PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia dimulai sejak di dalam kandungan ibu. Sehingga calon ibu perlu mempunyai kesehatan yang baik. Kesehatan dan gizi ibu hamil merupakan kondisi yang sangat diperlukan bagi sang bayi untuk menjadi sehat. Jika tidak, maka dari awal kehidupan manusia akan bermasalah pada kehidupan selanjutnya. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas anak yang dilahirkan. Penyebab terjadinya gangguan gizi dan pertumbuhan dini pada umumnya disebabkan gangguan gizi pada masa kehamilan, praktek pemberian makan (termasuk ASI) serta infeksi. Keadaan gizi ibu yang kurang baik sebelum hamil dan pada waktu hamil cenderung melahirkan BBLR, bahkan kemungkinan bayi meninggal dunia. Sejak anak dalam kandungan hingga berumur 2 tahun merupakan masa emas yang merupakan masa kritis untuk tumbuh kembang fisik, mental dan sosial. Pada masa ini tumbuh kembang otak paling pesat (80%) yang akan menentukan kualitas sumberdaya manusia pada masa dewasa. Sehingga potensi anak dengan IQ (Intelligence Quotient) yang rendah sangat memungkinkan. Anak yang dilahirkan dengan berat badan rendah berpotensi menjadi anak dengan gizi kurang bahkan menjadi buruk (Arifeen et al. 2006). Lebih lanjut lagi gizi buruk pada anak balita berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan atau IQ. Setiap anak gizi buruk mempunyai risiko kehilangan IQ 10-13 poin. Lebih jauh lagi dampak yang diakibatkan adalah meningkatnya kejadian kesakitan bahkan kematian. Mereka yang masih dapat bertahan hidup akibat kekurangan gizi yang bersifat permanen, kualitas hidup selanjutnya mempunyai tingkat yang sangat rendah dan tidak dapat diperbaiki meskipun pada usia berikutnya kebutuhan gizinya sudah terpenuhi. Istilah generasi hilang terutama disebabkan pada awal kehidupannya sulit memperoleh pertumbuhan dan perkembangan secara optimal (Depkes 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan gizi pada masa pertumbuhan dini berhubungan dengan gangguan perkembangan motorik (Kirksey 1994; Satoto 1990). Bukti-bukti tersebut memperkuat pernyataan Unicef
2 1997 bahwa untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak harus melibatkan tiga aspek yaitu gizi, kesehatan dan pengasuhan. Gizi selama kehamilan juga sangat membantu dalam menentukan hasil laktasi. Kuantitas dan kualitas ASI berhubungan dengan diet ibu selama hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi zat gizi selama kehamilan berpengaruh terhadap komposisi zat gizi ASI dan pertumbuhan bayi (Ortega et al. 1997; Gibson et al. 1997; Jarjou et al. 2006; Hilson et al. 2006). Gagal tumbuh linier dapat terjadi sejak usia sebulan yang sebenarnya merupakan akibat retardasi dalam uterus (Shrimpton 2001) dan terus menurun tajam dan baru melandai pada tingkat minus 1,5-2 Z-score ketika berusia 2 tahun (Sharma 1988; Utomo 1999; Jahari 2000; Atmarita 2005). Hasil penelitian Schmidt et al.(2002) menunjukkan penyimpangan pertumbuhan bayi di Indonesia (Jawa Barat) dimulai pada waktu bayi berumur 6-7 bulan, dengan prevalensi stunting 24 persen dan underweight 32 persen pada umur 12 bulan. Masalah anemia di berbagai negara sedang berkembang juga sangat tinggi. Anemia pada bayi akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan. Di Indonesia prevalensi anemia usia 6 bulan mencapai 61 persen dan meningkat 65 persen pada usia 12 bulan serta 31 persen balita kurang gizi (-2 Z-score berat/umur) (Depkes 2001). Bayi yang lebih dari 6 bulan ASI eksklusif memiliki Hb yang lebih rendah dibandingkan yang ASI 4-6 bulan, yang diukur pada umur 9 bulan serta ibu yang anemia anaknya memiliki risiko anemia 3 kali dibandingkan ibunya yang tidak anemia (Maizen-Derr et al. 2006). ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna. Dari segi gizi, antibodi dan psikososial, ASI mempunyai peran penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa anak-anak yang diberi ASI secara signifikan mempunyai fungsi kognitif lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang diberi susu formula dan perbedaan ini stabil sepanjang pertambahan usia (Anderson et al. 1999). Ditemukan juga bahwa lamanya pemberian ASI berhubungan dengan pertumbuhan panjang badan terutama pada anak usia dibawah tiga tahun (Marquis 1997; Simondon et al. 2001; Ntab et al. 2005) dan ponderal indeks bayi 0-6 bulan (Eckhardt 2001).
3 Ada keraguan tentang pola-pola pertumbuhan bayi pada 6 bulan pertama kehidupan, juga tentang kecukupan zat gizi. Jarang dilakukan penelitian longitudinal tentang pertumbuhan dan pemberian ASI pada bayi sehat menjadikan kejadian tersebut menjadi lebih rumit. Disamping itu, perbandingan hasil penelitian sering dilakukan antara masyarakat industri dan masyarakat berkembang dengan memperlihatkan ibu yang mengalami kekurangan gizi memproduksi ASI lebih sedikit. Hasil penelitian di Bangladesh menunjukkan bahwa ibu yang pada waktu hamil diberikan supplementasi makanan 608 kkal per hari selama 4 bulan dapat meningkatkan berat bayi lahir 118 g (Shaheen et al. 2006). Studi di Guatemala menunjukkan bahwa suplementasi selama hamil berhubungan positif dengan perkembangan psikomotor bayi usia 6 bulan. Sedangkan variabel lain yang berhubungan negatif dengan perkembangan psikomotor adalah lamanya pemberian ASI, morbiditi, dan paritas (Lechtig 1985). Hasil meta analisis PMT dengan energi-protein yang seimbang (300-800 kkal/hari) dengan energi yang berasal dari protein <25 persen dapat meningkatkan tambahan berat badan ibu hamil terutama pada ibu yang mengalami KEK, pertumbuhan janin dan ukuran bayi yang dilahirkan (Kramer 1997 diacu dalam Anwar et al. 2003). Sebaliknya PMT yang tinggi protein >25 persen dapat memberikan efek sebaliknya, penurunan pertambahan berat badan dan berat bayi yang dilahirkan. Salah satu alternatif memotong siklus hayati kekurangan gizi adalah jatuh pada mata rantai status gizi dan kesehatan ibu hamil yang merupakan faktor penentu kesehatan dan gizi generasi selanjutnya. Oleh karena itu, penting sekali untuk mencegah kurang gizi pada masa janin. Intervensi gizi pada masa kehamilan dapat memperbaiki komposisi dan ukuran tubuh pada masa remaja dan dewasa kelak. Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil adalah salah satu alternatif perbaikan gizi bagi generasi yang selanjutnya. Pada tahun 2005-2006 SEAFAST Center IPB, melakukan feeding program pada ibu hamil Pengaruh Pemberian Pangan yang Difortifikasi Zat Multi Gizi Mikro Terhadap Status Gizi Ibu Hamil dan Berat Bayi Lahir. Zat gizi yang digunakan sebagai fortifikan adalah asam folat, vitamin A, vitamin C, besi,
4 iodium dan seng. Studi ini dilakukan pada ibu hamil trimester dua sampai melahirkan. Penelitian ini mengacu pada keseimbangan energi-protein yaitu energi antara 500-550 kkal dan protein 12,5-18,75 gram. Hasil penelitian tersebut menunjukkan respon positif terhadap panjang badan dan berat badan bayi lahir dimana kelompok fortifikasi tidak terdapat kasus BBLR (<2,5kg), sedangkan kelompok tanpa fortifikasi sebesar 5,3% dan kontrol sebesar 3,6%. Panjang badan bayi lahir pada kelompok fortifikasi 48,93+2,00 cm, tanpa fortifikasi 48,93+1,57 cm dan kontrol 48,63+1,99 cm. Dampak lanjutan PMT tersebut merupakan suatu kajian penelitian yang menarik. Intervensi gizi pada masa kehamilan juga memberikan cadangan atau simpanan zat gizi yang lebih baik pada ibu dan janin, misalnya intervensi besi dapat meningkatkan simpanan besi dalam bentuk ferritin atau haemosiderin dalam hati dan darah, seng dalam bentuk α-macroglobulin, asam folat dalam bentuk poliglutamat, dan iodium dalam tiroid dalam bentuk triglobulin. Simpanan ini dapat dimanfaatkan bayi dari ASI selama masa menyusui misalnya laktoferin. Pengasuhan juga berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi. Seorang ibu yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih mampu mengasuh bayinya. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian lanjutan dengan judul Pengaruh Pemberian Pangan yang Difortifikasi Zat Multi Gizi Mikro pada Ibu Hamil dan Pengasuhan terhadap Pertumbuhan Linier, Perkembangan Motorik dan Status Anemia Bayi. Perumusan Masalah Pertumbuhan dan perkembangan bayi tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi-kondisi setelah lahir, namun sejak pembentukannya dalam kandungan ibu. Gizi ibu selama hamil dan menyusui ikut mendukung terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam merupakan faktor yang ada dalam diri anak yang meliputi genetik, hormon, jenis kelamin, kemampuan intelektual, emosi dan sifat-sifat temperamen tertentu. Sedangkan faktor luar berasal dari luar anak, mencakup lingkungan pengasuhan, serta
5 kebutuhan fisik anak yang meliputi keluarga, kesehatan, gizi, budaya, kondisi sosial ekonomi, iklim dan musim. Kurang gizi pada bayi akan berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembanganya. Gagal tumbuh linier sudah dimulai sejak usia sebulan yang sebenarnya merupakan akibat retardasi dalam uterus (Shrimpton 2001). Retardasi pertumbuhan linier mulai terjadi sebelum atau pada saat usia 3 bulan pertama kehidupan, suatu periode dimana konsumsi ASI mulai menurun, pemberian makanan tambahan mulai diberikan dan mulai rentan terhadap infeksi (Hautvast, et al. 2000). Hasil penelitian Satoto (1990) memperlihatkan bahwa pertumbuhan linier pada dua bulan pertama menunjukkan kondisi yang baik. Sebaliknya setelah umur 2 bulan pertumbuhan berat badan cenderung menurun lambat dan pertumbuhan linier turun naik lebih tajam. Salah satu pilihan cerdas untuk mengatasi masalah gizi di negara berkembang seperti Indonesia bersifat kronis dan berkepanjangan dan sulit untuk dipecahkan. Pilihan rasional menunjukkan bahwa untuk memutus mata rantai ibu hamil dan bayi yang diartikan sebagai sasaran strategis untuk diperbaiki sehingga dapat memutus siklus hayati kurang gizi tersebut (Shrimpton 2001; Sunawang 2005). Suplementasi ibu hamil dengan makanan atau pemberian makanan tambahan (PMT) yang diperkaya dengan zat multi gizi mikro dan energi-protein yang seimbang diharapkan dapat meningkatkan hasil kehamilan dan pertumbuhan selanjutnya. Secara singkat dapat pula disebutkan permasalahan penelitian ini dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan linier, pertambahan berat badan dan panjang lutut bayi hingga umur 6 bulan? 2. Apakah pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil mempengaruhi perkembangan motorik dan status anemia (Hb) bayi? 3. Apakah selain faktor pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil, faktor-faktor lain (pengasuhan, status pemberian ASI, status gizi ibu, asupan gizi, morbiditas dan faktor sosial ekonomi keluarga) juga
6 berperan terhadap pertumbuhan linier, pertambahan berat badan, panjang lutut, perkembangan motorik dan status anemia bayi? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk menganalisis dampak pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil dan pengasuhan terhadap pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi. Tujuan Khusus 1. Menganalisis pengaruh pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil terhadap pertumbuhan (pertumbuhan linier, pertambahan berat badan dan panjang lutut bayi). 2. Menganalisis pengaruh pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil terhadap perkembangan motorik dan status anemia bayi 3. Menganalisis pengaruh status pemberian ASI dengan pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi 4. Menganalisis hubungan pengasuhan dengan pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi 5. Menganalisis hubungan morbiditas dengan pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi 6. Menganalisis hubungan panjang lutut dengan panjang badan dan cut of point stunting pada usia bayi 6 bulan 7. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan linier, pertambahan berat badan, pertambahan panjang lutut, perkembangan motorik dan status anemia bayi Hipotesis Penelitian 1. Pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia (Hb) bayi dari ibu hamil yang menerima pangan yang difortifikasi, lebih baik dibanding yang tidak difortifikasi
7 2. Bayi yang menerima ASI eksklusif lebih lama dan ketika ibu hamil menerima pangan fortifikasi menghasilkan pertumbuhan, perkembangan motorik dan Hb yang lebih baik, dari pada bayi yang lebih cepat berhenti ASI eksklusif dan ibu ketika hamil tidak menerima pangan fortifikasi. 3. Terdapat hubungan positif antara pengasuhan, pendidikan ibu dan pendapatan perkapita keluarga dengan pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi 4. Terdapat hubungan negatif antara tingkat morbiditas dengan pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi. Manfaat Penelitian Memberikan informasi dampak lanjutan pengaruh pemberian pangan yang difortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil terhadap pertumbuhan linier, pertambahan berat badan, tinggi lutut, perkembangan motorik dan status anemia bayi. Memberikan informasi hubungan pengasuhan, status pemberian ASI dan morbiditas dengan pertumbuhan, perkembangan motorik dan status anemia bayi. Memberikan informasi pelayanan kesehatan dasar. Rekomendasi kebijakan pembangunan dalam program peningkatan kesehatan ibu dan anak pada lembaga terkait.