BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai hiperurisemia (Schumacher, 1992 cit Putra, 2007). Batasan

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup tidak sehat menyebakan perubahan pola penyakit pada masyarakat. Penyakit yang meningkat adalah penyakit degeneratif, dimana mampu menggantikan posisi penyakit infeksi tersering di dalam masyarakat. Bahkan penyakit degeneratif menjadi peringkat pertama penyebab kematian di Indonesia (Kusumawati dan Zulaekah, 2006). Penyakit degeneratif yang jumlahnya meningkat adalah gout. Gout dapat terjadi akibat kelainan metabolisme asam urat yang ditandai dengan peningkatan kadar asam urat dalam darah atau dikenal dengan kondisi hiperurisemia. Banyak batasan untuk menentukan hiperurisemia, apabila kadar asam urat di atas 2 standar deviasi dari hasil laboratorium pada populasi normal, maka sudah dapat dikatakan sebagai hiperurisemia (Schumacher, 1992 cit Putra, 2007). Batasan pragmatis yang digunakan sebagai patokan adanya kelainan patologis adalah kadar asam urat di atas 7% untuk laki-laki dan di atas 6% untuk perempuan (Emmerson, 1983; WHO, 1992; Cohen et al, 1994; Kelley cit Putra, 2007). Prevalensi hiperurisemia kira-kira 2,6-47,2% yang bervariasi pada berbagai populasi. Sedangkan prevalensi gout juga bervariasi antara 1-15,3%. Pada suatu studi didapatkan insidensi gout 4,9% pada kadar asam urat darah >9 mg/dl, 0,5% pada kadar 7-8,9%, dan 0,1% pada kadar <7 mg/dl. Insidensi kumulatif gout mencapai angka 22% setelah 5 tahun, pada kadar asam urat >9 mg/dl. Gout meningkat ~70%

2 2 secara keseluruhan, >33% meningkat pada umur tahun, dan ~100% meningkat pada umur >75 tahun (Wallace et al., 2004). Sebagai perbandingan, menurut US National Health Interview Survey, prevalensi gout pada laki-laki 4,6% dan perempuan 2%. Hiperurisemia disebabkan penurunan ekskresi asam urat melalui ginjal (underexcreation), peningkatan produksi asam urat (overproduction), atau kombinasi dari kedua mekanisme tersebut. Penurunan ekskresi asam urat melalui ginjal disebabkan dehidrasi, diabetes insipidus, pasien asidosis (misalnya pada ketoasidosis diabetes, etanol atau intoksikasi salisilat, ketosis yang disebabkan karena kelaparan), hipertensi, gagal ginjal, dan konsumsi obat seperti pirazinamid, diuretik, salisilat. Peningkatan produksi asam urat disebabkan oleh kelainan herediter (aktivitas berlebih enzim phoribosylpyrophosphatase synthetase), mengkonsumsi makanan berkadar purin tinggi, penggunaan otot rangka berlebihan, dan beberapa penyakit seperti penyakit hemolisis kronis, polisitemia, status epileptikus, infark miokard, dan keganasan dari mieloproliperatif. Gabungan dari kedua mekanisme tersebut menyebabkan hiperurisemia. Penyebab yang umum adalah mengkonsumsi alkohol dan glycogen storage disease (Misnadiarly, 2007; Qazi dan Lohr, 2010). Hiperurisemia yang lanjut akan berkembang menjadi gout, yaitu salah satu penyakit yang menyerang sendi (Stryer, 2000). Masalah akan timbul jika terbentuk kristal monosodium urat monohidrat pada sendi dan jaringan sekitar. Kristal yang berbentuk jarum akan mengakibatkan peradangan dan nyeri yang menyertai serangan gout. Apabila pengobatan tidak dimulai dalam beberapa tahun atau pengobatan

3 3 dilakukan tidak secara teratur, maka timbunan asam urat akan bertambah banyak. Hal ini mengakibatkan kekakuan dan pembengkakan pada sendi (Prince dan Wilson, 2005). Gout yang menahun biasanya disertai dengan tofi (lipid aminoglikan dan plasma protein) dan poliartikular. Tofi inii beresiko besar untuk pecah dan terjadi infeksi sekunder, sehingga sulit sembuh dengan obat (Tehupeiory, 2007). Obat yang bekerja menurunkan produksi asam urat disebut urikostatikum. Satu-satunya urostatikum yang digunakan sebagai terapi adalah allopurinol (Taswin, 1996 cit Mutschler, 1991). Allopurinol adalah obat sintetik yang efektif mengobati gout dengan produksi asam urat yang berlebih, pasien yang tidak mempunyai respon terhadap obat urikosurik, dan pasien gout disertai batu ginjal. Allopurinol berguna untuk menurunkan kadar asam urat darah tanpaa membebani ginjal dengan meningkatkan ekskresinya (Widmann, 1992 cit Taswin, 1996) ). Obat inii bekerja dengan cara menghambat xantine oksidase (Tierney et al., 2003) ). Xanthine oxsidase inhibitor digunakan untuk terapi hiperurisemia, gout, (Kumar et al., 2011). ulcers, dan gangguan oksidasi Al Qur an menyebutkan banyak tumbuh-tumbuhan yang menyimpan manfaat, Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macamm tumbuh-tumbuhan yang baik? (Asy Syu ara:7)

4 4 Artinya: Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan (An Nahl: 11) Katrin et al. meneliti efek ekstrak daun gandarusa (Justicia gendarussa Burm.) dan terbukti pada dosis 1,38 g/2000 gbb dapat menurunkan kadar asam urat darah. Ekstrak daun J. gendarussa Burm. mengandungg alkaloida, saponin, flavonoida dan tanin. Menurut jurnal yang dipublikasikan oleh Phytomedicinee tahun 2006, sekitar 63% tanaman obat tradisional Indonesia yang dikombinasikan dengan obat konvensional menyebabkan interaksi farmakokinetik. tradisional dan konvensional mempengaruhi enzim Interaksi farmakokinetik obat spesifik, yaitu CYP3A4 dan CYPP2D6 dimana keduanya merupakan enzim utama pada hati dan usus yang memetabolisme obat-obat konvensional masing-masing sebesar 50% dan 30%. Tanaman obat tradisonal yang sudah diteliti antaraa lain temu giring (Curcuma heyneana) ), merica putih (Piper nigrum), delima putih (Punica granatum), tapak dara (Catharanthus roseus), kemukus (Piper cabeba) ), pulosari (Alyxia reinwardtii), sambiloto (Andrographis paniculata), sere (Cymbopogon nardus), kayu legi (Glycyrrhiza glabra),, klembak (Rheum palmatum), kayu candanaa (Santalumm album),

5 5 cengkeh (Syzygium aromaticum), brotowali (Tinospora crispa), pulai (Alstonia scholaris) dan lempuyang wangi (Zingiber aromaticum). Efek farmakologi tentang keefektifan kombinasi allupurinol dan ekstrak daun J. gendarussa Burm. terhadap kadar asam urat dalam darah belum terbukti secara ilmiah sehingga perlu dilakukan penelitian agar penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Harmanto dan Subroto, 2006). B. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah interaksi antara allupurinol dengan ekstrak daun J. gendarussa Burm. dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah pada tikus Rattus norvegicus galur Wistar yang diinduksi jus hati ayam. C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efektifitas interaksi allupurinol dengan ekstrak daun J. gendarussa Burm. pada kadar asam urat darah. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu sebagai bukti ilmiah interaksi allupurinol dengan ekstrak daun J. gendarussa Burm. terhadap kadar asam urat darah dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

6 6 E. Keaslian Penelitian Penelitian oleh Katrin et al. (2009) menunjukkan ekstrak daun J. gendarussa Burm. mampu menurunkan kadar asam urat darah tikus putih jantan yang telah dibuat hiperurisemia dengan induksi kalium oksonat. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diajukan kali ini adalah pemberian ekstrak daun J. gendarussa Burm. yang akan diinteraksikan dengan allopurinol.