PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 62 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 14 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 62 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN RPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 21 TAHUN 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 21 TAHUN 2004

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2004 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 16

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2001 SERI B.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI ANGKUTAN KENDARAAN UMUM DI JALAN

TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK. Tahun. retribusi kewenangan. Daerah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. bahwa atas dasar pertimbangan tersebut di atas perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Bongkar Muat Barang.

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEBERANGAN DI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2004 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN ANGKUTAN UMUM DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 15 TAHUN 2005 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 22 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 21 TAHUN 2012

NOMOR : 34 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2005 NOMOR 10 SERI C NOMOR 8

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK ANGKUTAN DARAT DI KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PARKIR DI KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM DAN KENDERAAN KHUSUS

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIIK NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IJIN OPERASIONAL KENDARAAN TIDAK BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DI KABUPATEN BARITO UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI C.1

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

BUPATI SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

LEMBARAN DAERAH. c. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a dan b perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap.

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN JALAN

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan pembinaan usaha perbengkelan di Kabupaten Lombok Timur, maka dipandang perlu untuk mengatur izin perbengkelan; b. bahwa sebagai upaya penunjang pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab diperlukan adanya penggalian sumber pendapatan daerah dari retribusi guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655); 2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1980, Nomor 83 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186);

2 3. Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4380); 4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaga Negara Nomor 4048); 5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 7. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 8. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara nomor 3831); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3297); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 1993 tentang Pengawasan Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993, Nomor 3528); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993, tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993, Nomor 60 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3229);

3 12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan Bermotor dan Pengemudi (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3530); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 72 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4838); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUUR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA BENGKEL KENDARAN BERMOTOR BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lombok Timur. 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai badan Eksekutif Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Lombok Timur. 4. Dinas Perhubungan dan Pariwisata adalah Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Timur.

4 5. Pejabat yang ditunjuk adalah Pejabat yang berwenang mengelola Retribusi Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor sesuai Kewenangan yang diberikan oleh Bupati. 6. Bengkel Kendaraan adalah bengkel yang berfungsi untuk membetulkan, memperbaiki, merawat kendaraan agar tetap memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang selanjutnya dalam Peraturan Daerah ini disebut bengkel umum. 7. Usaha Bengkel Kendaraan adalah Usaha Jasa yang bersifat komersial dalam bidang perbengkelan yang berfungsi untuk membetulkan, memperbaiki, merawat kendaraan agar tetap memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. 8. Pengusaha bengkel kendaraan adalah orang atau Badan Hukum yang memiliki usaha bengkel kendaraan. 9. Pimpinan usaha bengkel kendaraan adalah orang yang memimpin seharihari dan bertanggungjawab atas pengelolaan usaha bengkel kendaraan. 10. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 11. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. 12. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan. 13. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SPTRD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut Peraturan Retribusi. 14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang. 15. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

5 16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang dan tidak seharusnya terutang. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2 (1) Dengan nama Retribusi Izin Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor di pungut retribusi atas usaha penyelenggaraan perbengkelan di Wilayah Kabupaten Lombok Timur. (2) Obyek Retribusi adalah setiap permohonan persetujuan izin prinsip, izin usaha dan izin operasi penyelenggaraan usaha perbengkelan dan daftar ulang izin usaha. (3) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang bergerak dibidang usaha perbengkelan. BAB III PERSETUJUAN IZIN PRINSIP DAN IZIN USAHA BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR Bagian Pertama Penggolongan Bengkel Pasal 3 (1) Bengkel kendaraan bermotor digolongkan menjadi : a. Bengkel kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih dikelompokkan menjadi : 1) Bengkel Besar. 2) Bengkel Sedang. 3) Bengkel Kecil. b. Bengkel kendaraan bermotor roda 2 (dua) dikelompokkan menjadi : 1) Bengkel Besar 2) Bengkel Sedang 3) Bengkel Kecil

6 (2) Penggolongan Bengkel Kendaraan Bermotor mejadi Bengkel Besar, Sedang dan Kecil di nilai berdasarkan kriteria : a. Permodalan yang terdiri dari : 1) Bengkel Besar dengan modal di atas Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah); 2) Bengkel Sedang dengan modal antara Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah); 3) Bengkel Kecil dengan modal antara Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah). b. Peralatan; c. Tenaga mekanik yang mempunyai kualifikasi teknis di bidang otomotif. (3) Persyaratan teknis penggolongan bengkel kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Bagian Kedua Persetujuan Izin Prinsip Pasal 4 (1) Untuk membangun bengkel harus mendapatkan Persetujuan Izin Prinsip; (2) Untuk mendapatkan Persetujuan Izin sebagaimana dimaksud ayat (1), pengusaha bengkel mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas Perhubungan dengan melampirkan ; a. H.O; b. Gambar Lokasi; dan b. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk. (3) Persetujuan Izin Prinsip hanya diberikan kepada Warga Negara Indonesia/Badan Hukum Indonesia/Badan Usaha Indonesia. Pasal 5 Persetujuan Izin Prinsip membangun bengkel harus digunakan dalam masa 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkan dan batal bilamana pembangunan belum dimulai dalam jangka waktu tersebut.

7 Pasal 6 (1) Persetujuan atau penolakan terhadap permohonan persetujuan izin prinsip membangun bengkel kendaraan bermotor diselesaikan dalam waktu 14 hari setelah permohonan diajukan secara lengkap. (2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) izin prinsip tidak keluar/diterbitkan, dianggap sudah mendapat persetujuan/izin. (3) Setelah Persetujuan Izin Prinsip dikeluarkan, pemohon harus melengkapi Izin Mendirikan Bangunan. (4) Persetujuan izin prinsip dapat dipindahtangankan atas ijin Dinas Perhubungan dan Pariwisata. Bagian Ketiga Izin Usaha Pasal 7 (1) Untuk mengusahakan bengkel harus memiliki izin usaha bengkel. (2) Pemohon yang mengajukan Izin Usaha mengajukan surat permohonan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Perhubungan dengan melampirkan : a. Izin Tempat Usaha (HO). b. Izin Mendirikan Bangunan (IMB). c. Kesanggupan mengikuti penggolongan usaha bengkel umum sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini. (3) Izin Usaha bengkel berlaku sepanjang bengkel dimaksud masih menjalankan usahanya dan harus didaftarkan ulang setiap 3 (tiga) tahun sekali. (4) Persetujuan atau penolakan permohonan izin usaha perbengkelan diselesaikan dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah berkas permohonan diajukan secara lengkap dan bila dalam jangka waktu tersebut terjadi penolakan harus menyebutkan alasan-alasannya.

8 Pasal 8 (1) Izin usaha bengkel dinyatakan tidak berlaku lagi, apabila : a. Pemegang izin usaha meninggal dunia. b. Tidak didaftarkan ulang setelah 5 (lima) tahun kepada Bupati. (2) Izin usaha dicabut apabila : a. Memperoleh izin usaha secara tidak sah; b. Tidak melakukan kegiatan-kegiatan pokok sesuai dengan izin yang diberikan; c. Tidak lagi memenuhi ketentuan, persyaratan dan kewajiban sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini; d. Menyelenggarakan penambahan perlengkapan teknis tanpa persetujuan izin prinsip. (3) Dalam hal pemegang izin usaha meninggal dunia, atas kesepakatan ahli waris dapat diteruskan oleh salah seorang yang ditunjuk untuk jangka waktu 1 (satu) Tahun. Bagian Keempat Kewajiban Pasal 9 Pengusaha/pemilik Bengkel umum berkewajiban untuk : a. Mencegah dan melarang penggunaan bengkel umum dari kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban umum; b. Menjaga keselamatan, ketertiban dan kelancaran Lalu Lintas di sekitar lingkungannya; c. Mentaati ketentuan ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. BAB IV DASAR PENGENAAN, PENETAPAN DAN TARIF RETRIBUSI Pasal 10 Dasar pengenaan retribusi adalah biaya yang dikeluarkan oleh wajib retribusi untuk menyelenggarakan usaha perbengkelan yang meliputi :

9 a. Permohonan persetujuan izin prinsip. b. Permohonaan izin usaha. c. Daftar ulang izin usaha Pasal 11 (1) Penetapan retribusi berdasarkan Surat Pemberitahuan Retribusi daerah dengan menerbitkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Dalam hal Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah tidak dipenuhi oleh wajib retribusi sebagaimana mestinya maka diterbitkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah. (3) Bentuk dan isi Surat Ketetapan retribusi Daerah sebagaimana dimaksud ayat (2) akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 12 Besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut : 1. Retribusi Persetujuan Izin Prinsip dikenakan untuk : a. Bengkel Besar kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) b. Bengkel Sedang kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah). c. Bengkel Besar Sepeda Motor sebesar Rp. 75.000,- (tujuh puluh lima ribu rupiah). d. Bengkel Sedang Sepeda Motor sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah). 2. Retribusi daftar Ulang Izin Usaha Perbengkelan dikenakan untuk a. Bengkel Besar kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih sebesar Rp. 500.000, (lima ratus ribu rupiah) b. Bengkel Sedang kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih sebesar Rp. 250.000, (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

10 c. Bengkel Kecil kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah). d. Bengkel Besar Sepeda Motor sebesar Rp. 150.000, (seratus lima puluh ribu rupiah). e. Bengkel Sedang Sepeda Motor sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah). f. Bengkel Kecil Sepeda Motor sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah). 3. Retribusi Izin Usaha dikenakan untuk : a. Bengkel Besar kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih sebesar Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) b. Bengkel Sedang kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih sebesar Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah). c. Bengkel Kecil kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah). d. Bengkel Besar Sepeda Motor sebesar Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah). e. Bengkel Sedang Sepeda Motor sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah). f. Bengkel Kecil Sepeda Motor sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) BAB V TATA CARA PUNGUTAN, PEMBAYARAN DAN WILAYAH PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 13 (1) Pungutan retribusi tidak dapat diborongkan; (2) Pungutan retribusi pada saat pengurusan ijin/pendaftaran ulang; (3) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan dan telah diporporasi. Pasal 14 (1) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditentukan oleh Bupati.

11 (2) Apabila penerimaan dilakukan di tempat lain yang ditentukan, hasil penerimaan disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan dengan Keputusan Bupati. (3) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) menggunakan SSRD Pasal 15 Wilayah pemngungutan retribusi adalah Kabupaten Lombok Timur. Pasal 16 (1) Kepada petugas pemungut diberikan uang perangsang sebesar 5 % (lima persen) dari jumlah pungutan yang telah disetor ke Kas Daerah. (2) Untuk kelancaran pengutan dan pembinaan kepada pengelola disediakan biaya operasional yang besarnya 15 % (lima belas persen) dari yang telah disetorkan ke Kas Daerah. BAB VI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 17 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) sebulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD). BAB VII KERINGANAN, PENGURANGAN DAN PEMBEBASAN Pasal 18 (1) Bupati dapat memberikan keringanan, pengurangan dan pembebasan pembayaran retribusi. (2) Keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi dapat diberikan dengan mempertimbangkan kemampuan Wajib Retribusi. (3) Ketentuan mengenai tata cara memperoleh keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi akan diatur dengan Keputusan Bupati.

12 BAB VIII PELAKSANAAN, PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 19 (1) Pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada Dinas Perhubungan dan Pariwisata dengan berkoordinasi dengan dinas/instansi terkait. (2) Pembinaan dan pengendalian terhadap Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada Dinas Perhubungan dan Pariwisata dengan mengikutsertakan instansi terkait; (3) Pengawasan umum dilakukan oleh Bupati dalam hal ini aparat pengawas fungsional; (4) Kepala Dinas Perhubungan dan Pariwisata atas nama Bupati dapat meminta laporan dalam hal-hal yang dianggap perlu kepada pengusaha yang bersangkutan. BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 20 Pembinaan dan pengawasan pemungutan retribusi ini dilakukan oleh Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Timur. BAB X KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 21 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemda diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah; (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah: a. Menerima, mencari, meneliti dan mengumpulkan keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar laporan tersebut menjadi lengkap;

13 b. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah; c. Memanggil orang pribadi atau suatu badan hukum untuk didengar keterangan dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; d. Melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan; e. Melakukan penggeladahan untuk mendapatkan barang bukti serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti; f. Menghentikan penyidikan dan lain-lain. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 22 (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua bengkel kendaraan bermotor yang sudah ada harus sudah dilengkapi dengan ijin usaha bengkel kendaraan bermotor yang baru berdasarkan Peraturan Daerah ini selambatlambatnya 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini.

14 BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 25 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur. Disahkan di Selong Pada tanggal 28 Juni 2004 BUPATI LOMBOK TIMUR, H. MOH. ALI BIN DACHLAN Diundangkan d i Selong Pada tanggal 28 Juni 2004 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR, H. LALU KAMALUDIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2004 NOMOR 14

15 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI USAHA BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR I. UMUM Dalam rangka peningkatan, penertiban dan pembinaan usaha bengkel kendaraan bermotor diwilayah kabupaten Lombok Timur, perlu diatur tentang pendiriannya. Usaha bengkel kendaraan bermotor tumbuh dan berkembang dengan cepat seiring dengan laju pertambahan kendaraan, arus lalu lintas dan angkutan jalan. Oleh karena itu untuk menjamin pelayanan jasa perawatan, perbaikan, kelayakan dan kenyamanan serta kelaikan usaha perbengkelan sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan, untuk itu Pemerintah Daerah perlu mengadakan pengawasan terhadap usaha bengkel kendaraan bermotor. Untuk mendapatkan kepastian usaha tersebut maka Pemerintah Daerah mengatur Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor dan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan kelayakan perbengkelan tersebut guna mendapat jaminan bagi para pelanggan, serta usaha itu wajib memiliki izin bengkel. Berdasarkan hal-hal tersebut perlu ditetapkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2

16 Pasal 3 Ayat (1) Huruf a Angka 1) Yang dimaksud dengan Bengkel Besar untuk kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih adalah bengkel kendaraan bermotor yang mempunyai kapasitas perbaikkan sekurang-kurangnya 8 (delapan) unit kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih (fasilitas untuk perbaikkan dalam waktu yang bersamaan) dengan dilengkapi peralatan perbaikkan karoseri/rumah-rumah (kenteng, cat) serta mempunyai tenaga mekanik sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang. Angka 2) Yang dimaksud dengan Bengkel Sedang untuk kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih adalah bengkel kendaraan bermotor yang mempunyai kapasitas perbaikkan antara 4 s/d 7 unit kendaraan bermotor (fasilitas untuk perbaikkan dalam waktu yang bersamaan) tanpa perlengkapan karoseri (kenteng, cat) serta mempunyai tenaga mekanik antara 5 s/d 9 orang. Angka 3) Yang dimaksud dengan Bengkel Kecil adalah bengkel kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih adalah bengkel kendaraan bermotor yang mempunyai kapasitas perbaikkan sebanyakbanyaknya 3 unit kendaraan bermotor (fasilitas bersamaan) tanpa perlengkapan karoseri (kenteng, cat) serta mempunyai tenaga mekanik sebanyak-banyaknya 4 orang. Huruf b Angka 1) Yang dimaksud dengan Bengkel Besar kendaraan bermotor roda 2 (dua) adalah bengkel kendaraan bermotor roda 2 (dua) yang

17 mempunyai kapasitas perbaikkan sekurang-kurangnya 8 (delapan) unit kendaraan bermotor (fasilitas perbaikkan dalam waktu bersamaan) dan tenaga mekanik sekurang-kurangnya 8 orang. Angka 2) Yang dimaksud dengan Bengkel Sedang kendaraan bermotor roda 2 (dua) adalah bengkel kendaraan bermotor roda 2 (dua) yang mempunyai kapasitas perbaikkan antara 4 s/d 7 unit kendaraan bermotor (fasilitas perbaikkan dalam waktu bersamaan) dan tenaga mekanik sekurang-kurangnya 4 s/d 7 orang. Angka 3) Yang dimaksud dengan Bengkel Kecil kendaraan bermotor roda 2 (dua) adalah bengkel kendaraan bermotor roda 2 (dua) yang mempunyai kapasitas perbaikkan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) unit kendaraan bermotor (fasilitas perbaikkan dalam waktu bersamaan) dan tenaga mekanik sebanyak-banyaknya 3 orang. Ayat (2) Huruf a Yang dimaksud dengan Permodalan adalah besarnya jumlah nilai uang dari dana pengusahaan bengkel kendaraan bermotor. Angka 1) Angka 2) Angka 3) Bagi pengusaha yang memiliki modal kurang dari Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dalam rangka pengawasan diberikan pembinaan.

18 Huruf b Yang dimaksud dengan Peralatan adalah peralatan teknis yang digunakan untuk perbaikkan kendaraan bermotor yang ada pada bengkel kendaraan bermotor. Huruf c Yang dimaksud dengan Tenaga Mekanik adalahtenaga kerja yang dimiliki bengkel yang secara formal memiliki kemampuan di bidang otomotif. Ayat (3) Pasal 5 Yang dimaksud dengan Persetujuan Prinsip adalah persetujuan yang diberikan oleh Bupati tentang tentang usaha yang dimohonkan di wilayah Kabupaten Lombok Timur sesuai peruntukkan pemanfaatan lahan yang telah ditentukan. Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) Ayat (3) Setelah pemegang usaha meninggal dunia maka Bupati memberikan kesempatan selama 1 (satu) tahun atas nama Pengusaha lama oleh ahli warisnya dan seterusnya harus mengurus izin baru atas nama pengelola yang baru. Pasal 10

19 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4

20