BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui tercapainya masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Indonesia. Dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut maka perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan antara lain meningkatkan perilaku dan pemberdayaan masyarakat. Dalam kaitan ini, perilaku hidup masyarakat sejak usia dini perlu ditingkatkan sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam meningkatkan kesadaran dan kemandirian untuk hidup sehat. Salah satu hal dalam perilaku hidup sehat adalah pemberian ASI dini (Depkes RI, 2002). Dalam pengamatan Budiarso (2005), mendapatkan bahwa sejak tahun 1970 ada perubahan perilaku ibu dalam pemberian ASI yang diganti dengan pemberian susu formula. Kecenderungan ini tidak terbatas pada ibu pekerja dan ibu yang bukan pekerja. Berbagai alasan mengapa semakin banyak ibu tidak memberikan ASI antara lain karena pola modernisasi, industrialisasi, 1 1
dan perubahan perilaku serta kesan wanita itu sendiri terutama wanita pekerja dan rendahnya pendidikan ibu. Masalah yang timbul selama masa menyusui dapat dimulai sejak periode antenatal, masa pasca persalinan dini (masa nifas atau laktasi), dan masa pasca persalinan lanjut. Salah satu masalah menyusui pada masa pasca persalinan dini (masa nifas atau laktasi) adalah payudara bengkak atau breast engorgement (Wisnuwardhani, 2005). Engorgement (bendungan ASI) kebanyakan terjadi pada hari kedua sampai hari kesepuluh postpartum. Sebagian besar keluhan pasien adalah payudara bengkak, keras, dan terasa panas (Sarwono, 2005). Pada masa nifas seorang ibu akan sangat membutuhkan penyuluhan atau penjelasan mengenai menyusui. Walaupun menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan proses menyusui. Roesli (2002) berpendapat bahwa pengetahuan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Puskesmas Kaliwungu pada bulan Januari s.d Juli 2009 ditemukan ibu nifas dengan bendungan ASI sebanyak 28 orang dan mastitis sebanyak 3 orang. Bendungan ASI yang tidak disusukan dengan adekuat akan menyebabkan terjadinya mastitis (Wisnuwardhani, 2005). Sebagian besar ibu postpartum terutama ibu dengan usia muda dan tingkat pendidikan serta pengetahuan yang rendah tentang menyusui memutuskan untuk menghentikan menyusui lebih dini karena 2
Hal ini berkaitan dengan karakteristik umur dan pendidikan yang mungkin mempengaruhi tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu mengenai penyebab dan cara penanggulangan Walaupun tidak didapatkan angka kematian ibu pada kasus bendungan ASI pada ibu menyusui, namun harus tetap memerlukan perhatian dan penanganan karena payudara bengkak yang tidak ditangani dengan baik akan berkelanjutan menjadi mastitis. Menurut penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-ibu pekerja, sebanyak 16 % dari ibu yang menyusui (Depkes. RI., 2006). Dengan adanya kesibukan keluarga dalam pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian dalam keluarga, maka dengan adanya kesibukan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kejadian engorgement (Brinch, J. 1996). Berdasarkan survei tahun 2002 oleh Nutrition and Health di Jawa tengah tentang Ibu yang memberikan ASI pada bayinya, di perkotaan hanya 1 3% ( 1 3 kejadian bendungan ASI dari 100 ibu yang menyusui ) dan di pedesaan 2 13% ( 2 13 kejadian bendungan ASI dari 100 ibu yang menyusui ) (Depkes. RI., 2006). Dari hasil penelitian Astoeti (2006) di Puskesmas Getasan Kabupaten Semarang dari 157 orang ibu menyusui, terdapat 45 orang (28,66%) kasus ibu menyusui dengan bendungan ASI dan pada umumnya ibu-ibu belum mengetahui tentang gejala, penyebab dan cara penanggulangan dari 3
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, peneliti berminat mengangkat judul Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Menyusui Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Status Kerja di Desa Krajankulon Kaliwungu Kendal. B. Masalah Penelitian Berdasarkan fenomena yang terjadi dan telah digambarkan pada latar belakang, maka masalah yang dapat peneliti kemukakan untuk dapat dikaji dalam penelitian ini adalah adakah hubungan kejadian bendungan ASI pada ibu menyusui berdasarkan tingkat pengetahuan dan status kerja di desa Krajankulon Kaliwungu Kabupaten Kendal? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang kejadian bendungan ASI pada ibu menyusui berdasarkan tingkat pengetahuan dan status kerja di Desa Krajankulon Kaliwungu Kabupaten Kendal. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik ibu menyusui berdasarkan umur, paritas, pendidikan, dan pekerjaan. b. Memperoleh gambaran tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang c. Memperoleh gambaran ibu menyusui tentang kejadian bendungan ASI. 4
d. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu menyusui dengan kejadian e. Menganalisis hubungan status kerja ibu menyusui dengan kejadian D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Kesehatan Digunakan sebagai sumber masukan untuk penelitian yang lebih mendalam mengenai tingkat pengetahuan dan status kerja ibu menyusui dengan masalah 2. Bagi Petugas Kesehatan Sebagai bahan acuan memberikan asuhan terhadap ibu menyusui terutama berhubungan dengan manajemen laktasi dan masalah 3. Bagi Penulis Untuk mengembangkan ilmu pegetahuan, sikap, keterampilan dan memberikan pengalaman melaksanakan penelitian mandiri serta melakukan analisis. 4. Bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai masalah bendungan ASI dalam hal pengertian, gejala, komplikasi, pencegahan dan cara penanggulangannya serta kaitannya dengan tingkat pengetahuan dan status kerja. 5