BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. adalah Undang-Undang Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun Undangundang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN-3 TEBING TINGGI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin.

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: LIBER SIBARANI NIM:

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB IV HASIL DAN ANALISA

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( P2K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai,

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan


BAB II TINJAUAN TEORI. menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kecelakaan kerja. Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun yang paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dicapai.untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan modal salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesejahteraan bangsa secara berkesinambungan dan terus-menerus dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,


BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

1 Universitas Esa Unggul

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan produksi non-migas,

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang terus berkembang dan tumbuh secara cepat serta berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksinya maupun hasil layanannya. Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung risiko bahaya terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Adiatama, 2010). Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi bahaya dalam bentuk kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja yang tidak diinginkan dan merupakan hal yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda serta kerugian terhadap proses produksi (Herrianto, 2010). Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah sistem kerja atau proses kerja, prosedur kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan yang bersumber dari pekerjaan itu sendiri, perilaku hidup tidak sehat dan perilaku kerja tidak selamat atau perilaku tidak aman dari pekerja itu sendiri (unsafe Action),kondisi lingkungan kerja yang buruk (unsafe Condition), kondisi pekerjaan yang tidak ergonomik, kondisi lingkungan kerja dan

2 pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja yang tidak kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012). Setiap tahun ribuan kecelakaan kerja terjadi ditempat kerja yang menimbulkan kerugian yang besar, baik itu kerugian material dan kerugian fisik. World Safety menyebutkan bahwa data kecelakaan kerja dunia, setiap tahunnya terjadi 270 juta kecelakaan kerja. Oleh karena kecelakaan kerja tersebut, tenaga kerja yang meninggal adalah 355.000 orang per tahunnya. Pada sepertiga kecelakaan kerja tersebut. Kehilangan hari kerja adalah 4 atau lebih hari kerja. Insiden penyakit akibat kerja adalah 160 juta kasus setiap tahunnya. Kematian oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah 160 juta kasus setiap tahunnya (Suma mur, 2009). Di Indonesia data kecelakaan kerja menurut PT.Jamsostek (persero) pada tahun 2002 tercatat 103.804 kasus kecelakaan kerja, tahun 2003 tercatat 105.846 kasus kecelakaan kerja, tahun 2004 tercatat 95.418 kasus kecelakaan kerja, tahun 2005 tercatat 99.023 kasus kecelakaan kerja, tahun 2006 tercatat 90.071 kasus kecelakaan kerja, tahun 2007 tercatat 83.714 kasus kecelakaan kerja, tahun 2008 tercatat 93.823 kasus kecelakaan kerja, tahun 2009 tercatat 96.697 kasus kecelakaan kerja (Kurniawidjaja, 2012). Berdasarkan data dari BPJS Ketenagakerjaan, di Indonesia Pada Tahun 2011 tercatat 105.182 kasus kecelakaan kerja, di tahun 2012 tercatat 125.206 kasus kecelakaan kerja, ditahun 2013 tercatat 119.615 kasus kecelakaan, di tahun 2014 tercatat 130.415 kasus kecelakaan kerja, dan di tahun 2015 yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 192.911 orang. Dari jumlah tersebut 146.219 orang

3 (75,8%) berjenis kelamin laki-laki dan 46.692 orang (24,2 %) berjenis kelamin perempuan, jumlah kecelakaan tersebut sebagian besar atau sekitar 69,59 % terjadi di dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Sedangkan yang di luar perusahaan sebanyak 10,26 % dan sisanya atau sekitar 20,15 % merupakan kecelakaan lalu lintas yang dialami para pekerja. Sementara akibat kecelakaan tersebut, jumlah tenaga kerja yang meninggal sebanyak 3.093 jiwa, yang mengalami sakit 15.106 jiwa, luka-luka 174.266 jiwa dan meninggal mendadak sebanyak 446 jiwa. Sebanyak 34,43% penyebab kecelakaan kerja dikarenakan posisi tidak aman atau ergonomis dan sebanyak 32,12 % pekerja tidak memakai peralatan yang safety. Sebesar 51,3 % penyebab kecelakaan kerja dikarenakan adanya benturan, sedangkan bagian tubuh yang paling banyak terkena cedera adalah jari tangan kemudian kaki. Sumber penyebab cedera terbanyak sebesar 32,25 % adalah mesin. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) satu pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja, selain itu juga kecelakaan kerja menimbulkan kerugian mencapai 4 % dari biaya produksi berupa pemborosan terselubung (hidden cost) yang dapat mengurangi produktivitas dan pada akhirnya dapat mempengaruhi daya saing suatu negara (Suma mur, 2009). Berdasarkan data kecelakaan kerja yang diperoleh diatas maka perlu adanya upaya yang harus dilakukan untuk melindungi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi tenaga kerja itu sendiri. Pemerintah telah menetapkan peraturan perundangundangan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, dalam UU RI No. 13 Tahun 2003 pasal 87 ayat 1 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa Setiap Perusahaan

4 wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan Bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna tercapainya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mempunyai 5 prinsip yaitu penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, peninjauan dan peningkatan kinerja K3. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) diatur dalam PP RI No. 50 Tahun 2012 pasal 5 ayat 2 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang menyatakan bahwa Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Keberhasilan dari SMK3 itu sendiri tidak terlepas dari peran manajemen K3 di suatu perusahaan dalam hal ini adalah Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), P2K3 merupakan suatu badan yang dibentuk perusahaan sebagai organisasi fungsional yang mengembangkan kerjasama tidak hanya antara pengusaha dan manajemen akan tetapi manajemen dengan tenaga kerja dalam

5 melaksanakan kewajiban bersama untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja serta untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja, oleh karena itu peran manajemen khususnya dalam hal ini adalah P2K3 sangat penting. Menurut Somad (2013), komitmen dan keterlibatan manajemen puncak (Top Management) merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting didalam menggerakkan partisipasi pekerja terhadap pemenuhan perilaku kerja aman untuk mencapai budaya K3 unggul dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Apabila P2K3 mampu bekerja dengan baik tentu penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) akan terlaksana dengan baik, namun faktanya dilapangan masih banyak pimpinan perusahaan yang tidak peduli dan tidak memasukkan K3 ke dalam fungsi manajemen. Hal ini dikarenakan adanya pandangan bahwa penerapan K3 di perusahaan merupakan pengeluaran kedua (investasi kedua) yang tidak memberikan keuntungan secara langsung atau merupakan suatu kerugian belaka. Hal lain yang menjadi kendala dari penerapan SMK3 antara lain latar belakang pendidikan tenaga kerja relatif masih rendah, implementasi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang belum berjalan dengan baik karena masih ada perusahaan yang ingin mencari jalan pintas dengan berkolusi kepada para pengawas atau para pemberi izin, jenis standar K3 berbeda, kurangnya sumber daya insani yang mempunyai kompetensi di bidang K3, kurangnya sosialisasi K3, kurangnya pembinaan, pemantauan dan pengawasan yang dilakukan oleh instansi yang berwenang (Rudiyanto, 2004).

6 Hasil penelitian Subroto (2002) menyimpulkan bahwa umumnya penerapan SMK3 secara optimal dilakukan oleh perusahaan saat akan di audit saja dan setelah di audit penerapan SMK3 mengalami kemunduran yang cukup berarti, bahkan rekomendasi upaya perbaikan yang disarankan tim audit diabaikan. Didalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa dengan penerapan SMK3 yang lebih baik maka produktifitas yang diperoleh perusahaan akan lebih baik pula, sebaliknya penerapan SMK3 yang buruk maka akan terjadi penurunan produktifitas. Tarigan (2005) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan SMK3 tidak terlaksana dengan baik hal ini disebabkan dari segi pemantauan dan evaluasi masih kurang sehingga masih ditemui kecelakaan kerja yang disebabkan karena kurang patuhnya tenaga kerja dalam hal pemakaian APD dan pemantauan serta perawatan secara berkala terhadap peralatan-peralata ataupun mesin-mesin produksi kurang mendapatkan perhatian. Manalu (2012) dari hasil penelitiannya menyimpulkan penerapan SMK3 dalam hal pelaksanaan rencana K3 belum terlaksana dengan baik dikarenakan secara umum persepsi tenaga kerja terhadap SMK3 kurang baik oleh sebab itu pihak manajemen perlu memberikan sosialisasi untuk memberitahukan berbagai informasi K3 untuk memastikan setiap tenaga kerja mengetahui dan memahami pentingnya K3 serta perlu dibuat pelatihan tentang SMK3 secara kontinyu, pengawasan dan pemantauan oleh pihak manajemen perusahaan dalam menerapkan SMK3 ditempat kerja juga sangat penting untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja.

7 Abidin (2015) dari hasil penelitian yang dilakukannya di PT. Mega Andalan Kalasan Kabupaten Sleman, menunjukkan capaian penerapan SMK3 diperusahaan tersebut yaitu 76,5% dengan kategori baik dan kecelakaan kerja dengan kategori sedang 16,7%, dari hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang siginfikan antara penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dengan terjadinya kecelakaan kerja, dimana perusahaan tersebut telah menerapkan SMK3 dengan baik sehingga dapat menekan ataupun mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun Rambutan dibangun pada tahun 1983 dan merupakan salah satu pabrik dari 12 PKS yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara-III. Pada bulan Oktober tahun 2015 terjadi peleburan antara Kebun Rambutan dengan PKS Rambutan berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor : 3.08/SKPTS/55/2015. PKS Kebun Rambutan melakukan produksi dengan kapasitas olah 30 ton/jam, dimana sumber bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) diolah menjadi CPO dan kernel. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun Rambutan ini merupakan perusahaan yang termasuk kedalam perusahaan besar, hal ini terlihat dari proses produksi yang menggunakan mesin-mesin berteknologi seperti mesin perebusan (sterelisasi), mesin bantingan (tressher), mesin pengepresan (screw press), dimana mesin-mesin tersebut dapat menimbulkan potensi bahaya yang cukup serius, selain itu didalam proses produksi dan pengolahan kelapa sawit tenaga kerja juga dihadapkan pada lingkungan kerja yang berpotensi ataupun berisiko terjadinya kecelakaan kerja.

8 Proses pengolahan kelapa sawit pada PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi ini terdiri dari penerimaan TBS, Perebusan (sterelisasi), mesin bantingan (tressher), pengepresan (screw press), proses penjernihan ataupun pemurnian minyak dan proses pengolahan inti sawit, dimana pada setiap prosesnya terdapat potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja seperti kecelakaan kerja yang disebabkan oleh bangunan/ konstruksi mesin yang dipakai pada setiap proses produksi tersebut, dan penyebab lainnya yang juga menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja. Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan di PKS Kebun Rambutan diketahui bahwa selama penerapan SMK3 di PKS ini juga pernah terjadi kasus kecelakaan kerja pada tahun 2014 terdapat sebanyak 20 kasus kecelakaan kerja di kebun rambutan, dengan tipe kecelakaan kerja ringan yaitu 13 orang tenaga kerja terluka pada bagian mata disebabkan karena terkena pelepah kelapa sawit, gagang egrek, serpihan tatal, bunga kelapa sawit, 1 orang tenaga kerja terluka pada bagian kaki dan tangan, 3 orang tenaga kerja terluka pada bagian kepala yang disebabkan karena terkena kayu, 3 orang tenaga kerja mengalami kasus kecelakaan akibat hubungan kerja yaitu kecelakaan sepeda motor pada saat selesai bekerja. Tahun 2015 terdapat 14 kasus kecelakaan kerja dengan tipe kecelakaan kerja ringan. Adapun kecelakaan kerja yang terjadi diantaranya adalah 7 orang tenaga kerja terluka pada bagian mata yang disebabkan karena terkena tatal, bunga kelapa sawit, seng dan terkena amoniak cair pada saat bekerja, 5 orang tenaga kerja dengan kasus terluka pada bagian tangan dan kaki yang disebabkan terpijak paku, terkena kampak,

9 tersayat pisau, dan terkena gergaji, 2 orang tenaga kerja mengalami kasus kecelakaan akibat hubungan kerja yaitu mengalami kecelakaan pada saat pulang bekerja. Sebagian besar kecelakaan kerja tersebut terjadi dikarenakan sikap kerja dari tenaga kerja yang tidak mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh PKS Kebun Rambutan seperti bekerja tidak sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditetapkan, bekerja dengan tidak menggunakan APD, dan sikap kerja yang kurang berhati-hati. Tahun 2016 terdapat 23 kasus kecelakaan kerja, dimana 21 kasus merupakan kecelakaan kerja ringan, dan 2 diantaranya merupakan kasus kecelakaan kerja berat. 21 kasus kecelakaan kerja ringan yang terjadi diantaranya adalah 10 orang tenaga kerja dengan kasus terluka pada bagian kepala dan mata, disebabkan karena terkena serbuk kelapa sawit dan parang, 1 orang tenaga kerja terjatuh dari tangga duduk ke lantai dasar hal ini berawal pada saat thressing dibuka akibat plat kisi-kisi yang lepas sehingga menyangkut di conveyor under thressing, setelah diperbaiki thressing tersebut ditutup kembali namun tiba-tiba pengunci penutupnya lepas sehingga plat penutup tersebut mendorong tubuh tenaga kerja tersebut dan terkena pintu pada stasiun thressing pada saat bekerja, 8 orang tenaga kerja terluka pada bagian tangan dan kaki disebabkan karena tersayat pisau, terkena kampak, parang dan pelepah kelapa sawit, 2 orang tenaga kerja dengan kasus kecelakaan sepeda motor pada saat selesai bekerja. Adapun 2 kasus kecelakaan kerja tipe berat yang terjadi adalah 1 orang tenaga kerja tersetrum listrik pada saat bekerja yang pada mengakibatkan salah satu tangan tenaga kerja tersebut mendapatkan penanganan yang cukup serius dan 1 orang tenaga

10 kerja mengalami kecelakaan akibat hubungan kerja yaitu kecelakaan lalu lintas setelah pulang bekerja. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan dengan salah seorang P2K3, salah satu hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan tersebut adalah kurangnya kesadaran dari tenaga kerja untuk mematuhi dan melaksanakan program-program K3 yang telah dibuat oleh perusahaan tersebut, dan hal ini terlihat dari sikap tidak disiplin dan tindakan tidak aman dari beberapa tenaga kerja pada saat bekerja seperti tidak memakai APD pada saat bekerja, hal ini merupakan kendala dalam prinsip pelaksanaan rencana K3 dalam SMK3, selain itu tenaga kerja hanya mau menggunakan APD hanya pada saat ada atasan atau pimpinan, sedangkan menurut pengakuan dari salah seorang P2K3 tersebut bahwa pengawasan tidak mungkin di lakukan setiap hari dikarenakan masih banyak pekerjaan lainnya dan seharusnya tenaga kerja mengerti akan kewajibannya untuk mematuhi setiap peraturan dan program yang telah dibuat oleh perusahaan, dan hal ini merupakan kendala pada prinsip pemantauan kinerja dalam SMK3. Berdasarkan pada kasus kecelakaan kerja yang terjadi Di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi tersebut menunjukkan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan dan diterapkan ditempat kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja karena apabila penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3) dapat terlaksana dengan baik secara keseluruhan dan seimbang maka akan dapat mencegah ataupun meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Akan tetapi faktanya dilapangan masih

11 banyak terdapat kasus kecelakaan kerja di dalam suatu perusahaan meskipun perusahaan sudah menerapkan SMK3. Dari uraian pada latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi Tahun 2017. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah penetapan kebijakan K3 dan implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi Tahun 2017. 2. Bagaimanakah perencanaan K3 dan implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi Tahun 2017. 3. Bagaimanakah pelaksanaan rencana K3 dan implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi Tahun 2017. 4. Bagaimanakah pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja serta implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi Tahun 2017. 5. Bagaimanakah tinjauan ulang dan peningkatan kinerja K3 serta implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi Tahun 2017.

12 1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk menjelaskan bagaimana penerapan SMK3 dan implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi Tahun 2017. 1.3.2. Tujuan Khusus Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana penetapan kebijakan K3 dan impilkasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi Tahun 2017. 2. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan SMK3 dan implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi Tahun 2017. 3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan rencana K3 dan implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi Tahun 2017. 4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 serta implikasinya dengan kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi Tahun 2017. 5. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan ulang dan peningkatan kinerja K3 yang telah dilakukan serta implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi Tahun 2017.

13 1.4.Manfaat Penelitian 1. Bagi PKS Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi Hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan bagi pihak manajemen dalam meningkatkan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk mencegah ataupun meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan. 2. Bagi Instansi Dinas Tenaga Kerja setempat Memberikan masukan untuk meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap penerapan SMK3 dan sekaligus melakukan penegakan peraturan perundangan (law enforcement) bagi perusahaan yang belum menerapkan SMK3 sesuai dengan ketentuan PP No.50 Tahun 2012.