PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK Agus Hermawan Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak lepas dengan bahasa. Kepentingan bahasa itu hampir mencakup sesuatu bidang kehidupan karena segala sesuatu yang dihayati, dialami, dirasakan, dan dipikirkan seseorang dapat diketahui orang lain jika telah diungkap-kan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis. Ketertarikan masyarakat terhadap berita karena unsur berita dalam televisi biasanya berhubungan dengan kehidupan dan realitas. Dalam siaran televisi terdapat percakapan yang terkandung informasi yang berbentuk tuturan. Tuturan merupakan salah satu kajian terdapat dalam bidang pragmatik. ILC merupakan salah satu bentuk komunikasi masyarakat secara tidak langsung. Masyarakat diajak mengulas berbagai topik mengenai masalah hukum dan kriminalitas teraktual di negeri ini secara mendalam untuk mendapatkan kebenaran dari para pakar dan narasumber dengan tuturantuturan yang baik, menggunakan pengungkapan secara langsung kepada masyarakat luas. Kata kunci: penerapan, dialog, tuturan, prinsip kerjasama. PENDAHULUAN Bahasa sebagai sarana yang penting dan utama dalam hidup ini karena tanpa bahasa sulit bagi seseorang untuk mengerti atau memahami arti dan maksud perkataan orang lain. Untuk itu ada pemikiran bahwa bahasa adalah milik manusia, maksudnya bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama sebagai umat manusia dengan makhluk hidup lainnya di dunia. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak lepas dengan bahasa. Kepentingan bahasa itu hampir mencakup segala bidang kehidupan karena segala sesuatu yang dihayati, dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh seseorang hanya dapat diketahui orang lain jika telah diungkapkan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis. Bahasa merupakan alat komunikasi, alat menyampaikan ide, maksud dan perasaan antar individu. Menurut Chaer, Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi atau alat interaksi sosial (2010: 14). Kepentingan bahasa itu hampir mencakup sesuatu bidang kehidupan karena segala sesuatu yang dihayati, NOSI Volume 3, Nomor 4, Agustus 2015 Halaman 478
dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh seseorang hanya dapat diketahui orang lain jika telah diungkapkan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis. Oleh karena itu, keingi-nan untuk selalu mengadakan hubungan dengan orang lain itulah yang menyebabkan bahasa tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa dalam bentuk tuturan yang dihasil-kan oleh manusia dapat diekpresikan melalui bentuk lisan maupun tulisan. Dalam bentuk lisan, orang yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara) dan mitra tuturnya (penyimak), sedangkan dalam bentuk tulis, tuturan disampaikan oleh penulis (penutur) kepada mitra tuturnya, yaitu pembaca. Ketertarikan masyarakat terhadap berita karena unsur berita dalam televisi atau radio biasanya berhubungan dengan kehidupan dan realitas di masyarakat pada umumnya. Dalam siaran radio maupun televisi terdapat percakapan yang terkandung informasi yang berbentuk tuturan. Tuturan merupakan salah satu kajian yang terdapat dalam bidang pragmatik. Pragma-tik merupakan kajian bahasa yang mencakup tataran makrolinguistik. Hal ini berarti bahwa pragmatik mengkaji hubungan unsur-unsur bahasa yang dikaitkan dengan pemakai bahasa, tidak hanya pada aspek kebahasaan. Sebagaimana ditegaskan Leech, (1993:8) Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations). Secara umum, pragmatik diartikan sebagai kajian bahasa yang telah dikaitkan dengan pengguna bahasa. Tindak tutur sebagai kajian pragmatik merupakan wujud peristiwa komunikasi bukanlah peristiwa yang terjadi dengan sendirinya, melainkan mempunyai fungsi, mengandung maksud, dan tujuan tertentu serta dapat menimbulkan pengaruh interaksi pada mitra tutur. Untuk itu kelancaran komunikasi dalam kegiatan berbahasa tidak hanya ditentukan oleh unsur unsur kebahasaan secara struktural. Akan tetapi, harus diperhatikan pula tentang prinsip-prinsip penggunaan bahasa oleh penulis atau pembicara. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kerjasama dan kesopanan dalam penggunaan bahasa, maka maksud atau pesan yang diinginkan akan mudah diterima oleh lawan tuturnya. Grice mengemukakan bahwa di dalam melaksanakan prinsip kerjasama itu, setiap penutur harus mematuhi 4 maksim percakapan ( conversation maxim), yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim cara ( maxim of manner) (Grice dalam Leech, 1993:11). Dalam hal ini, tuturan yang diujarkan oleh seorang pakar, narasumber apakah terdapat prinsip kerjasama. Untuk itu, penelitian ini bermaksud mengungkap penerapan prinsip kerjasama dalam tuturan dialog interaktif ILC (Indonesia Lawyers Club) 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berikut( (1) penerapan maksim kuantitas ( Maxim of Quantity) dalam dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) 2015, (2) penerapan maksim kualitas ( Maxim of Quality) dalam dialog ILC NOSI Volume 3, Nomor 4, Agustus 2015 Halaman 479
(Indonesia Lawyers Club) 2015, (3) penerapan maksim relevansi ( Maxim of Relevance) dalam dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) 2015, dan (4) penerapan maksim cara ( Maxim of Manner) dalam dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) 2015. Manfaat penelitian ini dibedakan baik secara teoritis maupun secara praktis. Penelitian Penerapan Prinsip Kerjasama dalam dialog ILC ( Indonesia Lawyers Club) 2015 dapat dijadikan landasan teori bagi peneliti yang tertarik meneliti lebih terperinci. Tuturantuturan dalam dialog dapat menambah pengetahuan tentang pragmatik dan analisis wacana. Teori dan simpulan yang tersusun dapat dijadikan sumbangan pemikiran tentang pragmatik sehingga penelitian ini bermanfaat dalam kajian ilmu pragmatik, dan tuturan yang ada dalam TV ONE akan memberikan pengetahuan bagi masyarakat luas tentang masalah hukum dan kriminalitas yang berkaitan dengan prinsip penggunaan bahasa. Bagi para mahasiswa, informasi yang ada dalam penelitian ini dapat memberikan pengetahuan sebagai bahan pertimbangan dalam bahan kajian ilmu pragmatik dan analisis wacana. Bagi pengajar bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk bahan materi bagi pendidik pada kegiatan belajar keterampilan berbahasa berbicara khususnya materi diskusi maupun memberikan tanggapan atau kritikan, memantapkan guru atau dosen dalam memilih materi ajar yang berhubungan dengan pragmatik, analisis wacana, linguistik dan bidang jurnalistik. METODE Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang mampu digunakan untuk mengungkapkan makna sesuai dengan konteksnya, sehingga penutur dan mitra tutur terjadi kesepahaman dalam berkomunikasi, oleh sebab itu pendekatan pragmatik lebih banyak membicarakan tentang jenis dan fungsi tindak tutur. Pendekatan kualitatif, jenis deskriptif karena pada langkah awal peneliti mengumpulkan fakta/data pada suatu latar ilmiah. Latar alamiah yang dimaksud di sini adalah tuturantuturan dalam acara dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) terlebih dahulu yang dijadikan sebagai sumber data langsung. Penelitian ini menghasilkan data yang berupa katakata lisan atau tuturan yang tersusun dalam acara dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) yang kemudian ditranskripsikan sehingga menjadi data tertulis yang disertai konteks dan keterangan non verbal atau gesturenya. Peneliti secara murni hadir sebagai seorang yang mengamati dan mengumpulkan data yang berupa tuturan tuturan pada acara dialog ILC (Indonesia Lawyers Club). Kehadiran peneliti tidak diketahui oleh subyek dan informan. Peneliti mentranskripsi acara dialog interaktif ILC (Indonesia Lawyers Club). Peneliti terlebih dahulu menyimak acara dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) yang disiarkan pada tanggal 10, 17, 24, dan 31 Maret 2015. Acara ini ditayangkan oleh TV ONE Hari Selasa pukul 19.30 wib, setelah menyimak satu episode peneliti mencari video episode tersebut pada NOSI Volume 3, Nomor 4, Agustus 2015 Halaman 480
website acara dialog interaktif ILC (Indonesia Lawyers Club) 2015, semua TV Nasional maupun Youtube kemudian mengunduhnya, melakukan transkripsi, dan seterusnya sampai episode terakhir Maret 2015. Penelitian tentang penerapan prinsip kerjasama dalam dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) 2015 membutuhkan data berupa tuturantuturan dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) 2015, data seperti ini termasuk data kualitatif. Sebagaimana dinyatakan Moleong (2009:157), Data kualitatif adalah data yang berbentuk tuturan atau tulisan yang berupa kata-kata. Data penelitian menentukan kualitas penelitian. Kualitas data salah satunya ditentukan oleh sumber data atau asal usul data. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Mahsu n, 2011:28). Sumber data dalam penelitian ini berupa dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) yang akan dijadikan data. Data tersebut diperoleh dari transkripsi yang dilakukan peneliti melalui video yang diunduh. Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai dalam penelitian untuk mengumpulkan data. Untuk dapat menentukan teknik pengumpulan data perlu mempertimbangkan aspek data dan terlebih lagi instrumen yang dipergunakan. Sebagaimana diketahui bahwa data dan sumber data penelitian ini berupa tuturantuturan dialog ILC (Indonesia Lawyers Club). Instrumen utama berupa diri peneliti. Untuk itu, teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik simak. Menurut Mahsun (2011:92), metode simak merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Sependapat dengan itu Sudaryanto (1998: 2-5) menyatakan bahwa metode simak mempunyai beberapa teknik dasar dan lanjutan. Adapun teknik dasar berupa teknik sadap dan teknik lanjutan berupa teknik SLC (simak Libat Cakap), teknik SBLC (Simak Bebas Libat Cakap), teknik rekam, dan teknik catat. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik sadap dengan teknik lanjutan berupa teknik SBLC, teknik rekam, dan teknik catat. Dengan demikian peneliti berfungsi sebagai pemerhati dengan mendengarkan dan merekam acara dialog ILC (Indonesia Lawyers Club). Selanjutnya, peneliti mentranskripsikan, mengidentifikasi, serta mengklasifikasikan calon-calon data ke dalam kartu data sesuai dengan teori tindak tutur dan prinsip kerjasama. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hal ini karena data penelitian, kata-kata yang diperoleh berasal dari dokumen rekaman berupa data verba atau bahasa lisan kemudian ditranskripkan dalam teks dialog. Untuk mempermudah analisis data, maka dibutuhkan instrumen penelitian yang berupa alat pengumpulan data yakni alat bantu berupa perekam suara, instrumen pengelolaan data yakni tabel pengelolaan data. Teknis analisis data dalam penelitian ini terbagi dalam tiga tahap yakni, (1) tahap pereduksian NOSI Volume 3, Nomor 4, Agustus 2015 Halaman 481
data, (2) tahap penyajian data, (3) tahap penarikan simpulan dan verifikasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian tentang penerapan prinsip kerjasama yang dideskripsikan, secara berurutan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Deskripsi tentang prinsip kerjasama meliputi: ( maksim kuantitas ( maxim of quantity), maksim kualitas ( maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim cara (maxim of manner). Penerapan prinsip kerjasama tersebut ditampilkan dalam dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) sebagai berikut: Maksim Kuantitas (maxim of quantity) Para nara sumber ILC (Indonesia Lawyers Club) sudah memberikan informasi yang sudah sesuai dan tidak melebihi informasi yang dibutuhkan (maksud dan tujuan jelas), informasi yang cukup relatif memadai dan sudah seinformatif mungkin, informasi yang lebih ringkas akan tetapi tidak menyimpangkan nilai kebenaran dari semua episode di atas. Tuturan tersebut telah menaati maksim kuantitas, jawaban yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan pertanyaan yang diutarakan ( tidak berlebihan). Penutur ( Karni ilyas) menanyakan masalah mengenai kinerja KPK sebagai pemberantas korupsi dan tugas POLRI sebagai penegak hukum yang mengakibatkan pertikaian KPK VS POLRI, kemudian penutur juga menanyakan masalah partai politik dan penanganan teroris (ISIS) yang mengancam Indonesia, lawan tutur/nara sumber menjawab pertanyaan penutur tanpa melebihi pertanyaan yang diutarakan. Pembahasan diatas membuktikan pendapat (Leech, 1993:128), dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif memadai dan seinformatif mungkin. Informasi tersebut tidak boleh melebihi informasi yang dibutuhkan oleh mitra tuturnya. Maksim kuantitas dapat mudah dipahami dengan menggunakan beberapa rumusan antara lain: Berikan informasi Anda sesuai kebutuhan dalam rangka tujuan dan maksud pertuturan; jangan memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan. Maksim Kualitas ( maxim of quality) Maksim kualitas digambarkan melalui tuturan yang dimulai dari pertanyaan Karni ilyas mengenai sangsi Ombusemen kemudian nara sumber Saor Siagian menjawab dengan rekomendasi undang-undang yang berisi surat perintah penangkapan, Karni ilyas pun juga bertanya kepada Alvon kurnia mengenai niat Presiden untuk mengawal kasus KPK dan POLRI dengan transparan (tidak ditutuptutupi). Para nara sumber ILC (Indonesia Lawyers Club) sudah memberikan informasi yang sebenarnya terjadi, hal yang sesuai dengan fakta dan data Ada rumusan tentang undang-undang yang dapat menjadi acuan dalam maksim NOSI Volume 3, Nomor 4, Agustus 2015 Halaman 482
kualitas, Fakta itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas, semua nara sumber mengatakan sesuatu yang benar dan kebenarannya dapat dibuktikan secara memadai. Penutur menanyakan masalah mengenai kinerja KPK sebagai pemberantas korupsi dan tugas POLRI sebagai penegak hukum yang mengakibatkan pertikaian KPK VS POLRI, masalah partai politik dan penanganan teroris, lawan tuturpun menjawab pertanyaan penutur tanpa melebihi pertanyaan yang diutarakan. Pembahasan diatas membuktikan pendapat (Rahardi, 2005:55) dalam maksim kualitas penutur menghendaki agar peserta pertuturan itu mengatakan hal yang sebenarnya, hal yang sesuai dengan data dan fakta. Fakta itu harus didukung dan didasarkan pada bukti -bukti yang jelas. Ada rumusan undang-undang atau peraturan yang dapat menjadi acuan dalam maksim kualitas, Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar; jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai. Dalam komunikasi sebenarnya, penutur dan mitra tutur sangat lazim menggunakan tuturan dengan maksud yang tidak senyatanya dan tidak disertai buktibukti yang jelas. Bertutur yang terlalu langsung dan tanpa basa-basi dengan disertai bukti-bukti yang jelas dan apa adanya justru akan membuat tuturan menjadi kasar dan tidak sopan. Dengan kata lain, untuk bertutur yang santun maksim kualitas ini seringkali tidak dipatuhi dan tidak dipenuhi. Maksim Relevansi (maxim of relevance) Maksim relevansi tersebut digambarkan melalui tuturan yang disampaikan Saor siagian mengenai status daripada tersangka itu melekat dalam pejabat pemerintah. Inilah yang menjadi problem mengapa Bang Karni memberikan judul Ruki Datang Diserang. Saya kira, semua setuju tidak ada merugikan intregitas daripada Ruki, tetapi semua tercengang adalah ketika ada orang kemudian sudah dikasih rekomendasi, tutran yang disampaikan Alvon kurnia mengenai putusan penyelidikan yang beda konteks, kemudian Yasonna H. Laoly juga memberikan tanggapan mengenai ketentuan perundangundangan dan tata tertib DPR itu kan hak angket bukan untuk suatu penyelidikan yang menyangkut hal yang berdampak luas bagi masyarakat. Tuturan tersebut telah menaati maksim relevansi Penutur menanyakan masalah mengenai kinerja KPK sebagai pemberantas korupsi dan tugas POLRI sebagai penegak hukum yang mengakibatkan pertikaian KPK VS POLRI, masalah partai politik dan penanganan teroris, lawan tuturpun menjawab pertanyaan penutur tanpa melebihi pertanyaan yang diutarakan penutur. Pembahasan diatas sesuai pendapat dinyatakan (Leech, 1993 :144) di dalam maksim relevansi ini, agar terjalin kerjasama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masingmasing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan (sesuai) tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu (terdapat hubungan implikasional penutur dan lawan NOSI Volume 3, Nomor 4, Agustus 2015 Halaman 483
tutur/paham yang dimaksud penutur). Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerjasama maksim relevansi. Maksim Cara (maxim of manner) Maksim cara digambarkan melalui tuturan Alvon kurnia mengenai ungkapan Ruki yang mengakui dirinya kalah, tentang posisinya sebenarnya, apakah ke depan dia itu mau untuk melakukan upaya hukum atau pilihan-pilihan hukum. Tuturan tersebut telah menaati maksim cara Penutur menanyakan masalah mengenai kinerja KPK sebagai pemberantas korupsi dan tugas POLRI sebagai penegak hukum yang mengakibatkan pertikaian KPK VS POLRI, masalah partai politik dan penanganan teroris, lawan tuturpun menjawab pertanyaan penutur tanpa melebihi pertanyaan yang diutarakan. Pembahasan di atas sesuai pendapat dinyatakan (Leech, 1993:154) bahwa maksim pelaksanaan (cara) mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung (to the point), tidak kabur, tidak ambigu. Rumusan yang dapat menjadi acuan dalam maksim cara yaitu, Hindari ungkapan yang tidak jelas; hindari ungkapan yang membingungkan; hindari ungkapan berkepanjangan; ungkapkan sesuatu secara runtut. PEMBAHASAN Penerapan prinsip kerjasama meliputi: (a) maksim kuantitas (maxim of quantity), (b) maksim kualitas ( maxim of quality), (c) maksim relevansi (maxim of relevance), dan (d) maksim cara (maxim of manner). Penerapan prinsip kerjasama tersebut ditampilkan dalam dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) adapun rincian simpulan sebagai berikut. Maksim kuantitas ( maxim of quantity) digambarkan dalam tuturan yang disampaikan nara sumber tentang tugas dan fungsi penegak hukum, kemudian mengungkapkan mengenai kinerja KPK dan POLRI yang tumpang tindih sehingga mengakibatkan pertikaian, serta nara sumber yang lain pun juga memberikan pendapat yang sama dari segi ilmu hukum dan pengalamannya, melalui beberapa tema dalam dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) 2015. Para nara sumber ILC (Indonesia Lawyers Club) sudah memberikan informasi yang sudah sesuai dan tidak melebihi informasi yang dibutuhkan ( maksud dan tujuan jelas), informasi yang cukup relatif memadai dan sudah seinformatif mungkin, informasi yang lebih ringkas akan tetapi tidak menyimpangkan nilai kebenaran, dari semua tuturan di atas menunjukkan indikator dari ciri maksim kuantitas. Maksim kualitas ( maxim of quality) digambarkan tuturan yang dimulai dari masalah sangsi Ombusemen kemudian para nara sumber menjawab dengan rekomendasi undang-undang yang berisi surat perintah penengkapan, nara sumber menyampaikan mengenai niat Presiden untuk mengawal kasus KPK dan POLRI dengan transparan (tidak ditutuptutupi), nara sumber yang lain sudah mengatakan hal yang sebenarnya terjadi, hal yang sesuai dengan fakta NOSI Volume 3, Nomor 4, Agustus 2015 Halaman 484
dan data Ada rumusan tentang undang-undang dan peraturan yang menjadi acuan dalam maksim kualitas dalam dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) 2015 sehingga masyarakat luas tahu yang sebenarnya, dari semua tuturan di atas menunjukkan indikator dari ciri maksim kualitas. Maksim relevansi (maxim of relevance) digambarkan tuturan yang disampaikan nara sumber mengenai status daripada tersangka itu melekat. Inilah yang menjadi problem mengapa Bang Karni memberikan judul Ruki Datang Diserang. Saya kira, semua setuju tidak ada merugikan intregitas daripada Ruki, tetapi semua tercengang adalah ketika ada orang kemudian sudah dikasih rekomendasi, tuturan yang disampaikan nara sumber mengenai putusan penyelidikan yang beda konteks, kemudian nara sumber yang lain juga memberikan tanggapan mengenai ketentuan perundangundangan dan tata tertib DPR itu kan hak angket bukan untuk suatu penyelidikan yang menyangkut hal yang berdampak luas bagi masyarakat, para nara sumber juga memberikan tanggapan mengenai istilah kriminalisasi menjadi suatu hal-hal yang tidak tulus. karena penegakan hukum adalah peradaban. Penegakan hukum adalah membangun peradaban kita memanusiakan manusia. Makanya kalau kita ingin membawa hal yang baik lewat jalan yang baik dan benar, kita diajarkan Tuhan janganlah dengan cara setan, serta nara sumber yang lain memberikan tanggapan sesuai dengan pengalamannya tentang hukum, melalui beberapa tema dalam dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) 2015. Nara sumber ILC (Indonesia Lawyers Club) sudah memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu (terdapat hubungan implikasi penutur dan lawan tutur, dari semua tuturan di atas menunjukkan indikator dari ciri maksim relevansi. Maksim cara ( maxim of manner) digambarkan melalui tuturan nara sumber mengenai ungkapan Ruki yang mengakui dirinya kalah, tentang posisinya sebenarnya, apakah ke depan dia itu mau untuk melakukan upaya hukum atau pilihan-pilihan hukum. Ketika ini, dihadapkan pada impian. Karena pada saat itu, ia langsung mengatakan bahwa kami mengakui kalah apakah kata-kata itu tepat diungkapkan yang disampaikan, nara sumber yang lain menambahkan mengenai peninjauan kembali (PK), memberikan tanggapan tuduhan teroris, nara sumber dan politisi memberikan pendapat tentang masalah yang dialami partai Golkar, serta memberikan tanggapan dan pendapat dari sudut pandang pengalamannya melalui beberapa tema dalam dialog ILC (Indonesia Lawyers Club) 2015. Semua nara sumber ILC (Indonesia Lawyers Club) sudah memberikan informasi dengan ungkapan jelas, yang tidak membingungkan, dan menghindari ungkapan berkepanjangan; (ungkapkan sesuatu secara runtut), dari semua tuturan di atas menunjukkan indikator dari ciri maksim cara. SIMPULAN NOSI Volume 3, Nomor 4, Agustus 2015 Halaman 485
Penerapan prinsip kerjasama pada tuturan diatas bermacammacam. Pertama, maksim kuantitas mempunyai fungsi untuk nara sumber memberikan informasi sesuai kebutuhan dengan maksud dan tujuan yang jelas. Kedua, maksim kualitas mempunyai fungsi untuk nara sumber memberikan informasi sesuai dengan kebenaran fakta serta didukung dengan undang-undang rumusan masalah. Ketiga, maksim relevansi mempunyai fungsi untuk nara sumber memberikan kontribusi yang relevan (sesuai) tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu (terdapat hubungan implikasional penutur dan lawan tutur/paham yang dimaksud penutur). Keempat maksim cara mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak ambigu. Rumusan yang dapat menjadi acuan dalam maksim cara yaitu, Hindari ungkapan yang tidak jelas; hindari ungkapan yang membingungkan; hindari ungkapan berkepanjangan; ungkapkan sesuatu secara runtut. SARAN Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan data yang sama dengan pendalaman masalah penelitian, seperti prinsip-prinsip kesantunan, implikatur, serta analisis wacana pemakaian bahasa. Selain itu, penelitian terhadap data yang sama dapat dikembangkan dengan klasifikasi data berdasarkan kategori tertentu, seperti jenis acara sehingga didapatkan kriteria prinsip kerjasama yang spesifik dalam masalah debat. Disarankan kepada mahasiswa sebagai calon guru Bahasa Indonesia dapat memafaatkan hasil penelitian ini sebagai sumber belajar terutama materi yang berkaitan dengan Pragmatik, karena dalam penelitian ini dijelaskan dengan rinci penerapan prinsip kerjasama beserta contoh. Hasil penelitian tentang penerapan prinsip kerjasama tang terdapat dalam ILC (Indonesia Lawyers Club) 2015 tersebut sangat jelas dan terinci dipahami sehingga dapat menambah wawasan mahasiswa tentang penerapan prinsip kerjasama khususnya disiplin ilmu Pragmatik. Disarankan kepada para pengajar Bahasa Indonesia hendaknya dapat memanfaakan hasil penelitian ini untuk memantapkan bahan ajar atau materi kuliah tentang penerapan prinsip kerjasama, karena dalam penelitian ini sudah diuraikan secara terinci sehingga pengajaran dapat lebih menarik mahasiswa. DAFTAR RUJUKAN Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Mistar, Junaidi. 2015. Pedoman Penulisan Tesis. Malang: Progam Pascasarjana Universitas Islam Malang Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. NOSI Volume 3, Nomor 4, Agustus 2015 Halaman 486
Nadar, F. X. 2008. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rahardi, R. Kunjana. 2004. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma Rahardi, R. Kunjana. 2005. PRAGMATIK, Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Yogyakarta: PT. Gelora Aksara Pratama Rani, Abdul, Arifin, Bustanul, dan Martutik. 2006. ANALISIS WACANA, Sebuah Kajian Bahasa Dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing Rohmadi. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media. Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: Semarang Perss Sudaryanto. 1998. Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasardasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset Yule, George. 2006. Pragmatik. (Terjemahan Indah Fajar W dan Rombe Mustajab).Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yuni, Qonita Fitria. 2013. Kesantunan berbahasa dalam Mata Najwa(Tesis), Malang:Universitas Islam Malang NOSI Volume 3, Nomor 4, Agustus 2015 Halaman 487