BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Temperatur Quench Terhadap Laju Korosi dan Struktur Mikro Hasil Pengelasan Baja Keylos 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

BAB IV DATA DAN ANALISA

Pengaruh Temperatur Quenching Terhadap Kekerasan Dan Ketangguhan Hasil Pengelasan Baja Keylos 50

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

TUGAS AKHIR PENELITIAN STAINLESS STEEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Sesudah dilakukan pengujian Uji Tarik dan Struktur Mikro pada Baja SS-400,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

BAB IV HASIL PENELITIAN

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

TUGAS AKHIR S T U DI LAJU KOROSI WELD JOINT M A T ERIAL PHYTRA AGASTAMA

Karakterisasi Material Sprocket

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

BAB II KERANGKA TEORI

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

Ir. Hari Subiyanto, MSc

16 Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

ANALISA MECHANICAL DAN METALLURGICAL PENGELASAN BAJA KARBON A36 DENGAN METODE SMAW

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

ARI BUDIANTO N I M : D

PENGARUH HEAT TREATMENT

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

Dimas Hardjo Subowo NRP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

09: DIAGRAM TTT DAN CCT

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, dan LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON EMS-45 DENGAN METODE UJI JOMINY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

Persentasi Tugas Akhir

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

ANALISIS PENGARUH MEDIA PACK CARBURIZING TERHADAP KEAUSAN DAN KEKERASAN SPROKET SEPEDA MOTOR. Sigit Gunawan 1 dan Sigit Budi Harton 2

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

KARAKTERISASI SAMBUNGAN SMAW BAJA KARBON RENDAH MENGGUNAKAN 3 JENIS ELEKTRODA Priyo Tri Iswanto 1,a, Mudjijana 1,b, Rela Adi Himarosa 2,a

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

Pelaksanaan Uji Tarik

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

Struktur Mikro Las Baja C-Mn Hasil Pengelasan Busur Terendam dengan Variasi Masukan Panas

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

FERIT, PERLIT, SEMENTIT, MARTENSIT, DAN BAINIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbesaran 100x adalah 100 µm. Sebelum dilakukan pengujian materi yang

STUDI MORFOLOGI MIKROSTRUKTUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAJU KOROSI ANTARA BAJA HSLA 0,029% Nb DAN BAJA KARBON RENDAH SETELAH PEMANASAN ISOTHERMAL

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini merupakan eksperimen untuk mengetahui pengaruh temperatur media pendingin pasca pengelasan terhadap laju korosi dan struktur mikro. Pengujian laju korosi dan foto struktur mikro dilakukan berdasarkan hasil pengelasan yang dilakukan menggunakan elektroda E 7016 dengan parameter pengelasan sama, yang membedakan hanya variasi temperatur media pendingin pasca pengelasan. Pengujuan laju korosi dilakukan dengan metode weight loss, spesimen uji direndam ke dalam larutan korosif dan pengujian struktur mikro dilakukan dengan pengambilan gambar menggunakan alat yang bernama Metallurgical Microscope with Inverted (Olympus PME). Hasil dari eksperimen yang dilakukan adalah 1. Komposisi Kimia Komposisi kimia didapatkan dari print out properties material dari perusahaan pembuat material. Print out properties material menunjukkan bahwa material lasan merupakan baja karbon sedang sedangkan filler atau elektroda merupakan baja karbon rendah. Berikut komposisi kimia dari baja keylos 50. Tabel 4.1 Komposisi Kimia Raw Material Nama Bahan Keylos 50 (S 45 C) Komposisi kima C Mn Si (Max) S 0.42 < 0.50 0.5 < 0.8 0.40 0.020 < 0.040 Cr +Mo+Ni (Max) 0.63 Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa persentase karbon masih dalam kategori baja karbon sedang, yaitu diatas 0.3% dan dibawah 0.5%. 47

48 Komposisi filler atau elektroda menunjukkan bahwa elektroda E 7016 yang digunakan merupakan elektroda karbon rendah. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Komposisi Kimia Elektroda E7016 Nama Bahan AWS A5.1 E7016 Komposisi kima C Mn Si S P Cr Ni Mo V 0.070 1.12 0.54 0.007 0.018 0.027 0.006 0.003 0.016 < < < < < < < < < 0.15 1.60 0.75 0.035 0.040 0.20 0.30 0.030 0.08 2. Pengujian Struktur Mikro Struktur mikro dari hasil pengelasan baja keylos 50 dengan variasi temperatur media pendingin pasca pengelasan memiliki perbedaan pada setiap spesimennya. Struktur mikro dilihat melalui pengujian foto mikro dengan perbesaran 100 kali dan 200 kali. Foto dengan perbesaran 200 kali diambil pada daerah weld metal, HAZ dan raw material, sedangkan foto dengan perbesaran 100 kali diambil pada daerah perbatasan weld metal dan HAZ, serta perbatasan HAZ dan raw material. Pengamatan spesimen menggunakan Metallurgical Microscope with Inverted (Olympus PME) dilakukan setelah spesimen dihaluskan permukaanya terlebih dahulu menggunakan amplas dengan tingkat kekasaran yang berbeda, dimulai dari amplas yang memiliki kekasaran tinggi sampai amplas yang memiliki tingkat kekasaran rendah/halus, kemudian dilakukan pemolesan menggunakan metal polisher sampai batas weld metal, HAZ dan raw material terlihat, selain itu juga untuk menghilangkan goresan-goresan halus yang ada pada permukaan spesimen. Spesimen yang telah selesai dipoles kemudian di etsa menggunakan larutan NaOH 50%, larutan etsa disiramkan ke permukaan spesimen sehingga terjadi reaksi antara permukaan spesimen dengan larutan etsa. Reaksi tersebut menyebabkan semakin terlihatnya struktur mikro dari spesimen tersebut. Spesimen kemudian dicuci menggunakan air mengalir dan dikeringkan menggunakan hairdryer.

49 (a) Pendingin Udara (c) Pendingin Air 25-30 ⁰C (b) Pendinginn Air 5-10 ⁰C (d) Pendinginn Air 75-80 ⁰C Gambar 4.1 Foto Makro Hasil Pengelasan Baja Keylos 50 Hasil etsa dapat dilihat pada gambar 4.1 yang memperlihatkan perbedaan antaraa weld metal, HAZ dan raw material setelah dilakukan pengelasan. Pengamatan struktur mikro dilakukan pada weld metal, perbatasan antaraa las dan HAZ, HAZ, perbatasan antara HAZ dan base metal serta base metal itu sendiri. Perbesaran yang digunakan saat pengambilan gambar adalah 100 kali. Pengambilan gambar menggunakann perbesaran 100 kali karena daerah perbatasan memiliki rentang jarak yang cukup jauh, sehingga membutuhkan perbesaran yang tidak terlalu besar dan perbesaran 100 kali merupakan perbesaran yang paling optimal untuk mengambil gambar struktur mikro hasil pengelasan baja keylos 50. Hasil dari pengujian digunakan untuk mengetahui wujud fasa dari spesimen setelah mengalami perlakuan quenching pasca pengelasan dengan variasi temperatur media pendingin. Data hasil pengujian commit akan to menunjukkan user perbedaan struktur mikro

50 dari masing-masing spesimen. Dari data tersebut dapat dapat dianalisis menggunakan diagram Continous Cooling Transformation (CCT), selanjutnya struktur mikro yang terbentuk akan dianalisis lebih lanjut mengenai pengaruhnya terhadap ketahanan korosi material hasil pengelasan. 3. Pengujian Laju Korosi Temperatur media pendingin pasca pengelasan berpengaruh terhadap laju korosi pada logam. Pengaruh yang terjadi dibuktikan dengan eksperimen perhitungan laju korosi. Eksperimen perhitungan laju korosi dilakukan dengan metode weight loss dengan media pengkorosi HCl dengan konsentrasi 5% sebanyak 600 ml. Spesimen yang diuji sebanyak 4 variasi ditambah dengan 1 raw material, masing-masing variasi dibuat 3 sampel, jadi total spesimen yang diuji korosi ada 15 sampel yang berukuran 40 x 16 x 10 mm. Sampel ditimbang untuk mendapatkan berat awal spesimen, serta diukur dimensi awal dari spesimen. Spesimen yang telah ditimbang dan diukur dimensinya diberi lapisan resin dan menyisakan 1 sisi yang nantinya akan terekspose oleh larutan korosif. Perendaman benda uji dilakukan selama 240 jam. Setelah dilakukan perendaman pada larutan korosif, kemudian berat dari bahan uji diukur / ditimbang. Hasil pengukuran berat dari spesimen uji korosi dijadikan sebagai bahan perhitungan laju korosi pada spesimen uji. Korosi yang terjadi pada spesimen yang telah dilakukan uji korosi semuanya terjadi di luar weld metal, korosi hanya terjadi di daerah HAZ dan base metal saja. Korosi yang terjadi pada spesimen dapat dilihat pada gambar 4.2.

51 a. Pendingin Air 5-10 ⁰C b. Pendingin Air 25-30 ⁰C c. Pendingin Udara d. Pendingin Air 75-80 ⁰C e. Raw Material Gambar 4.2 Foto Korosi Hasil Pengelasan Baja Keylos 50 Gambar 4.2 menunjukkan bahwa korosi hanya terjadi di sekitar weld metal dan pada sisi-sisi bekas pemotongan spesimen. Hal ini menunjukkan bahwa weld metal memiliki ketahanan korosi lebih baik dibandingkan base metal dan HAZ. Korosi pada sisi spesimen lebih disebabkan karena pada saat proses pemotongan, spesimen commit banyakto mengalami user retak dan terdapat tegangan

52 sisa. Dapat dilihat pula korosi yang terjadi merupakan korosi sumuran, karena korosi pada logam membentuk lubang-lubang. Spesimen yang telah direndam pada HCL 5% diukur beratnya. Pengukuran berat dilakukan untuk mengetahui berat yang hilang dari setiap spesimen uji korosi, hasil dari pengukuran berat ini dijadikan sebagai dasar perhitungan laju korosi. Hasil dari pengukuran berat sesuai dengan tabel 4.1. Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Dimensi dan Berat dari Pengujian Weight Loss No Media Quench Permukaan yang dikorosi Lebar (mm) Panjang (mm) Sebelum dikorosi (gram) Berat spesimen Sesudah dikorosi (gram) Selisih berat (gram) 1 Raw Material 13.92 39.60 63.23 62.17 1.06 2 Raw Material 13.91 39.58 62.31 61.38 0.93 3 Raw Material 13.86 39.71 62.48 61.53 0.95 4 Udara 13.96 40.33 63.27 62.06 1.21 5 Udara 14.03 40.22 63.24 61.94 1.30 6 Udara 13.94 39.71 62.51 61.37 1.14 7 Air 5-10 ⁰C 14.03 39.66 62.56 61.40 1.16 8 Air 5-10 ⁰C 14.05 40.22 63.31 62.08 1.23 9 Air 5-10 ⁰C 14.04 39.85 62.59 61.40 1.19 10 Air 25-30 ⁰C 14.01 40.03 62.85 62.04 0.81 11 Air 25-30 ⁰C 13.86 40.36 63.53 62.70 0.83 12 Air 25-30 ⁰C 13.85 39.84 63.11 62.25 0.86 13 Air 75-80 ⁰C 13.90 39.98 63.68 62.65 1.03 14 Air 75-80 ⁰C 13.82 39.92 60.96 59.89 1.07 15 Air 75-80 ⁰C 13.95 39.92 63.28 62.18 1.10 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ada perbedaan selisih berat antar variasi spesimen. Rata rata selisih berat antar masing masing variasi mulai dari raw material, pendingin udara/tanpa quenching, pendingin air 5-10 ⁰C, pendingin air 25-30 ⁰C, pendingin air 75-80 ⁰C berturut turut adalah 0.98 gr, 1.22 gr, 1.19 gr, 0.83 gr, 1.07 gr. Data tersebut menunjukkan bahwa dibandingkan dengan raw material, pendinginan pasca pengelasan yang dilakukan dengan media udara commit lebih to banyak user kehilangan berat, pendinginan

dengan air 5-10 ⁰C kehilangan berat lebih sedikit dibandingkan dengan pendinginan udara, tetapi lebih banyak jika dibandingkan dengan raw material, pendinginan dengan media air 25-30 ⁰C mengalami pengurangan berat paling sedikit dibandingkan dengan spesimen lainnya dan pendinginan dengan media air 75-80 ⁰C mengalami kehilangan berat lebih sedikit dari spesimen dengan media pendinginan udara dan air 5-10 ⁰C, tetapi lebih banyak jika dibandingkan dengan raw material dan spesimen dengan media pendingin air 25-30 ⁰C. Data yang ada pada tabel 4.3 digunakan sebagai dasar dalam perhitungan laju korosi. Data diolah menggunakan persamaan sebagai berikut: Laju Korosi (mpy) =... Dimana: K : Konstanta (lihat tabel 2.2) W : Berat yang hilang selama percobaan (gram) D : Densitas material (gr/cm 3 ) A : Luas permukaan yang terkorosi (cm 2 ) T : Lama waktu ekspos (jam) B. Pembahasan Hasil Analisis Data Analisis data dilakukan untuk mengetahui lebih jauh tentang hasil penelitian yang telah dilakukan. Data dalam bentuk angka dapat disajikan dalam bentuk histogram dan grafik. Histogram digunakan untuk mengetahui perbandingan dari hasil penelitian sedangkan grafik digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan ataupun penurunan hasil penelitian. Data dalam bentuk sebuah gambar dapat dianalisis dengan menjelaskan hal-hal yang ada pada gambar tersebut. Adapun analisis hasil penelitian sebagai berikut: 53 1. Analisis Hasil Foto Stuktur Mikro Pengujian struktur mikro menggunakan alat Metallurgical Microscope with Inverted (Olympus PME). Pengambilan gambar dilakukan dengan perbesaran 100 kali. Pengambilan gambar dilakukan pada weld metal,

54 HAZ dan base metal, dan daerah perbatasan. Perbesaran 100 kali dipilih karena untuk melihat batas struktur mikro yang memilikii jarak panjang, sehingga tidak terlihat jika menggunakan perbesaran di atas 100 kali. Hasil pengujian struktur mikro hasil pengelasan baja keylos 50 dengan variasi temperatur pendingin adalah a. Foto Mikro Logam Tanpa Pengelasan Keterangan: F = Ferit P = Perlit M = Martensit Gambar 4.3 Foto Mikro Raw Material (Perbesaran 200 X) Gambar 4.3 menunjukkan bahwa struktur mikro raw material yang mendominasi adalah martensit, perlit dan ferit. Struktur tersebut mengakibatkan material memiliki kekerasan yang tinggi tetapi ketangguhan dan ketahanan korosinya rendah. Hal ini disebabkan karena sifat martensit itu sendiri yang mudah mengeras dan mudah retak, sehingga mudah terserang korosi.

55 b. Foto Mikro Weld Metal (a) Pendingin Udara (c) Pendingin Air 25-30 ⁰C (b) Pendingin Air 5-10 ⁰C (d) Pendingin Air 75-80 ⁰C Keterangan: FSP = Ferrite Side Plate GBF = Grain Boundary Ferrite AF = Acicular Ferrite Gambar 4.4 Foto Struktur Mikro Weld Metal Hasil Pengelasan Baja Keylos 50 (Perbesaran 200 X) Gambar 4.4 merupakan foto mikro weld metal, gambar (a) menunjukkan bahwa struktur mikro hasil pengelasan dengan pendingin udara/tanpa quenching didominasi ferrite side plate dan acicular ferrite, sedangkan grain boundary ferrite lebih sedikit ini dikarenakan pendinginan yang cepat terjadi. Pendingin air 5-10 ⁰C juga didominasi ferrite side plate dan acicular ferrite, ini dikarenakan temperatur air yang rendah sehingga menyebabkan commit pelepasan to user panas menjadi sangat cepat.

56 Pendingin air 25-30 ⁰C terdapat banyak grain boundary ferrite, ini dikarenakan pendinginan terjadi lebih lambat dibandingkan dengan spesimen dengan pendingin air 5-10 ⁰C dan udara, meskipun temperatur air sama dengan temperatur udara kerapatan molekul air menghambat pelepasan panas, selain itu karena media air berada dalam sebuah ember dan tidak mengalir sehingga laju pendinginan juga semakin menurun karena temperatur air otomatis meningkat. Pada pendingin air 75-80 ⁰C pendinginan terjadi sangat lambat, selain itu temperatur air yang tinggi juga dapat menyebabkan tumbuhnya karbida logam dan meningkatkan kandungan ferrite side plate diantara dominasi dari grain boundary ferrite. c. Foto Mikro Perbatasan Weld Metal dan HAZ (a) Pendingin Udara (c) Pendingin Air 25-30 ⁰C (b) Pendingin Air 5-10 ⁰C (d) Pendingin Air 75-80 ⁰C Gambar 4.5 Foto Struktur Mikro Perbatasan Weld Metal dan HAZ Hasil Pengelasan commit to Baja user Keylos 50 (Perbesaran 100 X)

57 Gambar 4.5 menunjukkan bahwa ada perbedaan struktur mikro pada weld metal dan HAZ, ini dikarenakan adanya perbedaan komposisi kimia dari weld metal dan HAZ. Daerah HAZ terlihat adanya struktur bainit dan sedikit martensit karena logam induk memiliki persentase karbon yang lebih banyak daripada logam las. d. Foto Mikro HAZ (a) Pendingin Udara (c) Pendingin Air 25-30 ⁰C (b) Pendingin Air 5-10 ⁰C (d) Pendingin Air 75-80 ⁰C Gambar 4..6 Foto Struktur Mikro Daerah HAZ Hasil Pengelasan Baja Keylos 50 (Perbesaran 200 X) Gambar 4.6 menunjukkan struktur mikro dari daerah HAZ hasil pengelasan baja keylos 50, terlihat bahwa struktur mikro daerah HAZ didominasi bainit dan martensit, ini disebabkan karena panas yang diterima daerah HAZ belum commit mampu to user menjadikan struktur mikro logam

58 bertransformasi secara menyeluruh sehingga struktur mikro pada weld metal masih sama dengan daerah yang tidak terpengaruh panas hanya berbeda ukuran butirnya saja. Hasil pengelasan dengan pendingin udara/tanpa quenching memiliki struktur mikro bainit dan martensit paling banyak jika dibandingkan dengan dengan media pendingin air. Hal ini disebabkan pendingin udara/tanpa quenching memiliki laju pendinginan yang cepat karena molekul udara yang bebas sehingga pelepasan panas menjadi lebih cepat. Sedangkan pada pendingin air 5-10 ⁰C memiliki martensit dan bainit lebih banyak dibandingkan dengan pendingin air 25-30 ⁰Cdan pendingin air 75-80 ⁰C. Terlihat bahwa semakin panas temperatur air maka struktur bainit dan martensit semakin sedikit. e. Foto Mikro Perbatasan HAZ dan Base Metal (a) Pendingin Udara (c) Pendingin Air 25-30 ⁰C (b) Pendinginn Air 5-10 ⁰C (d) Pendingin Air 75-80 ⁰C Gambar 4.7 Foto Struktur Mikro Daerah Perbatasan HAZ dan Base Metal Hasil Pengelasan Baja Keylos 50 (Perbesaran 100 X)

59 Gambar 4.7 menunjukkan bahwa HAZ memiliki struktur mikro yang berbeda dengan daerah yang tidak terpengaruh panas. Hal ini disebabkan karena panas yang berpengaruh pada HAZ sudah mulai merubah struktur mikro dari logam, tetapi belum sampai mencair. Sedangkan pada logam yang tidak terpengaruh panas, struktur mikronya sama sekali tidak berubah. f. Foto Mikro Base Metal (a) Pendingin Udara (c) Pendingin Air 25-30 ⁰C (b) Pendingin Air 5-10 ⁰C (d) Pendingin Air 75-80 ⁰C Gambar 4..8 Foto Struktur Mikro Base Metal Hasil Pengelasan Baja Keylos 50 (Perbesaran 200 X) Gambar 4.8 menunjukkan bahwa tidak ada perubahan sama sekali terhadap struktur mikro yang ada pada logam yang tidak terpengaruh panas las. Struktur mikro commit yang to ada user pada logam tersebut masih sama

dengan struktur mikro yang ada pada raw material yaitu ferit, perlit dan martensit. 60 2. Analisis Hasil Pengujian Laju Korosi Hasil pengujian laju korosi dari semua spesimen menunjukkan bahwa daerah yang banyak terserang korosi adalah HAZ, base metal juga mengalami korosi tetapi tidak sebanyak HAZ dan weld metal merupakan daerah yang paling tahan terhadap serangan korosi. Hasil ini terjadi karena weld metal memiliki persentase karbon yang sedikit karena filler yang digunakan merupakan elektroda dengan kadar karbon rendah yaitu 0,07 % C, sehingga weld metal memiliki sifat yang ulet dan kecil kemungkinan akan mengalami retak las sesuai dengan sifat baja karbon rendah itu sendiri. Daerah yang paling banyak terserang korosi yaitu daerah HAZ memiliki persentase karbon sebanyak 0,40 % C, sehingga pada saat proses quenching terjadi peningkatan kegetasan dan besar kemungkinan akan mengalami retak las, hal ini yang menyebabkan HAZ paling banyak terserang korosi. Base metal juga memiliki komposisi yang sama dengan HAZ, tetapi daerah ini tidak terkena pengaruh panas sehingga struktur mikronya tidak berubah dan tidak terjadi retak pengelasan tetapi tetap memiliki sifat yang getas, sesuai dengan karakteristik baja karbon sedang. Data hasil pengujian laju korosi dari hasil pengelasan SMAW baja keylos 50 dengan variasi temperatur media pendingin pasca pengelasan dihitung berdasarkan parameter yang ada pada tabel 4.3, dari perhitungan tersebut didapatkan tingkat laju korosi dari masing masing spesimen yang diuji. Data hasil perhitungan laju korosi berdasarkan temperatur media pendinginnya dapat dilihat pada tabel 4.4.

61 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Laju Korosi Hasil Pengelasan Baja Keylos 50 No Media Quench Laju korosi (mpy) Rata rata (mpy) 1 Raw Material 352.135 2 Raw Material 309.327 325.848 3 Raw Material 316.081 4 Udara 393.559 5 Udara 421.873 397.518 6 Udara 377.121 7 Air 5-10 ⁰C 381.756 8 Air 5-10 ⁰C 398.589 389.943 9 Air 5-10 ⁰C 389.484 10 Air 25-30 ⁰C 264.484 11 Air 25-30 ⁰C 271.708 273.867 12 Air 25-30 ⁰C 285.409 13 Air 75-80 ⁰C 339.405 14 Air 75-80 ⁰C 355.159 352.093 15 Air 75-80 ⁰C 361.715 Perbedaan temperatur pendinginan pasca pengelasan berpengaruh pada tingkat laju korosi masing masing temperatur spesimen. Didapat hasil laju korosi masing masing spesimen yang telah tertulis pada tabel 4.4. Raw material yang berfungsi sebagai acuan dalam membandingkan laju korosi memiliki rata rata nilai laju korosi 325.848 mpy, spesimen dengan pendinginan udara memiliki rata-rata nilai laju korosi 397.518 mpy, spesimen dengan pendingin air 5-10 ⁰C memiliki nilai rata-rata laju korosi 389.943 mpy, spesimen dengan pendingin air 25-30 ⁰C memiliki rata-rata nilai laju korosi 273.867 mpy dan spesimen dengan pendingin air 75-80 ⁰C memiliki rata-rata nilai laju korosi 352.093 mpy. Data tersebut jika diurutkan mulai dari yang memiliki tingkat laju korosi paling rendah adalah spesimen dengan pendingin air 25-30 ⁰C, raw material yang memiliki selisih 51.981 mpy lebih banyak dari spesimen dengan pendingin air 25-30 ⁰C, spesimen dengan pendingin air 75-80 ⁰C yang memiliki selisih 78.226 mpy lebih banyak dari spesimen dengan pendingin air 25-30 ⁰C, spesimen dengan pendingin air 5-10 ⁰C yang memiliki selisih 116.076 commit to mpy user lebih banyak dari spesimen dengan

62 pendingin air 25-30 ⁰C dan spesimen dengan pendinginan udara dengan selisih 123.651 mpy lebih banyak dari spesimen dengan pendingin air 25-30 ⁰C. Untuk mengetahui perbedaan dari hasil pengujian laju korosi masing-masing spesimen maka rata-rata nilai laju korosi yang ada pada tabel 4.4 dapat disajikan ke dalam bentuk histogram dan grafik untuk memperjelas perbedaan tingkat laju korosi masing-masing spesimen dan memudahkan dalam analisis data yang telah diperoleh. Histogram rata-rata a nilai laju korosi dapat dilihat padaa gambar 4.9 di bawah ini. Laju Korosi Nilai Laju Korosi Baja Keylos 50 Hasil Pengelasan (mpy) 400 300 200 100 0 325,848 Raw Material 397,518 389,943 Udara Air 5-10 ⁰C 273,867 Air 25-30 ⁰C 352,0933 Air 75-80 ⁰C Raw Material Udara Air 5-10 ⁰C Air 25-30 ⁰C Air 75-80 ⁰C Media Quench Gambar 4.9 Histogram Rata Rata Laju Korosi Hasil Pengelasan Baja Keylos 50 Bentuk grafik dari nilai laju korosi hasil pengelasann baja keylos 50, dapat dilihat padaa gambar 4.10 berikut.

Nilai Laju Korosi 450 400 350 300 325,848 397,518 389,943 273,867 352,093 250 200 Nilai Laju Korosi 150 100 50 0 Raw Material Udara Air 5-10 ⁰C Air 25-30 ⁰C Air 75-80 ⁰C

64 sebesar 71,67 mpy atau 21.99 % dibandingkan dengan raw material, ini disebabkan karena pada weld metal jumlah grain boundary ferrite yang rendah sehingga kemungkinan terjadi retak minor karena peningkatan kekerasan yang memicu terjadinya korosi. Selain itu juga karena HAZ yang mengalami pemanasan dan pendinginan cepat menyebabkan daerah ini menjadi daerah yang paling kritis pada saat pengelasan, karena banyak terdapat tegangan sisa karena proses pendinginan yang cepat dan juga kegetasan atau kerapuhan yang meningkat. Spesimen dengan pendingin air 5-10 ⁰C mengalami peningkatan laju korosi sebesar 64,09 mpy atau 19.67 % dibandingkan dengan raw material. Peningkatan laju korosi dari spesimen dengan pendingin air 5-10 ⁰C lebih rendah jika dibandingkan dengan spesimen dengan pendinginan udara, hal ini disebabkan karena jumlah grain boundary ferrite pada weld metal lebih banyak daripada spesimen dengan pendinginan udara, sehingga peningkatan kekerasan tidak terlalu signifikan dan kemungkinan terjadi retak minor karena peningkatan kekerasan juga kecil. Selain itu, juga disebabkan karena pendinginan yang sangat cepat yang menyebabkan bainit dan martensit meningkat pada daerah HAZ. Pendinginan yang sangat cepat juga menyebabkan timbulnya tegangan sisa yang memicu terjadinya korosi. Spesimen dengan pendingin air 25-30 ⁰C mengalami penurunan laju korosi sebesar 51,98 mpy atau 15,95 %. Penurunan laju korosi hanya terjadi pada spesimen dengan pendingin air 25-30 ⁰C, hal ini disebabkan karena pada weld metal didominasi oleh grain boundary ferrite, sehingga pada weld metal bersifat lunak atau ulet dan sangat kecil kemungkinan untuk terjadi keretakan pasca pengelasan. Selain itu, pendinginan yang terjadi pada HAZ lebih lambat sehingga butir ferit lebih besar dibanding spesimen dengan pendingin air 5-10 ⁰C, oleh karena itu tingkat keuletannya lebih tinggi dan kegetasaannya lebih rendah jika dibandingkan dengan spesimen dengan pendingin air 5-10 ⁰C. Spesimen dengan pendingin air 75-80 ⁰C kembali mengalami peningkatan laju korosi sebesar 26,24 mpy atau 8,05 %. Peningkatan kembali

65 tingkat laju korosi pada spesimen dengan pendingin air 75-80 ⁰C lebih disebabkan karena pada proses quenching, temperatur air ditahan pada angka 75-80 ⁰C dan dapat meningkat lagi karena panas dari logam pasca pengelasan berpindah ke air, pada temperatur tersebut dapat menyebabkan terbentuknya karbida atau senyawa karbon pada logam meskipun hanya sedikit, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan laju korosi. Hasil pengujian korosi menunjukkan adanya penurunan ketahanan korosi pada pengelasan dengan menggunakan filler/elektroda E7016 yang mengalami perlakuan quenching menggunakan air bertemperatur 5-10 o C dan tanpa quenching hal ini karena pendinginan cepat yang terjadi menyebabkan struktur mikro pada weld metal di dominasi oleh accicular ferrite dan ferrite site plate, sedangkan pada daerah HAZ di dominasi oleh bainit dan sedikit martensit. Kondisi struktur mikro yang seperti ini menyebabkan laju korosi meningkat, yang bisa diakibatkan karena adanya tegangan sisa karena adanya peningkatan kekerasan yang dapat menyebabkan adanya retak minor pada logam hasil lasan yang mengurangi ketahanan korosi logam. Sedangkan pada quenching menggunakan air bertemperatur 25-30 o C dan 75-80 o C ketahanan korosi mengalami peningkatan, ini disebabkan pendinginan terjadi sangat lambat sehingga struktur mikro pada weld metal didominasi oleh grain boundary ferrite, sedangkan pada daerah HAZ kandungan bainit dan martensitnya lebih sedikit sehingga kemungkinan adanya tegangan sisa pada hasil lasan sangat kecil. Ini yang menyebabkan ketahanan korosi hasil lasan meningkat.