Journal of Pediatric Nursing Vol. 1(5), pp. 243-247, Januari, 2015 Available online at http://library.stikesnh.ac.id ISSN 2354-726X STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS Nur Afni Umar 1, Alfiah. A 2 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat Korespondensi : afniafni42@gmail.com/082347388884 ABSTRAK Balita merupakan kelompok rawan gizi, sementara diusia ini pertumbuhan otak masih berlangsung cepat. Berdasarkan data di Kelurahan Allepolea Lingkungan Bonto Manai terdapat terdapat 1,3 % balita gizi buruk, dan 2,7 % balita gizi kurang, dari sejumlah 74 balita. Kurangnya pendidikan dan pengetahuan ibu khususnya gizi serta ketahanan pangan rumah tangga diprediksi merupakan salah satu faktor penyebab kekurangan gizi pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea wilayah kerja. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan rancangan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini anak balita yang berada di wilayah penelitian sebanyak 43 balita. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling (acak). Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner, dengan cara kunjungan rumah dan kunjungan posyandu. Hasil analisa bivariat dengan uji Chi-Square menunjukkan hubungan yang signifikan antara pendidikan (p=0,005), pengetahuan (p=0,001) dan ketahanan pangan dalam rumah tangga (p=0,040) dengan status gizi balita (tingkat kepercayaan 90% α=0,10). Pengentas masalah gizi pada balita harus difokuskan pada peningkatan pendidikan, pengetahuan, dan ketahanan pangan. Kata kunci : Pendidikan, Pengetahuan, Ketahanan Pangan Rumah Tangga, Status Gizi Balita PENDAHULUAN Salah satu masalah yang di hadapi di Indonesia adalah masih rendahnya status gizi masyarakat. Rendahnya status gizi masyarakat jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia (SDM), karena status gizi mempengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh terhadap penyakit, kematian bayi, kematian ibu dan produktifitas kerja. Salah satu faktor yang mengukur tinggi rendahnya kualitas SDM adalah Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index-HDI). HDI merupakan gambaran mengenai keadaan manusia ditinjau dari aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi (Khomsan, 2012). Menurut data UNICEF (2011), kekurangan gizi pada balita menempati urutan keempat setelah campak, diare dan infeksi saluran pernafasan. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004 terdapat sekitar 54% balita didasari oleh keadaan gizi yang jelek. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan prevalensi gizi kurang menjadi 17,91% dan gizi buruk menjadi 4,9%, artinya kemungkinan besar sasaran pada tahun 2014 sebesar 15,0% untuk gizi kurang dan 3,50% untuk gizi buruk dapat tercapai. Untuk mencapai sasaran pada tahun 2014, upaya perbaikan gizi masyarakat yang lakukan adalah peningkatan program ASI Ekslusif, upaya penanggulangan gizi mikro melalui pemberian Vitamin A, tablet besi bagi bumil, dan iodisasi garam, serta memperkuat penerapan tata laksana kasus gizi buruk dan gizi kurang di fasilitas kesehatan (Natalia, 2012). Dari data profil Puskesmas Lau tahun 2012 di wilayah kecamatan Lau terdapat balita gizi kurang 50 atau 3,02% dan balita gizi buruk 16 atau 0,97% dari total balita yang ditimbang sebanyak 1.658 balita. balita gizi kurang berdasarkan jenis kelamin yaitu laki laki 21 atau 2,96 % perempuan 29 atau 3,06% dan persentase gizi buruk yaitu laki laki 7 atau 0,99% dan perempuan 9 atau 0,95%. Data 243
bulan Oktober 2013 di wilayah Puskesmas Lau, tepatnya di Kelurahan Allepolea, Lingkungan Bonto Mania terdapat 1 atau 1,35 % balita gizi buruk, 2 atau 2,70 % balita gizi kurang, dengan jumlah total balita 74 balita. METODE Desain, waktu penelitian, populasi, sampel Penelian ini merupakan penelitian deskriptif, dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti menggunakan rancangan metode cross-sectional, dimana variabel bebas yaitu pendidikan, pengetahuan, ketersediaan bahan pangan, dan variabel terikat yaitu status gizi balita akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Penelitian ini dilakukan di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea wilayah kerja Puskesmas Lau. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dengan balitanya yang tinggal di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea wilayah kerja Puskesmas Lau Kabupaten Maros. Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek yang diteliti atau dianggap mewakili seluruh populasi dengan kriteria inklusi adalah karakteristik sample yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti. Teknik sampling menggunakan simple random sampling (acak). Pengumpulan data Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah Pendidikan, pengetahuan, dan ketahanan pangan dalam rumah tangga dan variabel terikatnya adalah Kelurahan Allepolea wilayah kerja Puskesmas Lau Kab. Maros. Pengumpulan Data dilakukan dengan lembar kuesioner yang berisikan data demografi dan skala Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS). Data yang sudah dianalisa diuji dengan menngunakan uji chi square. HASIL 1. Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Balita Menurut Kelompok Umur di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea Wilayah Kerja Kelompok Umur (Bulan) 12 24 27 62,8 25 36 12 27,9 37 48 4 9,3 Tabel 2. Distribusi Balita Menurut Jenis Kelamin di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea Wilayah Kerja Jenis Kelamin Perempuan 32 74,4 Laki-laki 11 25,6 Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu di Lingkungan Bonto Puskesmas Lau Kab. Maros Pekerjaan PNS 3 7 Pegawai Swasta 2 4,7 IRT 28 65 Wiraswasta 10 23,3 Tabel 4. Distribusi Balita Menurut Status Gizi (BB/U) di Lingkungan Bonto Status Gizi Baik 30 69,8 Kurang 13 30,2 Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu di Lingkungan Kerja Pendidikan Tinggi 17 39,5 Rendah 26 60,5 Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Ibu di Lingkungan Kerja Pengetahuan Cukup 20 46,5 Kurang 23 53,5 Tabel 7.Distribusi Responden Menurut Ketahanan Pangan di Lingkungan Kerja Puskesmas Lau Kab. Maros 244
Ketahanan Pangan Cukup 8 18,6 Kurang 35 81,4 2. Analisa Bivariat Tabel 8. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Balita di Lingkungan Bonto Status Gizi Balita Pendidikan Ibu Baik Kurang n % n % n % Tinggi 16 37,2 1 2,3 17 39,5 Rendah 14 32,6 12 27,9 26 60,5 30 69,8 13 30,2 43 100.00 p = 0.005; α = 0.10 Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 17 ibu yang memiliki pendidikan tinggi, 16 orang (37,2%) memiliki balita dengan status gizi baik, dan 1 orang (2,3%) memiliki status gizi kurang, sedangkan dari 26 ibu yang memiliki pendidikan rendah, 14 orang (32,6%) memiliki balita dengan status gizi balita baik dan 12 orang (27,9%) memiliki balita dengan status gizi kurang. menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,005 pada tingkat kepercayaan 90% (α = 0,10). Hasil ini menegaskan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Interpretasi : Terdapat hubungan antara status pendidikan dengan Tabel 9. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita di Lingkungan Kerja Penget ahuan Ibu Status Gizi Balita Baik Kurang n % n % n % Cukup 19 44,2 1 2,3 20 46,5 Kurang 11 25,6 12 27,9 23 53,5 30 69,8 13 30,2 43 100.00 p = 0.001; α = 0.10 Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 20 ibu dengan pengetahuan cukup, 19 orang (44,2%) memiliki balita dengan status gizi baik, dan 1 orang (2,3%) memiliki balita dengan status gizi kurang, sedangkan dari 23 ibu dengan pengetahuan kurang, 11 orang (25,6%) yang memiliki balita dengan status gizi baik, dan 12 orang (27,9%) memiliki balita dengan status gizi kurang. menunjukkan nilai signifikasi (p) = 0,001 pada tingkat kepercayaan 90% (α 0,10). Hal ini menegaskan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Interpetasi : Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan Tabel 10 Hubungan Ketahanan Pangan dalam Rumah tangga dengan Status Gizi Balita di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea Wilayah Kerja Puskesmas Lau Kab. Maros Ketahanan Status Gizi BAlita Pangan Baik Kurang Dalam Rumah n % n % n % Tangga Cukup 8 18,6 0 0 8 18,6 Kurang 22 51,2 13 30,2 35 81,4 30 69,,8 13 30,2 43 100 p = 0.040; α = 0.10 Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 8 rumah tangga yang memiliki ketahanan pangan cukup, 8 rumah tangga (18,6%) yang memiliki balita dengan status gizi baik, dan tidak terdapat balita yang dengan status gizi kurang, sedangkan dari 35 rumah tangga, 22 (51,2%) rumah tangga yang memiliki balita dengan status gizi baik, dan 13 (30,2%) rumah tangga yang memiliki balita dengan status gizi kurang. koreksi Fisher s exact test menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,040 pada tingkat kepercayaan 90% (α = 0,10). Hal ini menegaskan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Interpretasi : Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan PEMBAHASAN 1. Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi balita bahwa responden dengan tingkat pendidikan yang rendah berjumlah 26 orang (60,5%) lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi yang berjumlah 17 orang (39,5%), dan dari hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan Kelurahan Allepolea wilayah kerja. Dari hasil analisis statistik dengan uji Chi-square menunjukkan nilai signifikansi 245
(p) = 0,005 pada tingkat kepercayaan 90% (α = 0,10). Berdasarkan hal tersebut menjelaskan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita. Data yang menunjang kemaknaan tersebut dari 43 responden sebagian besar ibu yang memiliki pendidikan rendah mempunyai balita dengan status gizi kurang sebanyak 12 (27,9%). Maka hipotesa yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima, karena ada hubungan antara pendidikan dengan status gizi balita. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan Siti Munthofiah (2008) mengenai pendidikan dan pekerjaan ibu yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita. Di dalam keluarga biasanya para ibu berperan mengatur makanan keluarga, oleh karena itu para ibu adalah sasaran utama pendidikan gizi keluarga. Pendidikan gizi keluarga bertujuan mengubah perbuatanperbuatan orang yang keliru, yang mengakibatkan bahaya gizi kurang (Adriani, 2012). Berdasarkan pembahasan tersebut maka peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Sebab tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap kualitas makanan yang diberikan kepada balitanya. 2. Hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita bahwa responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 20 orang (46,5%), sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 23 orang (53,5%). Dari hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea wilayah kerja Puskesmas Lau Kabupaten Maros. Dari hasil analisis statistik dengan uji Chi-square menunjukkan nilai signifikasi (p) = 0,001 pada tingkat kepercayaan 90% (α 0,10). Berdasarkan hal tersebut menjelaskan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Data yang menunjang kemaknaan tersebut dari 43 responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebagian besar mempunyai status gizi baik yakni 44,2%, sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar mempunyai balita dengan status gizi kurang 27,9%. Maka hipotesa yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima, karena ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita. Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi Andrawati (2007) dengan judul Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita pada Keluarga Petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Jenis penelitian observasional dengan desain cross sectional. Yang menyatakan tingkat pengetahuan ibu berhubungan dengan status gizi balita. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi. Dengan pola pikir yang relative tinggi, tingkat pengetahuan responden tidak hanya sekedar tahu akan tetapi mampu untuk memahami, bahkan sampai pada tingkat aplikasi (Notoadmojo, 2007). Hali ini menyebabkan semakin efektifnya informasi dipahami sehingga tingkat pengetahuan akan relatif tinggi. Berdasarakan pembahasan tersebut maka peneliti berasumsi bahwa meskipun pengetahuan bukan merupakan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi pada balita, namun pengetahuan memiliki peran yang penting. Karena pengetahuan luas berpengaruh terhadap kemampuan ibu untuk mengolah makanan yang akan diberikan pada balitanya. 3. Hubungan ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi balita bahwa responden dengan ketahanan pangan kurang lebih banyak daripada ketahanan pangan cukup. Responden yang memiliki ketahanan pangan kurang sebanyak 35 orang (81,4%), sedangkan yang memiliki ketahanan pangan cukup sebanyak 8 orang (18,6%). Dari hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara ketahanan pangan rumah tangga dengan Kelurahan Allepolea wilayah kerja. Dari hasil analisis statistik dengan uji Chi-square koreksi Fisher s exact test menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,040 pada tingkat kepercayaan 90% (α = 0,10). Berdasarkan hal tersebut menjelaskan bahwa ada hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi balita. Data yang menunjang kemaknaan tersebut dari 43 responden yang memiliki tingkat ketahanan pangan cukup semuanya mempunyai status gizi baik, sedangkan 246
yang memiliki tingkat ketahanan pangan kurang sebagian besar juga mempunyai status gizi kurang sebanyak 30,2%. Maka hipotesa yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima, karena ada hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi balita. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Qosidah Isnani (2010), metode yang digunakan bersifat observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional. Dengan menggunakan Uji Analisis Non Parametik, Korelasi Spearman Rank dengan hasil (p) = 0,007 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), karena p < α maka secara statistik menunjukkan bahwa ada hubungan ketahanan pangan terhadap Konsumsi pangan dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, yang pada tingkat makro ditunjukkan oleh tingkat produksi nasional dan cadangan pangan yang mencukupi; dan pada tingkat regional dan lokal ditunjukkan oleh tingkat produksi dan distribusi pangan. Ketersediaan pangan sepanjang waktu, dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau sangat menentukan tingkat konsumsi pangan di tingkat rumah tangga (Jafar, 2010). Berdasarkan pembahasan tersebut maka peneliti berasumsi bahwa pola konsumsi pangan rumah tangga berpengaruh pada komposisi konsumsi pangan dalam rumah tangga. KESIMPULAN Pendidikan, pengetahuan dan ketahanan pangan memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita di Lingkungan Bonto Manai kelurahan Allepolea wilayah kerja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan pada masyarakat khususnya Ibu agar meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang gizi (seperti mengikuti penyuluhan, aktif memanfaatkan fasilitas kesehatan). Hasil penelitian ini diharapkan, agar ibu dan anggota keluarga memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam tanaman yang bias di manfaatkan untuk kebutuhan seluruh anggota keluarga. Meningkatkan kebijakan di bidang gizi agar dapat lebih menunjang perbaikan gizi masyarakat sehingga status gizi masyarakat dapat tercapai secara optimal. REFERENSI Arisman MB. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC : Jakarta Isnani Qosidah. Hubungan Antara Ketahanan Pangan Rumah Tangga dengan Status Gizi Anak Sekolah Usia 7-12 Tahun di Desa Batulicin Kecamatan Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2010. (http://myqozzyloph.wordpress.com), di akses tanggal 10 November 2013 Istiani Ari, dkk. 2013. Gizi Terapan. Rosda : Bandung Jafar N. 2010. Skripsi Status Gizi Balita. Unhas : Makassar Khomsan Ali. 2012. Ekologi Masalah Gizi, Pangan dan Kemiskinan. Alfabeta : Bandung Natalia LC, dkk. 2013. Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dan Tingkat Kecukupan Gizi dengan Status Gizi Balita di Desa Gondangwinangun Tahun 2012. (http//ejournals1.undip.ac.id/indexphp/jk m), di akses tanggal 10 November 2013 Nursalam 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika. Supariasa, dkk.,2012, Penilaian Status Gizi, EGC : Jakarta 247