman serta dari beberapa ahli (Tabel 1.2). Dari hasil kajian tersebut diketahui terdapat 26 poin variabel unsur pembentuk ruang yang bersumber dari undang-undang, pedoman maupun beberapa ahli. Peneiliti merangkumnya menjadi beberapa variabel saja untuk dijadikan varibel dalam penelitian ini. Dari variabel-variabel pembentuk ruang tersebut peneliti simpulkan menjadi 5 variabel yang dijadikan batasan penenelitian ini. Variabel yang dipakai untuk konsep penyusunan struktur ruang yaitu distribusi penduduk, sistem tata guna lahan, sistem pusat pelayanan kegiatan, sistem jaringan pergerakan, dan sistem jaringan infrastruktur karena variabel
8 tersebut dapat mewakili dalam pembentukan struktur ruang perkotaan dalam penelitian ini. 1.5.2.2 Metode Analisis Proyeksi Prosentase rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah prioritas pertambahan penduduk rata-rata tiap tahun. Pertumbuhan penduduk wilayah perencanaan dihasilkan oleh berubahnya jumlah secara alamiah yaitu kelahiran dan kematian serta perubahan jumlah penduduk akibat migrasi (penduduk datang dan pergi). Dalam memperkirakan jmlah penduduk wilayah perencanaan selama 20 tahun yang akan datang digunakan metode proyeksi penduduk dengan meode bungan berganda. Dalam metode ini diperkirakan jumlah didasarkan atas adanya tingkat pertambahan penduduk pada tahun sebelumnya yang relatif berganda dengan sendirinya. Perhitungan proyeksi penduduk menurut metode bungan berganda dengan rumusan sebagai berikut : Pt + U = Pt ( 1 + R ) u Dimana : Pt : Jumlah penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun t. Pt + U : Jumlah penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun t+u. R : Tingkat (prosentase) pertambahan penduduk rata-rata setiap tahun (diperoleh dari data masa lalu).
9 No. Unsur Pembentuk Ruang Undang- Undang Penataan Ruang Pedoman Penyusunan RTR Kaw.Perkotaan Tabel 1.2 Variabel Penelitian Melville (1995) Anthony J.Catanese Sumber Patrick Geddes Doxiadis (1968) Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan (2008) Kus Hadinoto (1970-an) 1. Penduduk 2. Perumahan 3. Jaringan Transportasi 4. Jaringan Energi & Kelistrikan 5. Jaringan Telekomunikasi 6. Jaringan Sumber Daya Air 7. Industri 8. Perdagangan dan Jasa 9. Pemerintahan 10. Pergudangan 11. Ruang Terbuka 12. Jaringan Persampahan 13. Pendidikan 14. Kesehatan 15. Peribadatan 16. Sarana Olahraga 17. Alam 18. Tata Guna Lahan 19. Lingkungan 20. Pelesatrian benda-benda bersejarah 21. Teknologi 22. Bangunan 23. Bangunan lain yang bukan gedung 24. Iklim 25. Vegetasi 26. Pariwisata Sumber: Hasil Analisis, 2012 Sinulingga (2005)
10 1.6 Kerangka Pemikiran Kebijakan Pemerintah Daerah terkait RTRW Kabupaten Majalengka Perkembangan perkotaan yang cukup lambat Teori-teori yang terkait dengan struktur ruang - Kecamatan Jatitujuh sebagai hinterland kawasan BIJB - Kecamatan Jatitujuh termasuk dalam KKOP BIJB - Kecamatan Jatitujuh memiliki lokasi yang strategias karena dilalui jalan alternatif Majalengka-Indramayu - Pusat pertumbuhan perkotaan di sepanjang jalan utama - Terdiri dari satu struktur pusat pelayanan Kependudukan Sistem Tata Guna Lahan Sistem Pusat Pelayanan Kegiatan Sistem Jaringan Pergerakan Sistem Jaringan Infrastruktur Konsep Struktur Ruang
11 1.7 Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisikan mengenai Latar Belakang, Rumusan Persoalan, Maksud Tujuan dan Sasaran, Ruang Lingkup terdiri dari Ruang Lingkup Wilayah dan Ruang Lingkup Pembahasan, Metodologi Penelitian, Kerangka Pemikiran dan Sistematika Penulisan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan mengenai definisi/teori struktur ruang dan kebijakan terkait struktur ruang yang terdiri dari Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat, Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Majalengka dan kebijakan lainnya. BAB 3 GAMBARAN UMUM Bab ini berisikan mengenai gambaran umum wilayah penelitian dalam hal ini Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka. BAB 4 ANALISIS & PEMBAHASAN Bab ini berisikan mengenai sistematika analisis dan pembahasan. BAB 5 PENUTUP Bab ini berisikan mengenai kesimpulan, rekomendasi, saran untuk studi lanjutan dan kelemahan studi dari penelitian mengenai analisis struktur ruang kota kecamatan.