1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat telah dikenal sejak abad kelima sebelum masehi (SM), penyakit asam urat adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan salah satu jenis penyakit rematik artikuler, namun sampai sekarang belum juga ditemukan obat yang efektif untuk menyembuhkan penyakit ini (Ariyanti, 2007). Asam urat merupakan asam lemah yang didistribusikan melalui cairan ekstraseluler yang disebut sodium urat (Kutzing & Firestein, 2008). Asam urat dihasilkan oleh setiap makhluk hidup sebagai hasil dari metabolisme sel yang berfungsi untuk memelihara kelangsungan hidup (Lina, 2014). Namun, bila produksi asam urat menjadi sangat berlebihan atau pembuangannya berkurang (eksresi berkurang), akibatnya kadar asam urat dalam darah menjadi tinggi. Keadaan ini disebut hiperurisemia (Mulalinda, 2014). Hiperurisemia yang lanjut dapat berkembang menjadi gout (Muhtadi, 2014). Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung usia dan jenis kelamin, asam urat tergolong normal bila pria di bawah 7 mg/dl dan wanita di bawah 6 mg/dl, sebelum pubertas sekitar 3,5 mg/dl (Misnadiarly, 2007). Jumlah asam urat dalam darah dipengaruhi oleh intake purin, biosintesis asam urat dalam tubuh dan banyaknya eksresi asam urat (Kutzing & Firestein, 2008). Pada tahun 1999, menurut penelitian prevalensi gout dan hiperurisemia di United States of America (USA) adalah 41 per 1000, dan di United Kingdom (UK) prevalensi gout adalah 14 per 1000 (Depkes, 2006). Prevalensi hiperurisemia di
2 masyarakat diperkirakan antara 2,3 sampai 17,6% per seribu penduduk, sedangkan prevalensi gout bervariasi antara 1,6 sampai 13,6 per seribu penduduk (Putra, 2009) Data terakhir dari Rumah Sakit Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) menunjukkan terjadi kenaikan penderita sekitar 9 orang dari tahun 1993 sampai 1994 dan sekitar 19 orang dari 1994 sampai 1995. Pada tahun 2007, menurut data pasien yang berobat di klinik RSCM Jakarta, penderita asam urat sekitar 7% dari keseluruhan pasien yang menderita penyakit rematik (Ariyanti, 2007). Berdasarkan dari beberapa penelitian diperoleh data tingkat kejadian hiperurisemia. Diantaranya di Sinjai (Sulawesi Selatan) diperoleh angka prevalensi 10% pada pria dan 4% pada wanita. Di Bandungan (Jawa Tengah) didapatkan angka prevalensi pada pria 24,3% dan wanita 11,7%, sedangkan di kota Minahasa prevalensinya mencapai angka 34,30% pada pria dan 23,31% pada wanita untuk usia dewasa muda (Cendrianti, 2014). Berbagai jenis obat sintetis dalam pengobatan asam urat telah banyak beredar, tetapi masih terdapat kekurangan berupa efek samping yang merugikan. Salah satu obat pilihan dalam pengobatan asam urat adalah allopurinol. Allopurinol digunakan untuk mengobati asam urat sejak bertahun-tahun yang lalu. Namun, reaksi hipersensitivitas dapat terjadi setelah pengobatan beberapa bulan atau tahun (Mo et al., 2007). Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. World Health Organization (WHO) menetapkan bahwa pengobatan tradisional pada masa kini dan mendatang akan tetap digunakan oleh
3 dua pertiga penduduk dunia dengan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat (Wijayakusuma, 2000). Salah satu tanaman yang banyak mengandung khasiat obat adalah meniran (Phyllanthus niruri L.). Meniran merupakan tanaman terna semusim. Tanaman ini tumbuh liar di hutan, ladang, semak-semak, sepanjang jalan, pinggir sungai, tanah berumput, dan bebatuan (Utami, 2003). Khasiat tanaman tersebut diduga berasal dari kandungan berbagai senyawa kimia, di antaranya alkaloid, flavonoid, dan lignan (Mangunwordoyo, 2009). Senyawa kimia pada meniran yang diyakini dapat menurunkan kadar asam urat adalah senyawa flavonoid dan lignan. Pada penelitian Murugaiyah dan Chan 2009 isolat senyawa lignan ekstrak daun meniran memberikan efek antihiperurisemia pada tikus yang dibuat hiperurisemia, lignan dapat menurunkan kadar asam urat dengan mekanismenya meningkatkan ekskresi asam urat lewat ginjal, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Chintya Galuh, mahasiswa Departemen Kimia, IPB menemukan bahwa kandungan flavonoid yang terdapat pada ekstrak meniran dapat menghambat kerja enzim xantin oksidase dalam mengubah xantin menjadi asam urat. Hasil penelitian membuktikan bahwa meniran berpotensi sebagai penghambat aktivitas enzim xantin oksidase dengan daya hambat sebesar 50%, sehingga dapat dijadikan sebagai obat untuk mengurangi asam urat (Herliana, 2013). Dari referensi di atas, ekstrak meniran mengandung dua senyawa yang dapat menurunkan asam urat, oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap penurunan kadar asam urat pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi potasium oksonat.
4 1.2 Rumusan Masalah Adakah pengaruh pemberian ekstrak meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar asam urat tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi potasium oksonat? 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap kadar asam urat tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi potasium oksonat. 1.3.2 Tujuan Khusus Mendapatkan dosis yang efektif dari ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.) dalam menurunkan kadar asam urat tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi potasium oksonat. 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat akademis 1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh ekstrak meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar asam urat pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi potasium oksonat. 2) Sebagai dasar penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar asam urat pada
5 tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) yang dinduksi potasium oksonat. 1.4.2 Manfaat Klinis Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan alternatif untuk terapi asam urat yang berasal dari sumber daya alam. 1.4.3 Manfaat Masyarakat Menunjukkan pada masyarakat bahwa meniran (Phyllanthus niruri L.) dapat menurunkan kadar asam urat dan diharapkan menjadi upaya kuratif dalam menanggulangi asam urat