ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DAN LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LEBAK, BANTEN

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA LAHAN KERING PODZOLIK MERAH KUNING DI KABUPATEN KONAWE SELATAN

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI TERHADAP ULAT GRAYAK DAN PENGGEREK POLONG

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

POTENSI HASIL ENAM VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI KABUPATEN SUMEDANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PERSEPSI PETANI KABUPATEN BANTUL DI YOGYAKARTA TERHADAP VARIETAS UNGGUL KEDELAI DENGAN PENERAPAN PTT

POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

ADAPTASI TIGA VARIETAS UNGGUL KEDELAI DENGAN INOVASI PTT DI LAHAN KERING BUMI NABUNG, LAMPUNG TENGAH

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

Agros Vol. 15 No.1, Januari 2013: ISSN

ADOPSI TEKNOLOGI PTT DAN PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK N DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN BEKAS PADI

DAYA HASIL GALUR-GALUR KEDELAI TOLERAN LAHAN KERING MASAM DI LAMPUNG SELATAN

INTRODUKSI VARIETAS UNGGUL KEDELAI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING GUNUNGKIDUL

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI MELALUI PENDEKATAN PTT MENDUKUNG SL-PTT KEDELAI DI SULAWESI TENGAH

TEKNOLOGI BUDIDAYA DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI DI LAHAN PASANG SURUT

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai

Pengaruh Beberapa Sumber Bahan Organik Lokal terhadap Hasil Kedelai Pada Lahan Kering di Lampung

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

Nurhayati, Ahmad Nirwan, dan Umar

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI ACEH BESAR

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT

UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI MELALUI PENDAMPINGAN SLPTT DALAM MENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN DI GUNUNGKIDUL

RESPON TIGA VARIETAS KEDELAI TERHADAP APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DI TANAH ULTISOL

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN DI LAHAN KERING [THE RESPONSES OF SEVERAL SOYBEAN VARIETIES ON FERTILIZATION ON DRYLAND]

HASIL VARIETAS UNGGUL KEDELAI MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI DI JAWA TIMUR

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH

Pemberian Mulsa Terhadap Tujuh Varietas Kacang Hijau dan Keharaan Tanah di Lahan Lebak Tengahan

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

Pedoman Umum. PTT Kedelai

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

DEJA 1 DAN DEJA 2 : VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI TOLERAN JENUH AIR

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH INOKULASI Rhizobium japonicum TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KULTIVAR KEDELAI DI LAHAN PASIR PANTAI

DOMINASI VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI NANGROE ACEH DARUSSALAM: Kajian Penyebaran Varietas dan Preferensi Petani

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

Kelayakan Usahatani Varietas Unggul Kedelai di Kabupaten Sleman

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENGUJIAN EMPAT VARIETAS UNGGUL KEDELAI DALAM POLA SL-PTT PADA LAHAN KERING MASAM SITIUNG, SUMATERA BARAT

Peluang Peningkatan Produktivitas Kedelai di Lahan Sawah

PEMUPUKAN PHONSKA PADA KEDELAI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

RESPONS PETANI TERHADAP VARIETAS UNGGUL BARU DAN KOMPONEN TEKNOLOGI PTT KEDELAI (STUDI KASUS DI TEGALSEMPU YOGYAKARTA)

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DI PROVINSI ACEH

PENGARUH PENCACAHAN BERBAGAI MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN dan HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

Pedoman Umum. PTT Kedelai. Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Interaksi Kompos Kotoran Sapi dan Mulsa Jerami Padi terhadap Hasil Kedelai Edamame di Lahan Kering

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

PENGADAAN DAN PENYALURAN BENIH KEDELAI DENGAN SISTEM JABALSIM DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DI PAPUA

PENGARUH PENGGUNAAN MULSA JERAMI TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA DAN HASIL PADA DUA VARIETAS KEDELAI

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PERAN BPTP DALAM MENDUKUNG JABALSIM PERBENIHAN KEDELAI DI SETANGGOR, LOMBOK TENGAH, NTB

Introduksi Varietas Kedelai Mendukung Program Peningkatan Produksi Menuju Swasembada Kedelai di Jawa Tengah

DAYA HASIL GALUR HARAPAN KEDELAI TOLERAN HAMA ULAT GRAYAK

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair.

Teknologi Budidaya Kedelai

KERAGAAN GALUR HARAPAN KEDELAI UMUR GENJAH DAN BIJI BESAR

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN, TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PELUANG PENGEMBANGAN PENANGKAR KEDELAI DI BANTEN

ISBN: PROSIDING SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR. MALANG, 9 10 Juli 2002

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

Potensi Hasil Varietas Unggul Baru Padi Gogo Pada Lahan Kering Menunjang Peningkatan Produksi Beras Nasional di Kabupaten Garut

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

SELEKSI DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) PADA TANAH SALIN

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

PENGARUH MULSA ORGANIK PADA GULMA DAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GEMA

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SKRIPSI.

PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PEMUPUKAN NPK PADA KEDELAI DI LAHAN SAWAH VERTISOL

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

Transkripsi:

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DAN LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LEBAK, BANTEN Zuraida Yursak 1) dan Purwantoro 2) 1) Peneliti di BPTP Banten, 2) Peneliti di Balitkabi-Malang Jl. Ciptayasa KM.01 Ciruas Serang-Banten 1) Email: zyursak@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan komoditas pangan unggulan nasional setelah padi dan jagung. Salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan produksi kedelai adalah ketersediaan benih bermutu dari varietas yang berdaya hasil tinggi. Peningkatan produksi kedelai dipengaruhi oleh aspek teknis, finansial/ekonomi dan sosial budaya. Aspek teknis yang juga mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas adalah agroekosistem lahan yang berbeda. Banten mulai mengembangkan komoditas kedelai pada agroekosistem lahan sawah dan lahan kering, namun terdapat permasalahan yang perlu diatasi. Tujuan pengkajian adalah mengkaji adaptasi dan produksi beberapa varietas kedelai di Kabupaten Lebak. Pengkajian dilaksanakan pada agroekosistem lahan kering dan lahan sawah pada bulan Juni Agustus 2011. Rancangan yang digunakan acak kelompok dengan perlakuan 6 varietas unggul baru, Anjasmoro (V1), Argomulyo (V2), Grobogan (V3), Burangrang (V4), Detam-1 (V5) dan Wilis (V6), setiap perlakuan diulang 4 (empat) kali. Petak percobaan berukuran 4 m x 5 m, olah tanah sederhana, jarak antar bedengan/petak 0,5 m dan tinggi bedengan ± 30 cm untuk lahan sawah, jarak tanam 40 cm x 15 cm, 2-3 biji per lubang tanam. Jerami padi digunakan sebagai mulsa untuk menjaga kelembaban dan menekan tumbuhnya gulma. Hasil pengamatan menunjukkan daya tumbuh benih lebih dari 90%, namun varietas Grobogan terutama di agroekosistem lahan kering daya tumbuh hanya 76%. Varietas Wilis, Anjasmoro, Argomulyo dan Burangrang mampu berdapatasi baik pada agroekosistem sawah maupun lahan kering. Kata kunci: kedelai, agroekosistem, lahan sawah, lahan kering ABSTRACT The adaptation of some soybean varieties in dryland and wetland of Lebak District, Banten Province. The increase of soybean production is influenced by technical, financial/economic, and socio-cultural aspects. Technical aspect that affects the productivity is agro-ecosystem. Banten Province is beginning to develop soybean. The purpose of this study was to assess the adaptation and production of several soybean varieties grown in paddy fields and dry land. Assessment activity was conducted at two agroecosystems: dryland and rice fields at village Wantisari, Lebak district from June to August 2011. A randomized complete block design with four replicates was applied, and six soybean varieties as treatments (Anjasmoro, Argomulyo, Grobogan, Burangrang, Detam-1 and Willis ). The plot size was 4 m x 5 m, plant spacing 40 cm x 15 cm with 2-3 seeds per hole, the distance between plots 0.5 m and the bed was raised ± 30 cm for wetland. Rice straw was spread as mulch to retain moisture and suppress weed growth. The secondary and primary data were collected during plant growing season. The observation indicated that crop emergence was higher than 90%. But for Grobogan variety that was grown in agro-ecosystem dry land, its emergence was 76% only. The varieties of Wilis, Argomulyo, Anjasmoro and Burangrang were well adapted both in dryland and wetland. Key word: soybean, wetland, dryland, seed yield 110 Yursak dan Purwantoro: Adaptasi Varietas Kedelai pada Lahan Kering dan Sawah

PENDAHULUAN Kedelai merupakan komoditas pangan unggulan nasional setelah padi dan jagung. Salah satu faktor penting dalam peningkatan produksi kedelai adalah ketersediaan benih bermutu dari varietas yang berdaya hasil tinggi. Badan Litbang Pertanian telah melepas beberapa varietas unggul kedelai, tetapi kenyataan riil di lapangan menunjukkan kedelai yang digunakan petani lebih dari 60% masih didominasi oleh varietas Wilis yang dilepas pada tahun 1983 (Budiharti dan Hadi 2005). Dilaporkan bahwa penggunaan benih bermutu baru mencapai 7% (Baihaki 2002). Fakta terkini menunjukkan bahwa benih kacang-kacangan termasuk kedelai bermutu/bersertifikat penggunaannya oleh petani baru mencapai 10% sedangkan sisanya menggunakan benih asalan yang tidak jelas asal usulnya (Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan 2006). Hal tersebut menunjukkan lambatnya laju peningkatan penggunaan benih bermutu oleh petani. Peningkatan produksi kedelai dipengaruhi oleh aspek teknis, finansial/ekonomi, dan sosial budaya. Aspek teknis yang juga mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas adalah agroekosistem lahan yang berbeda. Salah satu dari 17 wilayah pengembangan kedelai di Indonesia adalah Provinsi Banten dengan potensi lahan sawah seluas 134.558 ha dan lahan kering 9000 ha, namun potensi lahan yang baru dimanfaatkan untuk kedelai 4.975 ha dengan produktivitas 1,38 t/ha (BPS 2009). Banten mulai mengembangkan komoditas kedelai pada agroekosistem lahan sawah dan lahan kering, namun terdapat permasalahan yang perlu diatasi. Kendala umum pengembangan kedelai pada lahan sawah bekas padi adalah kejenuhan air pada awal musim tanam yang berakibat buruk untuk perkecambahan benih kedelai, struktur tanah yang padat akan menghambat perkembangan akar tanaman. Kendala umum di lahan kering adalah erosi tinggi, solum tanah dangkal, kadar bahan organik rendah, kahat hara, kekeringan, gangguan OPT, dan pascapanen (Sudaryono 2007). Sedangkan permasalahan khusus yang dihadapi pada lokasi tertentu adalah terbatasnya varietas yang tahan penyakit dan mampu beradaptasi baik pada lokasi yang berbeda (Rusastra dkk. 2004). Hal ini disebabkan oleh terbatasnya informasi dan pengetahuan petani mengenai varietas yang unggul yang tersedia dan adaptif. Selain itu masalah rendahnya hasil dan mutu kedelai juga dipengaruhi oleh serangan hama dan penyakit (Marwoto et al. 1999). Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan varietas unggul yang adaptif pada masing-masing agroekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi adaptasi beberapa varietas kedelai pada lahan kering dan lahan sawah. BAHAN DAN METODE Pengkajian dilaksanakan pada agroekosistem lahan kering dan lahan sawah di Kabupaten Lebak, Banten, pada bulan Juni Agustus 2011, menggunakan rancangan acak kelompok dengan perlakuan 6 (enam) varietas unggul baru: Anjasmoro (V1), Argomulyo (V2), Grobogan (V3), Burangrang (V4), Detam-1 (V5) dan Wilis (V6), diulang 4 (empat) kali. Setiap varietas ditanam pada plot berukuran 4 m x 5 m dengan olah tanah sederhana, jarak antarplot 0,5 m dan jarak tanam 40 cm x 15 cm, 2-3 biji per lubang tanam. Jerami padi digunakan sebagai mulsa untuk menjaga kelembaban dan menekan tumbuhnya gulma, Sebelum tanam dilakukan analisis sifat tanah. Data yang dikumpulkan adalah: tinggi tanaman pada umur 14, 28, 42 HST, jumlah polong per tanaman, polong bernas (isi) dan hampa, jumlah biji per polong, bobot 100 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 111

butir, hasil biji per petak, produktivitas, jenis hama dan penyakit yang menyerang. Datadata tersebut ditabulasi dalam bentuk tabel, sedangkan data hasil biji setiap perlakuan dianalisis secara statistik. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Pengkajian Dilaporkan bahwa pengembangan kedelai di lahan kering dihadapkan pada kondisi tanah yang kurang subur, ph rendah, kandungan bahan organik rendah serta ketersediaan hara N, P, K rendah (Hilman 2005). Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa lahan kering lokasi penelitian memiliki ph 4,3 yang tergolong masam dan lahan sawah memiliki ph 6,0 yang tergolong netral. Kandungan C (bahan organik) tergolong rendah pada agroekosistem lahan sawah dan lahan kering, sehingga memerlukan tambahan bahan organik yang cukup tinggi, kandungan N dalam tanah tergolong rendah, baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Kandungan P dan K tanah di kedua lokasi tergolong tinggi dan sangat tinggi (Tabel 1). Tabel 1. Hasil analisis tanah di lokasi pengkajian enam varietas kedelai di lahan kering dan lahan sawah. Lebak, Banten, MK II, 2011. Agroekosistem Kab, ph C N C/N P K Lahan Sawah Lebak 6,0 1,27 0,12 11 135 102 Lahan Kering Lebak 4,3 1,35 0,13 10 27 34 Sampel diambil sebelum tanam. Sampel dianalisis di Laboratorium Tanah, BBSDLP Bogor. Tabel 2. Sidik ragam hasil dan komponen hasil enam varietas kedelai di lahan kering dan lahan sawah. Lebak, Banten, MK II, 2011. Parameter Lingkungan Varietas L x V KK (%) Tanaman tumbuh 428,408* 129,768** 99,06** 3,00 Tinggi tanaman saat panen 687,167** 980,536** 51,2 tn 10,79 Jumlah cabang 8,789** 1,116** 0,37 tn 24,51 Jumlah buku subur 279,464** 72,899** 2,608 tn 17,03 Jumlah polong isi 4990,453** 1147,918** 193,204 tn 25,87 Bobot 100 biji 28,091** 99,886** 7,744** 5,44 Bobot biji (t/ha) 12,15** 1,868** 0,134 tn 18,98 ** dan * berbeda nyata pada p=0,01 dan p=0,05, tn= tidak beda nyata. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor lingkungan/agroekosistem maupun varietas berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap pertumbuhan dan hasil biji. Interaksi antara varietas dan lingkungan/agroekosistem menunjukkan hanya parameter daya tumbuh tanaman dan bobot 100 biji yang berbeda nyata. Nilai koefisien keragaman cukup beragam antar parameter (Tabel 2). Dalam usahatani kedelai, benih yang akan ditanam dipilih yang mempunyai tingkat kemurnian tinggi, sehat dan daya kecambah >90% (Adisarwanto dan Floid 2000). Daya tumbuh kedelai pada lahan sawah (L1) lebih dari 90% dengan kisaran 91,3 96,5% (Tabel 3). Pada lahan kering (L2), daya tumbuh cukup beragam. Daya tumbuh terendah terdapat pada varietas Grobogan dan tertinggi pada varietas Detam-1 (96%). Daya tumbuh >90% 112 Yursak dan Purwantoro: Adaptasi Varietas Kedelai pada Lahan Kering dan Sawah

terdapat pada varietas Argomulyo, Detam-1, dan Wilis. Benih bermutu tinggi dapat diperoleh dengan cara panen dan prosesing secara cepat dengan kadar air simpan 8 10%. Tabel 3. Daya tumbuh enam varietas unggul kedelai berbagai agroekosistem, lahan kering dan lahan sawah. Lebak, Banten, MK II, 2011. Daya tumbuh (%) Varietas Lahan sawah (L.1) Lahan kering (L.2) Rata-rata Anjasmoro 91,3 83,4 87,3 Argomulyo 94,8 93,0 93,9 Grobogan 93,8 76,0 84,9 Burangrang 93,5 86,5 90,0 Detam,1 92,8 96,0 94,4 Wilis 96,5 91,8 94,1 KK (%) 3,00 Tabel 4. Pengaruh lingkungan terhadap tinggi tanaman enam varietas kedelai di lahan kering dan lahan sawah. Lebak, Banten MK,II, 2011 Tinggi tanaman (cm) Agroekosistem 14 HST 28 HST 42 HST Lahan kering (L1) 12,3 a 22,5 44,8 b Lahan sawah (L2) 9,9 b 21,8 50,3 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa tinggi tanaman pada umur 14 HST dipengaruhi oleh lingkungan. Tinggi tanaman di masing-masing lokasi disajikan pada Tabel 4, dan pengaruh varietas disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman kedelai di lahan kering dan lahan sawah. Lebak, Banten MK II, 2011. Tinggi tanaman (cm) Varietas 14 HST 28 HST 42 HST Anjasmoro 11,5 b 23,6 51,5 Argomulyo 10,3 a 20,3 43,7 Grobogan 10,5 a 20,0 36,4 Burangrang 10,1 a 20,4 48,9 Detam-1 11,0 ab 21,6 44,9 Wilis 9,1 a 17,8 43,0 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Pada umur 42 HST, tanaman paling tinggi terdapat di lahan sawah (50,3 cm). Dengan demikian diketahui bahwa pertumbuhan tanaman pada agroekosistem lahan sawah lebih baik dari lahan kering. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan respon tanaman terhadap unsur hara dan pemupukan (Taufiq dkk. 2004). Pertumbuhan yang paling baik diperoleh varietas Anjasmoro dan yang paling rendah pada varietas Wilis. Pada umur 42 HST, varietas yang paling baik pertumbuhannya adalah Anjasmoro (51,5 cm), diikuti oleh varietas Burangrang (48,9) dan Detam-1 (44,9 cm). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 113

Tabel 6. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah buku subur enam varietas kedelai di lahan kering dan lahan sawah. Lebak, Banten MK II, 2011 Varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang Jumlah buku subur L.1 L.2 Rata2 L.1 L.2 Rata2 L.1 L.2 Rata2 Anjasmoro 56,7 48,4 52,5 1,7 1,3 1,5 14,7 11,4 13,1 Argomulyo 51,4 44,2 47,8 2,8 1,5 2,1 14,5 9,1 11,8 Grobogan 33,4 33,0 33,2 2,6 1,3 1,9 12,2 7,1 9,6 Burangrang 60,0 56,3 58,2 1,5 1,1 1,3 14,2 10,1 12,2 Detam,1 68,6 56,9 62,7 2,2 1,1 1,7 19,7 13,1 16,4 Wilis 68,7 54,6 61,6 2,5 1,9 2,2 19,9 15,4 17,7 KK (%) 10,79 24,51 17,03 Berdasarkan hasil analisis (Tabel 6) diketahui bahwa tanaman terendah terdapat pada varietas Grobogan (33,2 cm) dan tertinggi pada varietas Detam-1 (62,7 cm). Jumlah cabang terendah terdapat pada varietas Burangrang dan tertinggi pada varietas Wilis. Jumlah buku subur terendah terdapat pada varietas Grobogan dan tertinggi pada varietas Wilis. Tabel 7. Rata-rata jumlah polong isi, bobot 100 biji, dan hasil biji enam varietas kedelai di lahan kering dan lahan sawah. Lebak, Banten MK II, 2011. Varietas Jumlah polong isi Bobot 100 biji (g) Hasil biji (t/ha) L.1 L.2 Rata2 L.1 L.2 Rata2 L.1 L.2 Rata2 Anjasmoro 48,0 33,5 40,8 18,0 16,1 17,0 2,8 1,6 2,2 Argomulyo 30,3 17,3 23,8 19,1 19,5 19,3 2,8 1,4 2,1 Grobogan 24,3 11,7 18,0 25,6 20,4 23,0 1,6 0,8 1,2 Burangrang 46,3 25,5 35,9 18,5 17,2 17,9 2,8 1,7 2,2 Detam,1 62,6 24,1 43,4 16,1 15,3 15,7 2,1 1,3 1,7 Wilis 60,6 37,6 49,1 12,7 12,3 12,5 2,9 2,1 2,5 KK ( %) 25,87 5,4 19,98 Jumlah polong isi tertinggi terdapat pada varietas Wilis dan terendah pada varietas Grobogan dengan KK 25,87%. Data bobot 100 biji menunjukkan perbedaan antara biji kecil (Wilis), biji sedang (Detam-1), dan biji besar (Anjasmoro, Argomulyo, Grobogan, dan Burangrang) dengan KK 5,44%. Produktivitas terendah 1,2 t/ha pada varietas Grobogan dan tertinggi 2,5 t/ha pada varietas Wilis. Dari segi agroekosistem, hasil biji tertinggi dicapai (2,8 t/ha) pada varietas yang ditanam pada lahan sawah, oleh varietas Wilis dan terendah varietas Grobogan (1,6 t/ha). Hasil tertinggi di lahan kering dicapai oleh varietas Wilis (2,1 t/ha) dan terendah varietas Grobogan (0,8 t/ha). Dengan demikian varietas Wilis selain adaptif pada lahan sawah juga adaptif di lahan kering. KESIMPULAN 1. Tanah lokasi pengkajian bereaksi netral pada agroekosistem lahan sawah tetapi sangat masam pada agroekosistem lahan kering, demikian juga kandungan C organiknya cukup rendah. 114 Yursak dan Purwantoro: Adaptasi Varietas Kedelai pada Lahan Kering dan Sawah

2. Daya tumbuh tanaman sangat baik dan secara umum lebih dari 90%. Namun varietas Grobogan, terutama pada agroekosistem lahan kering, memiliki daya tumbuh 76%. 3. Tinggi tanaman pada umur 14 HST berbeda nyata antara agroekosistem lahan sawah dan lahan kering, namun pada umur 42 HST tidak terdapat perbedaan nyata. Dari segi tinggi tanaman, diperoleh varietas yang memiliki pertumbuhan cukup baik adalah Anjasmoro dan Detam-1. 4. Varietas yang dapat berdapatasi dengan baik pada agroekosistem lahan sawah adalah Wilis (2,9 t/ha), Argomulyo (2,8 t/ha), dan Anjasmoro (2,8 t/ha), sedangkan pada agroekosistem lahan kering adalah Wilis (2,1 t/ha). Secara umum, varietas yang mampu beradaptasi baik pada agroekosistem lahan sawah maupun lahan kering adalah Wilis. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. Dan F. Floid.1990. Hasil Sigi permasalahan Budidaya Kedelai di Jawa Timur. Balittan. Malang. Baihaki, A. 2002. Review pemuliaan tanaman dalam industri perbenihan di Indonesia. Hal. 1 6. Dalam E. Murniati dkk (ed). Industri Benih di Indonesia : Aspek Penunjang Pengembangan. Lab. Ilmu Tanah dan teknologi Benih BDP, Faperta IPB, Bogor. Budiharti, T dan S. Hadi. 2005. Komersialisasi varietas unggul dan perbenihan kedelai di Indonesia. Makalah disampaikan pada Lokakarya dan Seminar Nasional Pengembangan Kedelai di Lahan Sub-Optimal. Balitkabi Malang, 26 27 Juli 2005. 17 hal. BPS. 2009. Survei Pertanian. Biro Pusat Statistik Provinsi Banten. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan. 2006. Program Pengembangan dan Kebijaksanaan Perbenihan Tanaman Pangan Tahun 2006. Makalah pada Forum Perbenihan Jawa Timur. Batu, 14 16 Maret 2006. 18 hal. Hilman, Y. 2005. Teknologi produksi kedelai di lahan kering masam. Prosiding Lokakarya Pengembangan Kedelai di Lahan Sub-optimal. Malang, 26 27 Juli 2005. Puslitbang Tanaman Pangan. Hal. 78 86. Marwoto, Suharsono dan Supriyatin. 1999. Hama Kedelai dan Komponen Pengendalian Hama Terpadu. Monograf Balitkabi No. 4. 1999:50 hal. Rusastra, I.W., B. Rachman, dan S.Friyatno. 2004. Analisis daya saing dan struktur proteksi komoditas palawija. Hal. 28 49. Dalam. Prosiding Efisiensi dan Daya Saing Sistem Usahatani Beberapa Komoditas Pertanian di Lahan Sawah. Puslitbang Sosek Pertanian-Badan Litbang Pertanian. Sudaryono. 2007. Dukungan teknologi untuk peningkatan produksi dan produktivitas kedelai. Buletin Palawija No.14 :47 59 Taufiq, A., H. Kuntyastuti, dan A.G. Manshuri. 2004. Pemupukan dan ameliorasi lahan kering masam untuk peningkatan produktivitas kedelai. Hal. 21 40. Prosiding Lokakarya Pengembangan Kedelai Melalui Pendekatan PTT di Lahan Masam. Lampung, 30 September 2004. Balitkabi Malang. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 115