BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Diajukan Oleh: AGUS TRIYANTO A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. motivasi pokok implemenatasi pendidikan karakter negara ini. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. upaya sekolah dalam mendukung tujuan pendidikan nasional, Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di. dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat. Sarjan S-1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memberikan contoh hal-hal yang baik dan positif. Penanaman karakter yang

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia.

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

METAMORFOSA TUNAS MUDA DEMI MEWUJUDKAN CITA LUHUR BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar bukan hanya

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia mengandung nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KE PUI AN PERSATUAN UMAT ISLAM SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN KESADARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap warga negara Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku untuk

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

PERANAN KEPRAMUKAAN DALAM MEMBINA SIKAP NASIONALISME PADA GUGUS MELATI BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER HIZBUL WATHAN DALAM MEMBENTUK AKHLAK SISWA DI SMK MUHAMMADIYAH PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEGIATAN KEPRAMUKAAN (Studi Kasus Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013)

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 : 204). Dengan melihat pada

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah tiga institusi pilar Globalisasi.(Amin Rais, 2008: i)

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi telah membuat perubahan yang signifikan, semakin

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran nasionalisme yang pertama kali muncul di Indonesia adalah kesadaran etnis yang kemudian melahirkan keragaman. Keragaman ini selanjutnya dipersatukan oleh kesadaran religius bahwa tidaklah tepat penyembahan manusia terhadap manusia yang diwujudkan dalam bentuk gerakan kolonialisme dan imperialisme. Berawal dari kesadaran inilah pada tahun 1906 berdirilah Syarekat Islam yang kemudian diikuti oleh Budi Utomo tahun 1908, sebagai titik tolak pergerakan nasional menuju terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (Mustari, 2014: 157-158). Kenyataan sejarah membuktikan bahwa nasionalisme berketuhanan (nasionalisme religius) telah mampu menghimpun keanekaragaman suku menjadi sebuah bangsa, yakni bangsa Indonesia. Sikap nasionalisme religius ini kemudian mengantarkan bangsa Indonesia membentuk NKRI yang merdeka dan berdaulat pada tanggal 17 Agustus 1945. Berdasarkan hal tersebut, generasi muda sangat perlu memahami dan memiliki sikap nasionalisme religius. Seiring perkembangan jaman dan arus globalisasi yang sangat cepat membuat mudahnya pertukaran budaya dalam sebuah negara. Menurut Syarbaini (2012: 262), Globalisasi adalah suatu fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari aspek hubungan antara manusia karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Akibat dari arus globalisasi yang demikian serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, membawa dampak positif dan negatif bagi penduduk seluruh dunia, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Dampak positifnya antara lain mudahnya jaringan komunikasi, ekonomi global semakin meningkat, dan informasi dapat cepat diterima oleh masyarakat. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh globalisasi, diantaranya pertukaran budaya asing membuat budaya lokal ditinggalkan, maraknya produk asing yang masuk kedalam negeri sehingga produk lokal tidak bisa bersaing, dan adanya pertukaran budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya lokal, menyebabkan penurunan akhlak, moral, dan 1

2 sikap bangsa Indonesia. Banyaknya media cetak maupun elektronik membuat masyarakat mampu mengakses informasi dari belahan dunia manapun tanpa menyaringnya terlebih dahulu, mana yang sesuai dengan budaya Indonesia dan yang tidak. Akibatnya sikap nasionalisme religius yang dahulu ditunjukan oleh Founding Fathers bangsa ini semakin memudar. Hal tersebut terbukti banyak politisi dari berbagai partai politik yang notabane-nya adalah kaum nasionalis, menunjukan sikap yang sangat tidak terpuji disaat dirinya diberikan mandat sebagai pemimpin rakyat, salah satunya, yaitu melakukan tindak pidana korupsi. Contoh kasus tindak pidana korupsi dan pencucian uang yang dilakukan oleh elit politik adalah proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang, Bogor, Jawa Barat yang akhirnya menyeret beberapa nama, diantaranya Muhammad Nazaruddin, Angelina Sondakh, Andi Alfian Mallarangeng (mantan Menteri Pendidikan dan Olahraga) dan Anas Urbaningrum (mantan Ketua Umum Partai Demokrat) (Kompas.com, 2016). Kenyataan lainnya adalah banyak remaja atau pemuda sering terlibat tawuran, sebagai contoh pada bulan januari 2015, dua kelompok pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Gowa, Sulawesi Selatan, terlibat tawuran waktu pulang sekolah (Tribunnews.com, 2015). Beberapa fakta tersebut menjadi bukti bahwa bangsa ini telah jauh dari sikap nasionalisme yang berketuhanan dan berperikemanusiaan seperti yang dicontohkan Founding Fathers bangsa Indonesia dimasa lalu. Salah satu filter untuk mengatasi lunturnya semangat kebangsaan dan dekadensi akhlak (religiusitas) karena pengaruh arus globalisasi khususnya pada generasi muda adalah melalui penanaman sikap nasionalisme yang religius. Perwujudan dari sikap nasionalisme antara lain berupa perilaku cinta terhadap tanah air, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, dan memiliki sikap rela berkorban (Budiyono, 2007: 230). Perwujudan sikap religius, antara lain beriman dan bertaqwa, sabar, ikhlas, dan selalu bersyukur (Andayani dan Majid, 2011: 45). Melihat pentingnya penanaman sikap nasionalisme yang berketuhanan atau nasionalisme religius kepada bangsa ini, khususnya remaja, maka diperlukan cara

3 yang tepat dan sesuai dalam penanamannya. Sosialisasi dalam dunia pendidikan perlu dilakukan, salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di sekolah untuk menanamkan sikap nasionalisme yang berketuhanan (nasionalisme rleigius pada siswa. Menurut Bidang Diklat Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, prinsip kepanduan yang digelorakan dalam pembinaan di Hizbul Wathan terdiri dari tiga hal pokok, yaitu pengamalan aqidah Islamiah, pembentukan dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaran Islam, dan pengamalan Kode Kehormatan Pandu. Prinsip pertama dan kedua menegaskan bahwa gerakan kepanduan Hizbul Wathan bertujuan untuk membentuk kader bangsa sebagai gerakan Islam, Hizbul Wathan harus menanamkan aqidah dan kepribadian muslim kepada kadernya. Prinsip kepanduan yang ketiga menegaskan jiwa kepanduan yang harus dimiliki oleh setiap kader Hizbul Wathan, salah satunya menjadi pelopor nasionalisme untuk menjunjung tinggi martabat bangsa Indonesia. Kader Hizbul Wathan harus memiliki integritas dalam bergerak, menjadi ujung tombak untuk perubahan di masyarakat dalam artian luas. Alasan memilih SMP Muhammadiyah 7 Surakarta sebagai tempat penelitian ini karena berdasar informasi, belum ada penelitian yang mengkaji mengenai penanaman sikap nasionalisme religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di sekolah tersebut. Pertimbangan lainnya adalah mengingat kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta sangat aktif dan banyak menciptakan kader-kader baru setiap tahun. Melihat latar belakang masalah tersebut, peneliti merasa perlu untuk melakukan suatu penelitian studi kasus mengenai Penanaman Sikap Nasionalisme Religius melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Hizbul Wathan (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk-bentuk penanaman sikap nasionalisme religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Apa sajakah yang menjadi hambatan dalam penanaman sikap nasionalisme religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Bagaimanakah solusi untuk mengatasi hambatan dalam penanaman sikap nasionalisme religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk penanaman sikap nasionalisme religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Mendiskripsikan hambatan-hambatan dalam proses penanaman sikap nasionalisme religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. 3. Mendiskripsikan solusi untuk mengatasi hambatan dalam penanaman sikap nasionalisme religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1. Manfaat dan Kegunaan Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan penanaman sikap nasionalisme religius pada khususnya, serta ilmu pengetahuan pada umumnya.

5 b. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah bahan refensi dan sebagai bahan masukan pada penelitian selanjutnya. 2. Mafaat dan Kegunaan Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyebarluaskan informasi mengenai penanaman sikap nasionalisme religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi sekolah sebagai panduan untuk meningkatkan kualitas pendidik khususnya pembina kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta. E. Daftar Istilah a. Pengertian penanaman. Menurut Sugono, dkk. (2008: 1651), penanaman adalah proses, cara, perbuatan menanam, menanami atau menanamkan. b. Pengertian sikap. Menurut Purwanto (2006: 41), sikap adalah suatu kecenderungan seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang sedang dihadapi. c. Pengertian nasionalisme. Menurut Bakry (2008: 90), nasionalisme merupakan suatu paham kebangsaan dengan rasa kesatuan yang tumbuh dalam hati sekelompok manusia berdasarkan cita-cita yang sama dalam satu ikatan organisasi kenegaraan Indonesia. d. Pengertian religius. Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan selalu hidup rukun dengan pemeluk agama lain (Andayani dan Majid, 2011: 8). e. Pengertian nasionalisme Religius. Nasionalisme religius adalah nasionalisme yang tetap menjadikan agama sebagai dasar (nasionalisme ketuhanan) namun, agama yang dimaksud bukanlah satu agama tertentu, melainkan seluruh agama yang diakui oleh negara (Noorhaidi, 1998: 18). f. Pengertian ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olahraga, kesenian, berbagai

6 macam ketrampilan, dan kepramukaan yang diselenggarakan disekolah diluar jam pelajaran biasa (Suryosubroto, 1997: 270). g. Pengertian Hizbul Wathan. Hizbul Wathan adalah suatu gerakan kepanduan yang bertujuan untuk menyiapkan dan membina anak, remaja, dan pemuda yang memiliki aqidah, mental dan fisik, berilmu dan berteknologi serta berakhlak karimah dengan tujuan memujudkan pribadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader persyarikatan, umat dan bangsa (Kwartir Pusat HW, 2008).