BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama ini, pendidikan seks untuk anak usia dini dianggap tabu dikalangan masyarakat. Orangtua beranggapan bahwa pendidikan seks belum pantas diberikan pada anak kecil. Padahal dengan pendidikan seks yang diberikan sejak dini sangat berpengaruh dalam kehidupan anak ketika mereka memasuki masa remaja. Apalagi anak-anak sekarang lebih kritis, dari segi pertanyaan dan tingkah laku karena pada masa ini anak-anak memiliki rasa keingintahuan yang besar (Djiwandono, 2001). Pendidikan seks dalam keluarga merupakan salah satu alternatif dalam membekali anak-anak dengan informasi-informasi tentang seks, tentang kesehatan, dan masalah-masalah reproduksi secara benar. Kemampuan, keterampilan, dan kemauan orangtua dalam memberikan pendidikan seks akan menentukan perasaan anak pada masa yang akan mendatang (Djiwandono, 2001). Anak usia 3-5 tahun sudah mampu menyadari perbedaan gender saat berinteraksi di lingkungannya. Sehingga sejak anak berusia 3 Tahun harus mendapat pendidikan seks dari orangtua mereka (Badriyah, 2013). Masalah pendidikan seks kurang diperhatikan orangtua pada masa kini karena orangtua menganggap bahwa anak-anak mereka akan mengerti dengan sendirinya kelak ketika mereka dewasa (Nawita, 2013). 1
2 Anak-anak yang kurang diperhatikan oleh orangtua mereka akan lebih mudah terbujuk oleh perilaku mesra lawan jenis mereka. Melalui belaian, perhatian, ciuman, pelukan, dipandang merupakan wujud dari kasih sayang. Sehingga anak yang tidak mendapatkan perlakuan tersebut dari orangtua mereka akan berdampak yang tidak baik untuk anak-anak mereka. Misalnya kehamilan di luar nikah yang secara tidak langsung juga mendorong tindakan aborsi, pembuangan bayi, serta penjualan bayi (Magdalena, 2007). Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada anak-anak, sangat tergantung pada model dan jenis pola asuh yang diterapkan oleh orangtua. Pola asuh ini dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua, yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan non-fisik seperti perhatian, empati, kasih sayang, dan sebagainya. Hal ini didasari bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak, yang tidak bisa digantikan oleh tenaga pendidikan manapun (Wibowo, 2012). Maraknya berita tentang perkosaan pada anak-anak, pelecehan seks terhadap remaja, bahkan juga pelacuran dibawah usia. Anak-anak hingga usia remaja selalu dijadikan target empuk para predator seks. Bahkan angkanya terus mengingkat seiring dengan kian padatnya populasi, serta genre media yang beragam. Ada banyak faktor yang jauh lebih berperan dibandingkan media, misalnya pola asuh orangtua, lingkungan sekitar, penanaman moral dan etika pada anak itu sendiri, dan banyak lagi (Magdalena, 2007).
3 Berdasarkan data kependudukan Desa Sarirejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada bulan April 2013 terdapat 112 anak usia balita, diantaranya 42 anak usia 3-5 tahun. Penelitian ini mengambil sampel anak usia 3-5 tahun karena di usia tersebut anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, suka berfantasi dan berimajinasi. Hasil survey awal dan wawancara kepada sepuluh anak yang berusia 3-5 tahun yang memiliki orangtua lengkap dan 10 orangtua yang memiliki anak usia 3-5 tahun di Desa Sarirejo dan berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, diperoleh informasi ada 6 anak (60%) tidak mengerti perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Dari hasil wawancara, ada 6 orangtua yang mengakui tidak mengajarkan anak tentang perbedaan laki-laki dan perempuan, mereka hanya membiarkan anak mereka mengetahui dengan sendirinya. Orangtua tersebut sering kesal jika anak banyak bertanya, karena orangtua menganggap pertanyaan anak tidak pantas diperbincangkan untuk anak seusianya dan merasa belum saatnya, sehingga tidak perlu dijawab atau mengajak anak berbicara lebih jauh lagi. Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana gambaran pola asuh orangtua dalam memberikan pendidikan seks pada anak usia dini (3-5 Tahun) di Desa Sarirejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut Bagaimana Gambaran Pola Asuh Orangtua Dalam Memberikan Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini (3-5 Tahun) Di Desa Sarirejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran pola asuh orangtua dalam memberikan pendidikan seks pada anak usia dini (3-5 Tahun) di Desa Sarirejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan pola asuh orangtua yang demokratis dalam memberikan pendidikan seks pada anak usia dini (3-5 Tahun). b. Mendeskripsikan pola asuh orangtua yang otoriter dalam memberikan pendidikan seks pada anak usia dini (3-5 Tahun). c. Mendeskripsikan pola asuh orangtua yang permisif dalam memberikan pendidikan seks pada anak usia dini (3-5 Tahun). d. Mendeskripsikan pola asuh orangtua yang campuran dalam memberikan pendidikan seks pada anak usia dini (3-5 Tahun). e. Mendeskripsikan pola asuh orangtua yang penelantar dalam memberikan pendidikan seks pada anak usia dini (3-5 Tahun).
5 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi institusi Dapat memberikan tambahan referensi mengenai pola asuh orangtua dalam memberikan pendidikan seks kepada anak usai dini. b. Bagi bidan Sebagai acuan untuk menentukan pendekatan yang tepat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan dapat menjadi acuan untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat terutama pada anak usia dini. c. Bagi orangtua Dapat memberikan informasi kepada orangtua mengenai pentingnya pemberian pendidikan seks kepada anak usia dini. 2. Manfaat teoritis a. Bagi Metode Penelitian Memberi pengalaman baru bagi penulis dalam melaksanakan penelitian dan dapat memahami tentang cara asuh orangtua dalam memberikan pendidikan seks kepada anak usia dini. b. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang materi pola asuh orangtua dalam memberikan pendidikan seks kepada anak usia dini.
6 E. Keaslian Penelitian Table 1.1 Keaslian Penelitian Nama peneliti Judul Desain penelitian Hasil Inhastuti Sugiasih, Tahun 2007. Syaifuddin Zuhri, Tahun 2007. Febby Litta Viani, Tahun 2009. Need Assessment Mengenai Pemberian Pendidikan Seksual Yang Dilakukan Ibu Untuk Anak Usia 3 5 Tahun. Model Pendidikan Seks (Sex Education) Orang Tua Bagi Remaja Guna Mencegah Seks Pra Nikah Serta Model Tayangan Alternative Seksualitas. Hubungan Antara Persepsi Tentang Seks Dengan Perilaku Seksual Siswa Kelas XI SMK N 5 Malang. Metode yang digunakan adalah kuesioner dan diskusi. Penelitian ini menggunakan metodekualitatif dengan metode dept interview. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan mengenai kekuatan, hambatan, kelemahan dan peluang yang dimiliki ibu berkaitan dengan pendidikan seksual untuk anak usia 3-5 tahun. Hasil dari penelitina ini adalah pola asuh orang tua yang bersifat permissive yang lebih dominan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang seks dengan perilaku seksual siswa kelas XI SMK N 5 Malang. Perbedaan penelitian ini dengan keaslian penelitian pada tabel 1.1 adalah variabel penelitian menggunakan pola asuh demokratis, otoriter, permisif, campuran, dan penelantar. Perbedaan lain adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.