Lahan ini memiliki luas ± m 2. Sehingga, luas bangunan maksimal. Sesuai KDB x 60% = m 2. Sesuai KLB x 0.6 = 23.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

ΒΑΒ 4: Κονσεπ Περανχανγαν

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS TRANSPORTASI INTERMODA BSD

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V LANDASAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS TIPE A DI CILACAP

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BATIK INDONESIA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID

BAB V PROGRAM PERANCANGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :


Lapas Kelas I A Kedungpane

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

5.1 Konsep macam dan besaran ruang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar. 1. Transit Hub

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

Transkripsi:

ΒΑΒ 3: Αναλισα 3.1. Analisa Lokasi 3.1.1. Analisa Lokasi Menurut Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) lahan ini memiliki ketentuan KDB 60%. KLB 0,6 dan garis sempadan 10 meter dari Jl. Terusan Dr. Djoendjoenan. ialah: Lahan ini memiliki luas ±39.700 m 2. Sehingga, luas bangunan maksimal Sesuai KDB 39.700 x 60% = 15.880 m 2 Sesuai KLB 39.700 x 0.6 = 23.820 m 2 Maka: 23.820/15.880 = 1.5 lantai Lahan terletak di lahan bekas Gedung Direktorat Material PT. Dirgantara Indonesia, Jalan Gunung Batu yang merupakan jalan kolektor sekunder. Batasbatas lahan ialah sebagai berikut: 1. Batas Utara: Jl.Terusan Dr.Djoendjoenan 2. Batas Selatan: Jl.Sukaraja 3. Batas Barat: gedung Dinas Kesehatan TNI AU 4. Batas Timur: Pusat Pengembangan Geologi Kelautan & kompleks Departemen Pertambangan Mineral dan Energi 39

Gambar 3.1. Batas lahan 3.1.2. Analisa Geografis 1. Topografi Kota Bandung terletak di antara 107 0 36 l Bujur Timur dan 6 0 55 Lintang Selatan. Secara topografi Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 meter di atas permukaan laut, titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 meter dan terendah di sebelah Selatan 675 Meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi di daerah Jl.Dr.Djoendjoenan dan sekitarnya relatif datar dan terletak pada ketinggian 2436 kaki/feet atau 742 m dari permukaan laut. 2. Kondisi Geologis Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada jaman kwarter dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material 40

endapan gunung api tua (Qvu), tanah pada lokasi proyek tahan menopang beban yang berat hingga 8 ton. 3. Iklim dan Cuaca Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk. Pada 2002 Temperatur rata-rata 23,6 0 C dan jumlah hari hujan rata-rata 15 hari per bulannya. Kondisi iklim di wilayah sekitar Jl. Terusan Dr. Djoendjoenan sendiri dicirikan dengan kondisi udara yang tidak banyak berubah dan curah hujan berkisar antara 1500-2000 mm per tahun. Temperatur lokasi proyek relatif lebih panas dari daerah lain di Bandung karena padatnya lalu lintas di sekitar lokasi proyek. 3.1.3. Analisa Tata Guna Lahan Sekeliling lahan proyek, terdapat perumahan TNI AU dan fasilitas militer TNI AU. Gambar 3.2. Zoning Kawasan 41

Keterangan : - Merah kawasan perkantoran militer - hijau Lahan proyek (saat ini merupakan gudang material PT. Dirgantara Indonesia) - Abu-abu jalan sekitar lokasi proyek 3.1.4. Analisa Pandangan 1. Dari lahan Pandangan dari lahan sebelah Utara ialah Jl. Terusan Dr Djoendjoenan. Sebelah Barat merupakan gedung Dinas Kesehatan TNI AU. Pandangan sebelah Selatan adalah Jl. Sukaraja dan Timur adalah Kompleks Departemen Pertambangan Mineral dan Energi. 2. Ke Lahan Lahan yang relatif datar membuat bangunan yang ada pada lahan terlihat saling bertumpuk jika tidak disusun dengan baik. 3.1.5. Analisa Sirkulasi Lahan proyek terletak di Jl.Terusan Dr. Djoendjoenan yang merupakan jalan kolektor sekunder. Menurut RDTRK Wilayah Jl.Terusan Dr Djoendjoenan, jalan kolektor dapat didefinisikan sebagai penyalur lalu lintas dari kawasankawasan kegiatan kota terutama permukiman yang disalurkan melalui jalan arteri. Lebar total dan lebar efektif Jl. Terusan Dr Djoendjoenan ialah 7,5 m. Jalan ini merupakan jalan dua arah dengan volume kendaraan smp/jam 1.996 dan kapasitas total kendaraan 3000. Perkerasan Jl. Terusan Dr Djoendjoenan merupakan hot mix dalam kondisi baik. Sirkulasi pedestrian hanya tersedia di bagian Utara lahan. 42

3.1.6. Analisa Vegetasi Vegetasi yang terdapat pada kawasan lokasi lahan proyek terutama vegetasi peneduh pada bahu jalan. Gambar 3.3. Analisa Vegetasi 3.1.7. Analisa Kemiringan Lahan dan Drainase Gambar 3.4. Analisa Kemiringan Lahan dan Drainase 43

3.2. Analisa Kegiatan NO PROGRAM KEGIATAN KEBUTUHAN RUANG PELAKU AKTIVITAS WAKTU KEGIATAN 1 Museum Dirgantara -Ruang Display Primer -Ruang Sekunder Display -Ruang Kuratorial -Teater/Ruang Audio Visual -Kantor Pengelola -Resepsionis -Pengunjung museum -Pengelola -Kurator -Staf administrasi -Staf multimedia -Resepsionis -Leading Officer -sukarelawan Setiap hari 2 Seminar, Pameran dan workshop -function hall/ruang guna serba -Peserta seminar -Pembicara seminar Tiga bulanan -Pengunjung pameran -Penyaji pameran 3 Hangar koleksi dan konservasi -Hangar -Ruang -Teknisi -Kurator 4 Barter dan jual beli Retail Penjual dan pembeli Setiap hari Tabel 3.1 Analisa Kegiatan Pengguna terdiri dari staf Konservasi dan Pemeliharaan Benda Koleksi/Artefak Museum, staf Kebersihan dan Pemeliharaan Fasilitas, staf 44

Museum dan Pengelola, staf Keamanan, pengunjung museum, dan staf karyawan lainnya. Secara rinci pengguna dibagi menjadi: 1. Pengelola dan staf museum, termasuk: Manajer museum, Staf administrasi, Koordinator Aktivitas; bertugas mengatur jadwal dan penggunaan ruangan, Koordinator Pemandu; bertugas menyusun dan mengkoordinasikan pemandu museum, mencari pengganti bagi pemandu yang berhalangan hadir dan lain-lain, Staf Attendance; bertugas mengurus data kehadiran pegawai, memberikan izin pegawai yang sakit, terlambat dan sebagainya, Pustakawan/wati (4 orang). 2. Staf Konservasi dan Pemeliharaan Benda Koleksi/Artefak Museum; bertugas untuk merawat benda-benda koleksi yang ada dan merevitalisasi benda-benda koleksi yang rusak, 3. Staf Kebersihan dan Pemeliharaan Fasilitas (10 orang) 4. Staf Keamanan (10 orang) 5. Staf karyawan lainnya; staf-staf ini adalah mereka yang bekerja di retail-retail, restoran, dan kafe-kafe yang ada. (20 orang) 6. Pengunjung museum; terdiri dari orang awam, siswa/mahasiswa. 3.3. Analisa Pengguna NO PEMAKAI KECENDERUNGAN ANALISA 1 Pengunjung berjalan sambil disediakan 45

Museum melihat-lihat perlu informasi yang mengarahkan alur pergerakan jika menunggu terlalu lama akan mencari pertokoan yang menjual bukubuku, majalah, atau makanan mudah mencari teman jika berjanji untuk bertemu ruang-ruang yang mengalir dan dalam jarak tertentu harus ada pengarah butuh tandatanda yang jelas dan menarik dengan ketinggian skala manusia perlu ada ruang utama dengan inti ruang yang jelas 2 Pengelola dan Staf Museum saat istirahat mencari tempat makan bisa melihat pergerakan moda transportasi bisa mengontrol penumpang yang datang ataupun pergi bekerja dengan kenyamanan tinggi disediakan semacam pusat makanan atau kantin ruang-ruang kantor yang efisien 46

3 Pedagang / Penyewa Retail berada di tempat yang banyak dilewati pengunjung bisa mengawasi pembeli berada di jalur sirkulasi atau tempat tunggu Mudah untuk bongkar muat barang 4 Pengunjung Umum Retail Penjual dan pembeli Tabel 3.2. Analisa Pengguna 3.4. Analisa Ruang dan Bentuk Berdasarkan kondisi pada tapak yang ada, maka dipilih jenis massa banyak dengan bentuk linier (mengikuti bentuk tapak) pada perancangan Museum Dirgantara sebagai efisiensi lahan dan kelancaran sirkulasi antar kegiatan dan fungsi bangunan. Bentuk dasar bangunan digunakan bentuk dasar persegi dengan komposisi yang beraturan dan stabil. Bentuk segiempat dan transformasinya, Efisiensi ruang sangat baik. Dilihat dari fungsi bangunan sebagai tempat eksibisi benda koleksi museum, maka pengefisiensian ruang yang baik sangat penting Fleksibel dalam pengembangan massa. Dapat memudahkan dalam perolehan bentuk yang sesuai dengan bentuk tapak Sirkulasi dalam bangunan sangat baik, akan bersifat linier sesuai dengan sirkulasi yang akan dipakai pada bangunan ini. Selain itu bentuk linier juga akan memudahkan dalam pembagian ruang dalam bangunan ini. 47

3.5. Analisa Struktur dan utilitas Bangunan 3.5.1. Struktur Fungsi dari struktur bangunan adalah untuk penopang kulit bangunan yang melindungi suatu ruang terhadap iklim, bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh alam dan menyalurkan semua beban ke dalam tanah. Penentuan struktur yang tepat, kuat dan ekonomis akan dapat menambah keindahan arsitektur. Penentuan jenis pondasi bangunan didasarkan pada, antara lain: karakteristik tanah kedalaman tanah keras beban yang akan dipikul kemudahan pelaksanaan waktu pelaksanaan (pengaruh terhadap masa konstruksi proyek) pengaruh lingkungan sekitar proyek Alternatif penggunaan sistem pondasi : Pondasi Tiang Pancang Tiang pondasi dibuat terlebih dahulu dengan metoda pre-fabrikasi untuk mendapatkan standarisasi yang baik, kemudian penempatannya dilakukan dengan alat pemancang. Pondasi Bore Pile Pada tahap awal dibuat lubang lebih dahulu, dengan cara di bor untuk kemudian diisi oleh konstruksi pondasi dicor di lokasi proyek. Pondasi Rakit ( Raft Fondation ) Prinsip kerjanya dengan membuat galian pada tanah seluas area bangunan dengan kedalaman pondasi yang telah diperhitungkan sesuai dengan daya dukung tanah di lokasi, sehingga akan terlihat seperti mangkok. 48

Tabel 3.3. Jenis Pondasi JENIS PONDASI SKETSA KELEBIHAN KEKURANGAN PONDASI TIANG PANCANG PONDASI BORED PILE PONDASI RAKIT Pengerjaan tiang dibuat di pabrik Standar dan mutu terjaga baik Mudah diperoleh dalam jumlah yang banyak Pekerjaan lebih cepat Tidak menimbulkan getaran yang keras Kekuatan menahan beban sama dengan tiang pancang Dipergunakan untuk segala jenis tanah Lubang galian dapat digunakan sebagai basement Sangat berguna digunakan pada banguan yang berada di tapak yang daya dukung tanahnya lemah Pada saat penanaman tiang pancang, menimbulkan getaran pada lingkungan sekitar tapak Memerlukan biaya tambahan untuk pengangkutan Perlu teknik penyambungan yang baik bila kedalaman tanah kerasnya cukup jauh Berdiameter besar sehingga biaya lebih besar Membutuhkan alat bantu khusus mulai dari alat bor Kurang praktis Perlu biaya tambahan untuk menggali tanah dan mengangkutnya Tabel 3.4. Bahan Struktur BAHAN STRUKTUR BETON BAJA KEUNTUNGAN Kekakuan cukup tinggi Dapat menahan gaya yang besar Mudah dalam pengaturan (fleksibel) Tahan terhadap panas/kebakaran Pelaksanaan relatif cepat Fleksibilitas tinggi Ekonomis waktu KERUGIAN Pelaksaan relatif lama Tidak tahan terhadap panas yang tinggi Biaya relatif tinggi 49

KOMPOSIT Tahan terhadap bahaya kebakaran dan gempa Pemeliharaan mudah Biaya relatif tinggi Pemilihan struktur untuk lantai bangunan berdasarkan pertimbangan : Fasilitas pendukung dan stasiun membutuhkan utilitas yang lengkap dan baik sehingga harus disediakan ruang sebagai tempat sarana utilitas ditempatkan. Kemampuan daya bentang Kemampuan untuk mendukung beban yang bekerja diatasnya. Berat bahan yang digunakan harus seringan mungkin sehingga dapat mengurangi beban struktur. Tabel 1.5. Jenis lantai JENIS LANTAI BAHAN STRUKTUR KEUNTUNGAN KERUGiAN PLAT LANTAI BALOK SATU ARAH / DUA ARAH Beton bertulang Baja komposit Ada ruang antara plat lantai atas dengan plafon ntuk penempatan utilitas Relatif lebih murah terlalu berat Makin lebar bentang, makin tebal plat lantai PLAT LANTAI WAFEL Beton bertulang Fungsi balok digantikan oleh plat wafel Ukuran lebih tipis dibandingkan dengan sistem plat lantai + balok Dapat sekaligus dimanfaatkan sebagai plafon Penempatan utilitas permanen Penambahan saran utilitas hanya dapat ditempatkan dibawah grid wafel Beban struktur lebih berat 50

Pertimbangan penggunaan struktur atap : Kesesuaian dengan tampilan bangunan (estetika eksterior) Sesuai dengan iklim setempat Kebutuhan fungsi ruang - ruang dengan struktur bentang yang bervariasi. Dari pertimbangan diambil 3 jenis penutup atap: JENIS PENUTUP ATAP Tabel 3.6. Penutup Atap SKETSA KELEBIHAN KEKURANGAN DAK BETON Kuat dan kokoh Insultasi bunyi baik sekali Dapat terjadi keretakan Beban besar (masif) RANGKA BIDANG Kuat Ekonomis Bentang kecil Terbatas bentuk lebih dalam RANGKA RUANG Dapat digunakan dengan bentangan yang cukup panjang Bobot ringan Biaya tinggi ekonomis) relatif (tidak Beberapa alternatif penutup dinding: Dinding Beton Ekspose (Ekspose Concrete Wall) Merupakan material masif, padat, dan berat. Penggunaan dinding beton solid dapat berupa kombinasi dengan dinding bata sebagai dinding ganda bagi lapisan dinding untuk ruang yang berhubungan langsung dengan ruang luar. Kesan yang ditimbulkan masif dan kokoh. 51

Dinding Panel Alumunium (Alumunium Panel Wall) Digunakan sebagai pelapis dinding masif sebagi penyeimbang kesan kaku yang ditimbulkan dinding beton ekspose. Bahan ini dapat menambah penampilan bahan secara keseluruhan. Kesan yang ditimbulkan bersifat image "modern dan teknologi" pada penampilan bangunan Dinding Permukaan kaca (Curtain Wall) Digunakan sebagai pelapis "estetika" yang transparan pada penyelesaian fasade bangunan, biasanya material ini digunakan pada bangunan dengan fungsi bisnis (perkantoran). Interaksi yang dihasilkan oleh material ini bersifat interaksi visual dan pemisahan secara fisik. 3.5.2. Utilitas A.Sistem Penyediaan Air Bersih Distribusi Air Bersih Kebutuhan akan pendistribusian air bersih untuk ruangan-ruangan seperti toilet, pantry, mushola, restaurant & café, kebutuhan pemadaman kebakaran. Air bersih berasal dari PAM dan air sumur sebagai sumber air cadangan. PDAM RESERVOIR POMPA FIXTURE PANEL DEEP POMPA Gambar 3.5. Bagan Distribusi Air Bersih 52

B. Sistem pembuangan air kotor Distribusi Air Kotor AIR HUJAN AIR KOTOR PERANGKAP LEMAK BAK KONTROL RIOL KOTA KOTORAN SEPTIK TANK Gambar 3.6. Bagan Distribusi Air Kotor C. Sistem pembuangan sampah Sampah dapat berasal dari kegiatan bangunan itu sendiri dan penumpang / pengunjung. Sampah yang dikumpulkan dengan kereta dorong pada setiap lantai, ditampung di pool sampah bangunan untuk selanjutnya diangkut dengan truk dari dinas kebersihan kota. SAMP AH TPS TPA Gambar 3.7. Bagan Sistem Pembuangan Sampah D. Sistem jaringan listrik Pelayanan distribusi listrik sangat vital dalam menjaga berlangsungnya aktivitas pada Museum Dirgantara. Suplai listrik utama diperoleh dari PLN dan genset. Pemakaian genset digunakan pada saat lampu padam. Adapun sistem pendistribusian daya listrik yang diterapkan adalah sistem konvensional, yaitu sebagai berikut : 53

Genset Jaringa n PLN Gardu Central Panel Museum Dirgantara Gambar 3.8. Bagan Sistem Jaringan Listrik E. Sistem penghawaan Suhu udara di sekitar lokasi tapak pusat relatif panas pada siang hari. Sehingga, untuk meningkatkan kenyamanan pada bangunan, diperlukan pengkondisian udara buatan. Pada dasarnya, ada 2 macam sistem penghawaan, yaitu : 1. Penghawaan Alami Sistem penghawaan alami dipakai di bangunan dengan sistem ventilasi silang (cross ventilation). Sistem ini digunakan pada ruang-ruang yang relatif besar dan tidak memerlukan pengkondisian udara yang intensif, seperti ruang-ruang utilitas, ruang servis, gudang, dan sirkulasi yang berhubungan dengan ruang luar. 2. Penghawaan Buatan Digunakan pada ruang-ruang yang memerlukan kondisi udara yang intensif dan stabil sehingga dapat memenuhi tingkat kenyamanan thermal (22-26 C). Dengan penggunaan sistem ini, suhu dan kelembaban dapat diukur, hingga mencapai tingkat kenyamanan yang diinginkan dan pengudaraannya merata. F. Sistem keamanan (security) Untuk keamanan pada bangunan Museum Dirgantara digunakan sistem keamanan dengan kamera monitor untuk keseluruhan massa bangunan dan 54

pada akses masuk keluar massa bangunan museum diberi pos penjaga/pengawas tiket. 3.6. Kebutuhan Ruang Berdasarkan daftar program kegiatan dan kebutuhan ruang serta standarstandar yang ada di atas, dapat disusun program ruang lebih lanjut sebagai berikut: Tabel 3.7. Program Ruang NO FASILITAS ANALISIS KEBUTUHAN RUANG LUAS RUANG 1 Fasilitas Komersial Penunjang Komunitas -Retail sebanyak 8 modul @ 4 x 6 m (toko cinderamata, toko perlengkapan penerbang dan aeromodeling, toko aksesoris pesawat, dll.) 192 m 2 -Kafetaria 20 m 2 -Restoran 180 m 2 -Toilet pria dan urinoir 16 m 2 -Toilet wanita 3 bilik @ 1,2 m x 1,8 m -Janitor 16 m 2 2 m 2 12 m 2 55

-Musholla 2 Museum Dirgantara -Ruang display 2500 m 2 R.koleksi+R.pengunjung(1500) (2500 m 2 +1500 m 2 ) -Ruang kuratorial 100 m 2 -R.Audio-visual (untuk 100 orang) 100 m 2 1 unit tempat duduk+jarak ke bangku depan (60x70 cm 2 )+90 cm -Lobi 20 m 2 20 m 2 -Pusat informasi 6 m 2 -Prefunction hall 100 m 2 -Function hall 150 m 2 -Toilet pria dan urinoir 16 m 2 -Toilet wanita 3 bilik @ 1,2 m x 1,8 m -Janitor 16 m 2 2 m 2 2 m 2 56

3 Fasilitas Konservasi dan Penyimpanan -Hangar Konservasi (PT. DI) -Ruang penyimpanan koleksi 2500 m 2 4 Fasilitas Pengelola -Ruang kantor u/ 9 orang 15 m 2 -Ruang rapat kecil 12 m 2 -Pusat informasi 6 m 2 -Lobi 12 m 2 -Toilet 16 m 2 -Musholla 12 m 2 5 Penunjang dan Utilitas -AHU -Chiller 30 m 2 30 m 2 -ME 150 m 2 -Pompa 48 m 2 -Tangki reservoir 24 m 2 -R. bongkar muat barang 24 m 2 -R. bongkar muat koleksi 50 m 2 SUBTOTAL 6.377 m 2 Sirkulasi 20% 1.275,4 m 2 57

TOTAL 7.652,4 m 2 6 Ruang hijau -Taman 2000 m 2 7 Parkir Kapasitas 50 mobil dan 50 motor 725 m 2 58