STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN BALEDONO, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

BAB III METODE PENELITIAN

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

DETERMINAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Posyandu Bina Keluarga Karang Wreda Kusuma Kecamatan Mojoroto Kota Kediri

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dan status ekonomi dengan

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA BALITA DESA CIKONENG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DPT 1 DENGAN KECEMASAN IBU SEBELUM IMUNISASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOROH 1 KABUPATEN GROBOGAN

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

METODE PENELITIAN 1 N

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

¹STIKES Nani Hasanuddin Makassar ²STIKES Nani Hasanuddin Makassar ³STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI PUSKESMAS BARING KECAMATAN SEGERI KABUPATEN PANGKEP

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

Woro Rahmanishati* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

DETERMINAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN OLEH IBU HAMIL

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014 ISSN :

Nisa khoiriah INTISARI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 7-36 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross sectional, yaitu penelitian untuk

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (HB) atau

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

ISSN Vol 2, Oktober 2012

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI PUSKESMAS MINASATE NE KABUPATEN PANGKEP IRSAL

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional study. Metode analitik korelasi ini

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional.

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

Transkripsi:

Journal of Pediatric Nursing Vol. 1(5), pp. 243-247, Januari, 2015 Available online at http://library.stikesnh.ac.id ISSN 2354-726X STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS Nur Afni Umar 1, Alfiah. A 2 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat Korespondensi : afniafni42@gmail.com/082347388884 ABSTRAK Balita merupakan kelompok rawan gizi, sementara diusia ini pertumbuhan otak masih berlangsung cepat. Berdasarkan data di Kelurahan Allepolea Lingkungan Bonto Manai terdapat terdapat 1,3 % balita gizi buruk, dan 2,7 % balita gizi kurang, dari sejumlah 74 balita. Kurangnya pendidikan dan pengetahuan ibu khususnya gizi serta ketahanan pangan rumah tangga diprediksi merupakan salah satu faktor penyebab kekurangan gizi pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea wilayah kerja. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan rancangan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini anak balita yang berada di wilayah penelitian sebanyak 43 balita. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling (acak). Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner, dengan cara kunjungan rumah dan kunjungan posyandu. Hasil analisa bivariat dengan uji Chi-Square menunjukkan hubungan yang signifikan antara pendidikan (p=0,005), pengetahuan (p=0,001) dan ketahanan pangan dalam rumah tangga (p=0,040) dengan status gizi balita (tingkat kepercayaan 90% α=0,10). Pengentas masalah gizi pada balita harus difokuskan pada peningkatan pendidikan, pengetahuan, dan ketahanan pangan. Kata kunci : Pendidikan, Pengetahuan, Ketahanan Pangan Rumah Tangga, Status Gizi Balita PENDAHULUAN Salah satu masalah yang di hadapi di Indonesia adalah masih rendahnya status gizi masyarakat. Rendahnya status gizi masyarakat jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia (SDM), karena status gizi mempengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh terhadap penyakit, kematian bayi, kematian ibu dan produktifitas kerja. Salah satu faktor yang mengukur tinggi rendahnya kualitas SDM adalah Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index-HDI). HDI merupakan gambaran mengenai keadaan manusia ditinjau dari aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi (Khomsan, 2012). Menurut data UNICEF (2011), kekurangan gizi pada balita menempati urutan keempat setelah campak, diare dan infeksi saluran pernafasan. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004 terdapat sekitar 54% balita didasari oleh keadaan gizi yang jelek. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan prevalensi gizi kurang menjadi 17,91% dan gizi buruk menjadi 4,9%, artinya kemungkinan besar sasaran pada tahun 2014 sebesar 15,0% untuk gizi kurang dan 3,50% untuk gizi buruk dapat tercapai. Untuk mencapai sasaran pada tahun 2014, upaya perbaikan gizi masyarakat yang lakukan adalah peningkatan program ASI Ekslusif, upaya penanggulangan gizi mikro melalui pemberian Vitamin A, tablet besi bagi bumil, dan iodisasi garam, serta memperkuat penerapan tata laksana kasus gizi buruk dan gizi kurang di fasilitas kesehatan (Natalia, 2012). Dari data profil Puskesmas Lau tahun 2012 di wilayah kecamatan Lau terdapat balita gizi kurang 50 atau 3,02% dan balita gizi buruk 16 atau 0,97% dari total balita yang ditimbang sebanyak 1.658 balita. balita gizi kurang berdasarkan jenis kelamin yaitu laki laki 21 atau 2,96 % perempuan 29 atau 3,06% dan persentase gizi buruk yaitu laki laki 7 atau 0,99% dan perempuan 9 atau 0,95%. Data 243

bulan Oktober 2013 di wilayah Puskesmas Lau, tepatnya di Kelurahan Allepolea, Lingkungan Bonto Mania terdapat 1 atau 1,35 % balita gizi buruk, 2 atau 2,70 % balita gizi kurang, dengan jumlah total balita 74 balita. METODE Desain, waktu penelitian, populasi, sampel Penelian ini merupakan penelitian deskriptif, dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti menggunakan rancangan metode cross-sectional, dimana variabel bebas yaitu pendidikan, pengetahuan, ketersediaan bahan pangan, dan variabel terikat yaitu status gizi balita akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Penelitian ini dilakukan di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea wilayah kerja Puskesmas Lau. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dengan balitanya yang tinggal di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea wilayah kerja Puskesmas Lau Kabupaten Maros. Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek yang diteliti atau dianggap mewakili seluruh populasi dengan kriteria inklusi adalah karakteristik sample yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti. Teknik sampling menggunakan simple random sampling (acak). Pengumpulan data Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah Pendidikan, pengetahuan, dan ketahanan pangan dalam rumah tangga dan variabel terikatnya adalah Kelurahan Allepolea wilayah kerja Puskesmas Lau Kab. Maros. Pengumpulan Data dilakukan dengan lembar kuesioner yang berisikan data demografi dan skala Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS). Data yang sudah dianalisa diuji dengan menngunakan uji chi square. HASIL 1. Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Balita Menurut Kelompok Umur di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea Wilayah Kerja Kelompok Umur (Bulan) 12 24 27 62,8 25 36 12 27,9 37 48 4 9,3 Tabel 2. Distribusi Balita Menurut Jenis Kelamin di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea Wilayah Kerja Jenis Kelamin Perempuan 32 74,4 Laki-laki 11 25,6 Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu di Lingkungan Bonto Puskesmas Lau Kab. Maros Pekerjaan PNS 3 7 Pegawai Swasta 2 4,7 IRT 28 65 Wiraswasta 10 23,3 Tabel 4. Distribusi Balita Menurut Status Gizi (BB/U) di Lingkungan Bonto Status Gizi Baik 30 69,8 Kurang 13 30,2 Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu di Lingkungan Kerja Pendidikan Tinggi 17 39,5 Rendah 26 60,5 Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Ibu di Lingkungan Kerja Pengetahuan Cukup 20 46,5 Kurang 23 53,5 Tabel 7.Distribusi Responden Menurut Ketahanan Pangan di Lingkungan Kerja Puskesmas Lau Kab. Maros 244

Ketahanan Pangan Cukup 8 18,6 Kurang 35 81,4 2. Analisa Bivariat Tabel 8. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Balita di Lingkungan Bonto Status Gizi Balita Pendidikan Ibu Baik Kurang n % n % n % Tinggi 16 37,2 1 2,3 17 39,5 Rendah 14 32,6 12 27,9 26 60,5 30 69,8 13 30,2 43 100.00 p = 0.005; α = 0.10 Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 17 ibu yang memiliki pendidikan tinggi, 16 orang (37,2%) memiliki balita dengan status gizi baik, dan 1 orang (2,3%) memiliki status gizi kurang, sedangkan dari 26 ibu yang memiliki pendidikan rendah, 14 orang (32,6%) memiliki balita dengan status gizi balita baik dan 12 orang (27,9%) memiliki balita dengan status gizi kurang. menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,005 pada tingkat kepercayaan 90% (α = 0,10). Hasil ini menegaskan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Interpretasi : Terdapat hubungan antara status pendidikan dengan Tabel 9. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita di Lingkungan Kerja Penget ahuan Ibu Status Gizi Balita Baik Kurang n % n % n % Cukup 19 44,2 1 2,3 20 46,5 Kurang 11 25,6 12 27,9 23 53,5 30 69,8 13 30,2 43 100.00 p = 0.001; α = 0.10 Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 20 ibu dengan pengetahuan cukup, 19 orang (44,2%) memiliki balita dengan status gizi baik, dan 1 orang (2,3%) memiliki balita dengan status gizi kurang, sedangkan dari 23 ibu dengan pengetahuan kurang, 11 orang (25,6%) yang memiliki balita dengan status gizi baik, dan 12 orang (27,9%) memiliki balita dengan status gizi kurang. menunjukkan nilai signifikasi (p) = 0,001 pada tingkat kepercayaan 90% (α 0,10). Hal ini menegaskan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Interpetasi : Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan Tabel 10 Hubungan Ketahanan Pangan dalam Rumah tangga dengan Status Gizi Balita di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea Wilayah Kerja Puskesmas Lau Kab. Maros Ketahanan Status Gizi BAlita Pangan Baik Kurang Dalam Rumah n % n % n % Tangga Cukup 8 18,6 0 0 8 18,6 Kurang 22 51,2 13 30,2 35 81,4 30 69,,8 13 30,2 43 100 p = 0.040; α = 0.10 Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 8 rumah tangga yang memiliki ketahanan pangan cukup, 8 rumah tangga (18,6%) yang memiliki balita dengan status gizi baik, dan tidak terdapat balita yang dengan status gizi kurang, sedangkan dari 35 rumah tangga, 22 (51,2%) rumah tangga yang memiliki balita dengan status gizi baik, dan 13 (30,2%) rumah tangga yang memiliki balita dengan status gizi kurang. koreksi Fisher s exact test menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,040 pada tingkat kepercayaan 90% (α = 0,10). Hal ini menegaskan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Interpretasi : Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan PEMBAHASAN 1. Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi balita bahwa responden dengan tingkat pendidikan yang rendah berjumlah 26 orang (60,5%) lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi yang berjumlah 17 orang (39,5%), dan dari hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan Kelurahan Allepolea wilayah kerja. Dari hasil analisis statistik dengan uji Chi-square menunjukkan nilai signifikansi 245

(p) = 0,005 pada tingkat kepercayaan 90% (α = 0,10). Berdasarkan hal tersebut menjelaskan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita. Data yang menunjang kemaknaan tersebut dari 43 responden sebagian besar ibu yang memiliki pendidikan rendah mempunyai balita dengan status gizi kurang sebanyak 12 (27,9%). Maka hipotesa yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima, karena ada hubungan antara pendidikan dengan status gizi balita. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan Siti Munthofiah (2008) mengenai pendidikan dan pekerjaan ibu yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita. Di dalam keluarga biasanya para ibu berperan mengatur makanan keluarga, oleh karena itu para ibu adalah sasaran utama pendidikan gizi keluarga. Pendidikan gizi keluarga bertujuan mengubah perbuatanperbuatan orang yang keliru, yang mengakibatkan bahaya gizi kurang (Adriani, 2012). Berdasarkan pembahasan tersebut maka peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Sebab tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap kualitas makanan yang diberikan kepada balitanya. 2. Hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita bahwa responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 20 orang (46,5%), sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 23 orang (53,5%). Dari hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita di Lingkungan Bonto Manai Kelurahan Allepolea wilayah kerja Puskesmas Lau Kabupaten Maros. Dari hasil analisis statistik dengan uji Chi-square menunjukkan nilai signifikasi (p) = 0,001 pada tingkat kepercayaan 90% (α 0,10). Berdasarkan hal tersebut menjelaskan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Data yang menunjang kemaknaan tersebut dari 43 responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebagian besar mempunyai status gizi baik yakni 44,2%, sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar mempunyai balita dengan status gizi kurang 27,9%. Maka hipotesa yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima, karena ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita. Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi Andrawati (2007) dengan judul Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita pada Keluarga Petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Jenis penelitian observasional dengan desain cross sectional. Yang menyatakan tingkat pengetahuan ibu berhubungan dengan status gizi balita. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi. Dengan pola pikir yang relative tinggi, tingkat pengetahuan responden tidak hanya sekedar tahu akan tetapi mampu untuk memahami, bahkan sampai pada tingkat aplikasi (Notoadmojo, 2007). Hali ini menyebabkan semakin efektifnya informasi dipahami sehingga tingkat pengetahuan akan relatif tinggi. Berdasarakan pembahasan tersebut maka peneliti berasumsi bahwa meskipun pengetahuan bukan merupakan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi pada balita, namun pengetahuan memiliki peran yang penting. Karena pengetahuan luas berpengaruh terhadap kemampuan ibu untuk mengolah makanan yang akan diberikan pada balitanya. 3. Hubungan ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi balita bahwa responden dengan ketahanan pangan kurang lebih banyak daripada ketahanan pangan cukup. Responden yang memiliki ketahanan pangan kurang sebanyak 35 orang (81,4%), sedangkan yang memiliki ketahanan pangan cukup sebanyak 8 orang (18,6%). Dari hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara ketahanan pangan rumah tangga dengan Kelurahan Allepolea wilayah kerja. Dari hasil analisis statistik dengan uji Chi-square koreksi Fisher s exact test menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,040 pada tingkat kepercayaan 90% (α = 0,10). Berdasarkan hal tersebut menjelaskan bahwa ada hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi balita. Data yang menunjang kemaknaan tersebut dari 43 responden yang memiliki tingkat ketahanan pangan cukup semuanya mempunyai status gizi baik, sedangkan 246

yang memiliki tingkat ketahanan pangan kurang sebagian besar juga mempunyai status gizi kurang sebanyak 30,2%. Maka hipotesa yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima, karena ada hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi balita. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Qosidah Isnani (2010), metode yang digunakan bersifat observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional. Dengan menggunakan Uji Analisis Non Parametik, Korelasi Spearman Rank dengan hasil (p) = 0,007 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), karena p < α maka secara statistik menunjukkan bahwa ada hubungan ketahanan pangan terhadap Konsumsi pangan dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, yang pada tingkat makro ditunjukkan oleh tingkat produksi nasional dan cadangan pangan yang mencukupi; dan pada tingkat regional dan lokal ditunjukkan oleh tingkat produksi dan distribusi pangan. Ketersediaan pangan sepanjang waktu, dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau sangat menentukan tingkat konsumsi pangan di tingkat rumah tangga (Jafar, 2010). Berdasarkan pembahasan tersebut maka peneliti berasumsi bahwa pola konsumsi pangan rumah tangga berpengaruh pada komposisi konsumsi pangan dalam rumah tangga. KESIMPULAN Pendidikan, pengetahuan dan ketahanan pangan memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita di Lingkungan Bonto Manai kelurahan Allepolea wilayah kerja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan pada masyarakat khususnya Ibu agar meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang gizi (seperti mengikuti penyuluhan, aktif memanfaatkan fasilitas kesehatan). Hasil penelitian ini diharapkan, agar ibu dan anggota keluarga memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam tanaman yang bias di manfaatkan untuk kebutuhan seluruh anggota keluarga. Meningkatkan kebijakan di bidang gizi agar dapat lebih menunjang perbaikan gizi masyarakat sehingga status gizi masyarakat dapat tercapai secara optimal. REFERENSI Arisman MB. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC : Jakarta Isnani Qosidah. Hubungan Antara Ketahanan Pangan Rumah Tangga dengan Status Gizi Anak Sekolah Usia 7-12 Tahun di Desa Batulicin Kecamatan Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2010. (http://myqozzyloph.wordpress.com), di akses tanggal 10 November 2013 Istiani Ari, dkk. 2013. Gizi Terapan. Rosda : Bandung Jafar N. 2010. Skripsi Status Gizi Balita. Unhas : Makassar Khomsan Ali. 2012. Ekologi Masalah Gizi, Pangan dan Kemiskinan. Alfabeta : Bandung Natalia LC, dkk. 2013. Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dan Tingkat Kecukupan Gizi dengan Status Gizi Balita di Desa Gondangwinangun Tahun 2012. (http//ejournals1.undip.ac.id/indexphp/jk m), di akses tanggal 10 November 2013 Nursalam 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika. Supariasa, dkk.,2012, Penilaian Status Gizi, EGC : Jakarta 247