MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA (ESA 168)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUMUMAN PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIKUM FISIKA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SENIN, 23 FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2)

Nama Percoba an : LENSA Tanggal Percobaan : 12 Desember 2009 Kelompok : II. Nama Mahasiswa : RIZKI NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR HUKUM UTAMA HIDROSTATIS

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I MODUL A3 KETETAPAN GAYA PEGAS, GRAVITASI

SILABUS. Kompetensi Dasar Pembelajaran. Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu. Sumber/ Bahan/Alat

Referensi : Hirose, A Introduction to Wave Phenomena. John Wiley and Sons

YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008. Selamat Bekerja

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GERAK OSILASI. Penuntun Praktikum Fisika Dasar : Perc.3

ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP (UAS) TAHUN PELAJARAN Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Program : X Hari / Tanggal : Jumat / 1 Juni 2012

MATA PELAJARAN FISIKA

KARTU SOAL DAN SPESIFIKASI SOAL UJIAN PRAKTIK SMA NEGERI 78 JAKARTA

Antiremed Kelas 10 Fisika

SOAL BABAK PENYISIHAN OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA

PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA LISTRIK MAGNET, GELOMBANG DAN OPTIK JURUSAN S1 TEKNIK MESIN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dapat

2/Fisika Dasar/LFD KALOR JENIS ZAT PADAT

Tujuan Pembelajarn Khusus (TPK) untuk Pembelajaran-2 :

1. 2ADALAH JIKA GESEKAN... KATROL DIABAIKAN DAN TEGANGAN TALI T = 10 DYNE, MAKA BERAT BENDA W 1 DAN W

1. 2adalah Jika gesekan... katrol diabaikan dan tegangan tali T = 10 dyne, maka berat benda W 1 dan W

Pendalaman materi prediksi Ujian Nasional SMP 62 Jakarta - SW Page 1

SILABUS DAN PENILAIAN

DESKRIPSI PEMELAJARAN - FISIKA

2/FISIKA DASAR/LFD KALORIMETRI

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR

Teori & Soal GGB Getaran - Set 08

SILABUS MATA KULIAH. Pengalaman Pembelajaran. 1. Langkahlangkah

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

LAPORAN PERCOBAAN 1 GAYA PADA BIDANG MIRING

TRY OUT UJIAN NASIONAL SMA PROGRAM IPA AKSES PRIVATE. Mata pelajaran : MATEMATIKA Hari/Tanggal : / 2013

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SILABUS PEMBELAJARAN

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B.

Laporan Praktikum IPA Modul 6. Gelombang

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1988

A. 5 B. 4 C. 3 Kunci : D Penyelesaian : D. 2 E. 1. Di titik 2 terjadi keseimbangan intriksi magnetik karena : B x = B y

MODUL 5 BANDUL MATEMATIS DAN FISIS

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PENGUKURAN KONSTANTA PEGAS DENGAN METODE PEGAS DINAMIK

DRAFT INDIKATOR DAN SOAL OLIMPIADE SAINS (FISIKA) NASIONAL 2007 TINGKAT KABUPATEN / KOTA

JURNAL PRAKTIKUM GERAK OSILASI DAN JATUH BEBAS

SOAL UJIAN PRAKTIK SMA NEGERI 78 JAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN PERUBAHAN ENTALPI DENGAN KALORIMETER

PROGRAM TAHUNAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MATAPELAJARAN FISIKA SEMESTER GASAL KELAS X. No KD Indikator MATERI Alokasi Waktu Ket

TUJUAN PERCOBAAN II. DASAR TEORI

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I MODUL 3 KALORIMETER

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

LISTRIK DINAMIS Listrik mengalir

PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK. Disusun oleh: Nita Nurtafita

BIDANG STUDI : FISIKA

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

Percobaan L-2 Hukum Joule Uraian singkat : Dasar teori:

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR

PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA, FLUIDA DAN PANAS

Antiremed Fisika. Persiapan UAS 1 Fisika Kelas Berapakah volume batu yang ditunjukan pada gambar di bawah ini?

DESKRIPSI PEMELAJARAN - FISIKA

PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA, FLUIDA DAN PANAS

SILABUS. Mengidentifikasi fungsi dan bagian alat optik pada mata dan kacamata, kamera,

UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AJARAN 2011/2012

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesetaraan kalor lebur es.

Bab III Elastisitas. Sumber : Fisika SMA/MA XI

drimbajoe.wordpress.com

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

PROGRAM SEMESTER GASAL 2011 / 2012 MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

BAIQ HELMA HIDYANTI

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA Waktu: 120 menit. Laju (m/s)

KISI-KISI SOAL FISIKA OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL (OSTN) SMK SBI JATENG TAHUN 2009

Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana

PENGANTAR LISTRIK, MAGNET, DAN OPTIKA

JARAK FOKUS LENSA TIPIS

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA

UN SMA IPA Fisika 2015

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal A; 1,5 A; 3 A

DASAR PERCOBAAN-PERCOBAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Rangkaian Listrik. 4. Ebtanas Kuat arus yang ditunjukkan amperemeter mendekati.. a. 3,5 ma b. 35 ma c. 3,5 A d. 35 A e. 45 A

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

Gerak Harmonis. Sederhana SUB- BAB. A. Gaya Pemulih

SOAL UJIAN PRAKTIK SMA NEGERI 78 JAKARTA

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

Hukum gravitasi yang ada di jagad raya ini dijelaskan oleh Newton dengan persamaan sebagai berikut :

PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA LISTRIK DAN MAGNET JURUSAN D3 TEKNIK MESIN

LATIHAN UJIAN NASIONAL

3. Untuk menghitung TARA KALOR LISTRIK digunakan persamaan H t (T a T m ) = a I 2 R t Dimana Tara kalor listrik = 1/a

Fisika EBTANAS Tahun 1996

1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal sebesar 6 m/s. Setelah 1 menit, kecepatan mobil tersebut menjadi 9 m/s. Berapakah percepatan mobil tersebut?

KALOR. hogasaragih.wordpress.com

SILABUS. Mata Pelajaran : Fisika 2 Standar Kompetensi : 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik

Transkripsi:

MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA (ESA 168) UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga buku Modul Praktikum Fisika ini dapat hadir ke hadapan pembaca. Modul ini disusun sebagai salah satu pedoman pelaksanaan praktikum yang berisi teori dan konsep disertai dengan langkah langkah percobaan dari suatu materi praktikum. Modul ini diharapkan praktis dan representatif untuk pedoman belajar dan praktikum Fisika. Perbaikan secara terus menerus dilakukan demi kesempurnaan modul ini untuk penyesuaian dengan silabus mata kuliah Fisika. Semoga modul ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Bioteknologi, Universitas Esa Unggul. Jakarta, 2018 Penyusun ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii TATA TERTIB PRAKTIKUM... iv Bab 1 Bandul Matematis... 1 Bab 2 Tetapan Pegas dan Gravitasi... 4 Bab 3 Panas Jeniz Zat dan Kalorimeter... 8 Bab 4 Lensa... 13 Bab 5 Voltmeter dan Amperemeter... 18 iii

TATA TERTIB PRAKTIKUM 1. Mahasiswa yang boleh mengikuti praktikum fisika adalah mahasiswa yang telah mengambil atau sedang menempuh mata kuliah fisika serta telah mengisi rencana studi untuk mata kuliah praktikum fisika 2. Setiap peserta harus hadir tepat waktu pada waktu yang telah ditentukan. Apabila peserta terlambat lebih dari 15 menit dari waktu yang ditentukan, maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum 3. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai jas praktikum serta diwajibkan memakai sepatu tertutup (dilarang mengenakan sandal atau sepatu sandal) 4. Setiap peserta wajib membuat laporan akhir praktikum yang dibuat sesuai dengan format yang sudah ditentukan dengan melampirkan data hasil praktikum. Pengumpulan laporan resmi praktikum maksimal 1 minggu setelah kegiatan praktikum yang bersangkutan 5. Setiap peserta harus memeriksa alat praktikum sebelum dan sesudah praktikum kemudian mengembalikan alat yang telah dipakai dalam keadaan bersih 6. Peserta praktikum yang memecahkan alat kaca wajib untuk mengganti 7. Peserta praktikum dilarang membawa makanan / minuman ke dalam laboratorium 8. Setiap peserta harus menjaga kebersihan laboratorium, bekerja dengan tertib, tenang dan teratur. Selama praktikum, peserta harus bersikap sopan 9. Setiap peserta harus melaksanakan semua bab praktikum dan mematuhi budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), seperti memakai Alat Pelindung Diri (jas praktikum, sepatu, sarung tangan, masker, gogle) dan membuang limbah praktikum sesuai dengan kategorinya pada wadah tertentu yang sudah disediakan 10. Apabila peserta praktikum melanggar hal yang telah diatur pada butir diatas, maka peserta akan dikenakan sanksi berupa teguran lisan sebanyak dua kali. Jika masih melanggar maka yang bersangkutan akan dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan melanjutkan praktikum pada hari itu 11. Hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran praktikum akan diatur kemudian Jakarta, Maret 2018 Penyusun iv

BAB 1 BANDUL MATEMATIS A. Pengantar Mata kuliah praktikum fisika dimulai dengan materi bandul matematis yang bertujuan untuk memahami gerak osilasi serta untuk menentukan percepatan gravitasi dengan metode ayunan sederhana B. Kompetensi Dasar Mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dasar dalam pemahaman secara komprehensif mengenai gerak osilasi serta penentuan percepatan gravitasi C. Kemampuan Akhir yang Diharapkan Mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mempelajari konsep bandul matematis 2. Memahami serta mengaplikasikan hukum Hooke 1

D. MATERI Pendahuluan Bandul matematik adalah sebuah bandul yang diikat dengan tali ringan(massanya dapat diabaikan) dengan panjangnya l. Jika bandul ditarik kesamping dari keseimbangannya kemudian dilepas maka system akan melakukan gerak osilasi: Jika sudut simpangan sangat kecil, maka geraknya adalah gerak harmonik sederhana dengan perioda: T 0 l 2 (1) g Jika panjang tali dan periodanya diketahui, maka dapat ditentukan percepatan gravitasinya, yaitu: 2 4 l g (2) T 2 0 Alat dan Bahan 1. Stopwatch 2. Mistar 3. Sistem bandul (1 set) 4. Beban pengganti 5. Kertas grafik ( bawa sendiri ) Cara Kerja 1. Ukur panjang tali yang akan digunakan 2. Timbang massa bandul dan tali 3. Pasang bandul pada tali dan pasang pada statif 4. Buat ayunan dengan sudut tertentu (sudut kecil). Biarkan beberapa saat 5. Catat waktu yang diperlukan untuk 50 ayunan 6. Ulangi langkah 4 dan biarkan sekitar 5 menit untuk n ayunan sembarang 7. Ulangi langkah 4 dan 5 2

8. Lakukan langkah 2 sampai 7 untuk bandul lain 9. Lakukan langkah 1 sampai 8 untuk panjang tali yang lain 10. Tentukan Perioda ayunan teliti 11. Buat grafik antara T 2 terhadap panjang tali l 12. Tentukan percepatan gravitasi melalui grafik tersebut E. TUGAS 1. Tuliskan Hukum Hooke 2. Tuliskan gaya yang berfungsi sebagai gaya pemulih pada bandul tersebut 3. Buktikan rumus (1) diatas 4. Buatlah draft tabel pengamatan yang akan Anda lakukan F. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Modul Praktikum Fisika Dasar, Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul, Jakarta 3

BAB 2 TETAPAN PEGAS DAN GRAVITASI A. Pengantar Pada modul ini, pembahasan akan dipusatkan pada penentuan tetapan pegas dengan menggunakan hukum hooke, penentuan massa efektif pegas, serta penentuan percepatan gravitasi dengan pegas dan pipa U B. Kompetensi Dasar Mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dasar dalam penentuan tetapan pegas, massa efektif pegas, serta penentuan percepatan gravitasi C. Kemampuan Akhir yang Diharapkan Mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mempelajari metode penentuan tetapan pegas serta massa efektif pegas dengan hukum hooke 2. Menghitung percepatan gravitasi dengan pegas dan pipa U 4

D. MATERI Pendahuluan Gambar 2.1 Pegas Gambar 2.2 Pipa U Bila pada sebuah pegas dikerjakan sebuah gaya, maka pertambahan panjang pegas akan sebanding dengan gaya itu. Hal tersebut dinyatakan dengan Hukum Hooke sbb : F = - k x (1) Gaya yang diberikan pada percobaan ini merupakan berat dari beban yang dipasang pada pegas. Dengan membuat grafik antara pertambahan beban m dengan perpanjangan x, akan dapat ditentukan harga kemiringan grafik n. Dimana : k = Bila pegas digantungi suatu beban, dan ditarik sedikit melampaui titik setimbangnya, kemudian dilepaskan, sistem pegas beban akan bergetar/berosilasi. Maka dari penurunan persamaan gerak harmonis diperoleh persamaan : T = 2 (2) 5

Dimana : M = M beban + M ember + M efektif pegas Dengan menggunakan persamaan (1) dan (2) diperoleh : 4 2 gm T 2 = (3) n Zat cair dalam pipa U dapat bergetar. Ini disebabkan karena gaya gravitasi oleh kelebihan massa zat cair pada salah satu kakinya. Dengan analogi getaran pegas, waktu getarnya dapat ditulis sbb : T=2 (4) Dimana : L = panjang jalur zat cair Alat dan Bahan 1. Statif dengan pegas dan skala baca 2. Ember dan beban tambahan 3. Stopwatch 4. Neraca teknis 5. Pipa U dengan skala Cara Kerja 1. Timbang massa ember, pegas dan beban-beban tambahan m. penimbangan beban dilakukan berurutan (m1), (m1 + m2), (m1 + m2 + m3), dst 2. Gantungkan ember kosong pada pegas, catatlah kedudukan jarum penunjuk skala 3. Tambahkan keping beban m1 ke dalam ember. Tunggu beberapa saat, catat penunjukkan jarum dalam bentuk tabel 4. Tambahkan lagi m2, catat penunjuk jarum. Demikian seterusnya sampai beban tambahan habis 5. Setelah semua keping dimasukkan, kurangilah berturut-turut keping beban tadi, sekali lagi catat tiap penunjukkan jarum. Setiap pencatatan/ pembacaan dilakukan beberapa saat kemudian 6. Ulangi percobaan ini dengan pegas yang lain (tanyakan asisten) 6

7. Ember kosong digantungkan pada pegas, kemudian digetarkan. Usahakan ayunan ember tidak bergoyang kekiri dan kekanan serta simpangannya jangan terlalu besar. Tentukan waktunya untuk 20 ayunan 8. Tambahkan keping beban m1, ayunkan kembali dan catat waktunya untuk 20 ayunan. Lakukan serupa dengan tambahan beban yang lain (m1 + m2), (m1 + m2 + m3), dst. Buatlah dalam suatu tabel E. TUGAS 1. Buatlah grafik antara simpangan x terhadap pembebanan m. Tentukan nilai n dari grafik 2. Tentukan n rata-rata dari hasil perhitungan, yaitu perbandingan antara simpangan x terhadap tiap pembebanan m 3. Benarkah F sebanding dengan x? Tentukan! F. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Modul Praktikum Fisika Dasar, Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul, Jakarta 7

BAB 3 PANAS JENIS ZAT DAN KALORIMETER A. Pengantar Pada modul ini, pembahasan akan dipusatkan pada penentuan panas jenis tembaga dan gelas dengan menggunakan kalorimeter serta penentuan kapasitas panas kalorimeter B. Kompetensi Dasar Mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dasar dalam penentuan panas jenis tembaga dan gelas serta penentuan kapasitas panas kalorimeter C. Kemampuan Akhir yang Diharapkan Mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mempelajari metode penentuan panas jenis tembaga dan gelas dengan menggunakan kalorimeter 2. Menghitung kapasitas panas kalorimeter 8

D. MATERI Pendahuluan Energi merupakan besaran yang bersifat kekal artinya tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Namun, salah satu sifat energi yang dapat digunakan oleh manusia adalah dapat dipindahkan dari satu sistem ke sistem lainnya. Energi panas/kalor dapat dipindahkan dari satu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur/suhu. Ungkapan kekalan energi untuk kalor dikenal dengan asas Black. Salah satu pemakaian asas Black ini adalah penentuan sifat termal bahan yaitu kapasitas kalor suatu bahan dengan menggunakan kalorimeter. Kalorimeter berbentuk tabung yang idealnya harus bersifat adiabatik, artinya temperatur/kalornya tidak dipengaruhi lingkungan. Kalorimeter yang akan digunakan dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini yang dilengkapi dengan pengaduk dan termometer. TM T P BP BK Gambar 3.1 Kalorimeter yang terbuat dari logam (Cu atau Al) seperti gambar diatas yang diisi air dengan temperatur mula-mula T m. kedalamnya dimasukkan keping-keping tembaga (atau gelas) yang sudah dipanaskan umpanya T setelah tercapai keseimbangan maka dicapai temperatur akhir umpanya T a, dengan T>T a >T m. Panas/kalor yang diterima kalorimeter adalah : Q 1 = H (T a T m ).. (1) Dimana H adalah kapasitas panas total dari kalorimeter beserta isinya, yaitu : H = M a C a + K + M k C k + M p C p.. (2) 9

Dimana : M k = massa kalorimeter kosong M p = massa pengaduk M a = massa air C k C p C a = panas jenis kalorimeter = panas jenis pengaduk = panas jenis air Harga kapasitas panas termometer K : K = panas jenis termometer x n (ml). (3) Dimana ; panas jenis termometer = 0,46 Kal/mL C- = 0,24 J/ml C n = volume termometer yang tercelup dalam kalorimeter Sedang panas yang diberikan keping (tembaga misalnya) Q 2 = M C (T T a ) (4) Dimana ; M C = massa keping = panas jenis keping Dengan menggunakan asas Black, maka panas jenis keping tembaga dapat ditentukan, jika harga kapasitas panas kalorimeter H dapat dihitung. Demikian juga panas jenis zat lain, misalnya keping gelas. Karena kalorimeter tidak diabatik, maka seharusnya dalam percobaan ini perlu dilakukan koreksi pada temperatur akhir Ta karena adanya pertukaran suhu kalorimeter dengan sekitarnya. Koreksi tersebut dinyatakan dengan koreksi suhu dari Newton : T = - k (T kr T r ) t.. (5) Dimana : T k T kr T r t = koreksi kekurangan/kelebihan temperatur terhadap T r = koefisien pertukaran panas (kalor) = temperatur kalorimeter rata-rata = temperatur ruang rata-rata = lamanya waktu pengamatan 10

Alat dan Bahan 1. Kalorimeter dan pengaduk 2. Termometer 2 buah 3. Keping-keping tembaga, keping-keping gelas 4. Gelas ukur 5. Ketel uap tabung pemanas, kompor 6. Neraca teknis 7. Stopwatch 8. Kaca pembesar 9. Gelas ukur Cara Kerja 1. Isi ketel uap dengan air sampai 3/4 dari volumenya terisi 2. Timbang keping-keping tembaga, masukkan kedalam tabung pemanas 3. Pasang pipa penghubung (slang) dengan tabung pemanas dan nyalakan kompor, ketel dipanaskan 4. Timbang kalorimeter kosong Mk, pengaduknya Mp 5. Isi kalorimeter dengan air (setengahnya saja), lalu timbang. Dari sini dapat dicari Ma 6. Amati temperatur keping tembaga dalam tabung pemanas, amati temperatur ini dengan memakai kaca pembesar supaya lebih teliti 7. Amati temperatur kalorimeter mula-mula setiap 0,5 menit selama 5 menit (percobaan awal) 8. Bila temperatur keping tembaga sudah sama dengan temperatur uap air mendidih, masukkan keping tembaga ke dalam kalorimeter dengan cepat dan hati-hati. Stopwatch tetap dijalankan. Catat kenaikan temperatur kalorimeter ini setiap ¼ menit hingga mencapai suhu maksimum (percobaan sebenarnya) catat suhu maksimum. Aduk pelanpelan 9. Catat terus penurunan temperatur kalorimeter ½ menit selama 5 menit (percobaan terakhir). Selama percobaan ini boleh diaduk sekali-kali, jangan terus menerus 10. Ukur volume termometer yang tercelup dalam air di kalorimeter dengan menggunakan gelas ukur 11. Sambil mengadakan pengamatan V timbang keping-keping gelas (ambil lebih banyak keping Cu) dan masukkan keping gelas kedalam tabung pemanas dan air dalam tabung pemanas ini ditambah, supaya tidak habis. Air dalam tabung pemanas kira-kira ¾ bagian 11

E. TUGAS 1. Gambarkan penampang tegak kalorimeter serta isinya lengkap dan sebutkan alatalat tersebut 2. Hitung panas jenis; tembaga dan ketelitiannya 3. Hitung panas jenis gelas dan ketelitiannya F. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Modul Praktikum Fisika Dasar, Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul, Jakarta 12

BAB 4 LENSA A. Pengantar Bab ini akan membahas penentuan jarak fokus lensa positif dan negatif B. Kompetensi Dasar Mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dasar dalam memahami jarak fokus lensa positif dan negatif C. Kemampuan Akhir yang Diharapkan Mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mempelajari konsep jarak fokus lensa 2. Memahami serta menganalisis konsep lensa positif dan negatif 13

D. MATERI Pendahuluan 1. Menentukan jarak focus lensa positif Benda + Layar Q F P P s s Q Gambar 4.1 Sebuah benda (00 l ) diletakkan didepan lensa positif, dan bayangan 0 0 l yang dibentuk dibelakang lensa dapat diamati pada sebuah layar, jika m perbesaran bayangan : 0 0 l S m = = (1) 00 l S Maka jarak fokus lensa f dapat ditentukan dari persamaan : S f = (2) l + m cara lain untuk menentukkan jarak focus f lensa positif adalah dengan Cara Bessel (lihat gambar 4.2) 14

Benda I Layar S l S l II e S 2 S 2 L Gambar 4.2 Pada suatu jarak layar dan benda yang tertentu dapat diperoleh bayangan yang diperbesar dan diperkecil hanya dengan menggeser lensa saja. Maka jarak fokus. L 2 e 2 f = (3) 4 L Dimana : f L e = Jarak fokus lensa = Jarak benda ke layar = Jarak antara dua kedudukan lensa dimana didapat bayangan yang diperbesar dan diperrkecil. Pada keadaan tersebut berlaku S 1 = S 2 ; S 2 = S 1. 2. Menentukan Jarak Fokus Lensa Negatif Lensa negatif hanya dapat membentuk bayangan nyata dari benda maya, untuk ini dipergunakan lensa positif untuk membentuk bayangan nyata. Bayangan pada layar oleh lensa positif merupakan benda terhadap lensa negatif. Jarak lensa negatif ke layar mula-mula ini merupakan jarak benda S. jika layar digeser akan terbentuk bayangan yang jelas pada layar, maka jarak layar ke lensa negatif dalam hal ini merupakan jarak bayangan S. Jarak fokusnya dapat ditentukan dengan persamaan : l/f = l/s + l/s (4) 15

Layar Benda ++ - I II Gambar 4.3 Alat dan Bahan 1. Bangku optik 2. Celah sebagai benda (berupa anak panah) 3. Lampu (2 macam) 4. Layar 5. Lensa positif kuat (++) dan positif lemah (+) 6. Lensa negatif (-) 7. Diafragma Cara Kerja A. Menentukan fokus lensa positif dengan daya pembesarannya 1. Susunlah pada bangku optik berturut-turut celah bercahaya, lensa positif dan layar 2. Aturlah lensa dan layar sehingga dapat diperoleh bayangan yang nyata dan jelas pada layar 3. Ukurlah jarak layar ke lensa (dalam tabel) 4. Ukur pula perbesarannya pada saat itu 5. Lakukan ini beberapa kali untuk jarak benda ke lensa yang berlainan B. Menentukan jarak fokus lensa negative 1. Susunlah pada bangku optic benda celah, lensa positif kuat dan layar. Atur lensa sehingga didapat bayangan nyata dan jelas. Catat kedudukan layar 2. Sisipkanlah lensa negatif antara layar dan lensa positif 3. Aturlah layar untuk memperoleh bayangan sejati lagi (bila tidak mungkin, lensa negatif dapat sedikit digeser). Catat kedudukan lensa negatif dan layar (saat sebelum dan sesudah digeser) 16

4. Ulangi langkah 3 beberapa kali. Catat dalam bentuk tabel E. TUGAS 1. Pada percobaan A; tuliskan hubungan antara perbesaran dan jarak bayangan. Bila digambar pada grafik bentuk apa yang akan diperoleh? Bagaimana jarak fokus lensa dapat ditentukan dari grafik tersebut (grafik S terhadap m) 2. Mengapakah harus mempergunakan lensa positif terlebih dahulu? Gambarkan susunan lensa pada percobaan ini secara lengkap F. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Modul Praktikum Fisika Dasar, Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul, Jakarta 17

BAB 5 VOLTMETER DAN AMPEREMETER A. Pengantar Bab ini akan membahas pengukuran kuat arus dan beda tegangan (pada rangkaian arus searah) serta pengukuran tahanan dalam voltmeter (Rv) dan amperemeter (R A ) B. Kompetensi Dasar Mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dasar dalam pemahaman secara komprehensif mengenai pengukuran kuat arus dan beda tegangan, serta konsep tahanan dalam baik pada amperemeter maupun voltmeter C. Kemampuan Akhir yang Diharapkan Mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mempelajari konsep kuat arus dan beda tegangan 2. Memahami serta mengaplikasikan tahanan dalam pada amperemeter dan voltmeter 18

D. MATERI Pendahuluan Mengukur kuat arus dan beda tegangan Untuk pengukuran kuat arus digunakan amperemeter yang dipasang seri (gambar 5.1.a), sedangkan pengukuran beda tegangan digunakan voltmeter yang dipasang secara parallel (gambar 5.1b) + + E E V R A R Gambar 5.1.a Gambar 5.1.b Bila digunakan pengukuran secara serempak, dilakukan seperti gambar 5.2.a atau gambar 5.2.b + + E E R A R A V Gambar 5.2.a Gambar 5.2.b V Dalam pengukuran ini salah satu alat menunjukkan hasil yang sebenarnya, yaitu amperemeter pada gambar 5.2.a dan voltmeter pada gambar 5.2.b. Kesalahan ini dapat dikoreksi bila diketahui tahanan dalam dari alatnya. Mengukur tahanan dalam 1. Amperemeter Cara pertama (gambar 5.3.a) 19

Dengan mengukur harga yang terbaca pada voltmeter (V) dan amperemeter (I), maka harga tahanan dalam amperemeter (R A ) adalah : V R A =.. (1) I Cara kedua (gambar 5.3.b) Pengukuran dilakukan dua kali, yaitu pada saat sebelum R B dipasang dan sesudah R B dipasang. Bila arus yang terbaca pada amperemeter sebelum dan sesudah R B dipasang masing-masing adalah I dan I a, maka : I - I a R A = (2) I a E + + E A A V Gambar 5.3.a R B Gambar 5.3.b 2. Voltmeter Cara pertama (gambar 5.4.a) Dengan mengukur harga yang terbaca pada voltmeter (V) dan amperemeter (I), maka harga tahanan dalam voltmeter tersebut adalah. 20

V R V = (3) I Cara kedua (gambar 5.4.b) Pengukuran dilakukan dua kali yaitu saat sebelum dipasang R B dan sesudah dipasang R B. Bila tegangan yang terbaca pada voltmeter saat sebelum dan sesudah dipasang R B masing-masing adalah V 1 dan V 2 maka: V 1 V 2 R V = R B. (4) V 2 + E + E A V V R B Gambar 5.4.a Gambar 5.4.b Mengubah batas ukur amperemeter/volmtmeter Amperemeter/voltmeter mempunyai batas ukur yang tertentu. Simpangan maksimum dari alat ini menunjukkan harga sesuai batas ukur tersebut. Bila ingin merubah batas ukur alat tersebut harus ditambahkan sebuah tahanan, yang dipasang secara parallel pada amperemeter (gambar 5.5.a) dan secara seri pada voltmeter (gambar 5.5.b). 21

A V R 2 R 1 Gambar 5.5.a Gambar 5.5.b Untuk merubah batas ukur amperemeter dari I Ampere menjadi n x I Ampere, harus dipasang tahanan (shunt) sebesar : R A R 1 = (5) n 1 Sedangkan untuk merubah batas ukur voltmeter dari V volt menjadi n x V volt harus diapsang tahanan sebesar : R 2 = n (n 1) R V (6) Alat dan Bahan 1. Voltmeter 2. Amperemeter 3. Sumber tegangan 4. Bangku hambat 5. Kabel-kabel Cara Kerja 1. Susunlah rangkaian seperti gambar 5.3.a 2. Aturlah sumber tegangan sehingga didapat arus tertentu 3. Catatlah kedudukan voltmeter dan amperemeter 4. Ulangi percobaan 2 dan 3 untuk beberapa harga kuat arus yang berlainan (ditentukan oleh asisten) 22

5. Susun rangkaian seperti gambar 5.3.b, tetapi RB (berupa bangku hambat) belum dihubungkan 6. Aturlah sumber tegangan sehingga didapat kuat arus tertentu 7. Catat kedudukan amperemeter 8. Hubungkan RB dan catat lagi kedudukan amperemeter 9. Catat pula harga RB yang bersangkutan 10. Ulangi percobaan 8 dan 9 untuk beberapa harga RB yang berlainan (ditentukan oleh asisten) 11. Susun seperti pada gambar 5.4.a 12. Aturlah sumber tegangan untuk mendapatkan kuat arus tertentu 13. Catatlah kedudukan voltmeter dan amperemeter 14. Ulangi percobaan 12 dan 13 untuk beberapa harga kuat arus yang berlainan (ditentukan oleh asisten) 15. Susun rangkaian seperti gambar 5.4.b, tetapi RB (berupa bangku hambat) belum dihubungkan 16. Aturlah sumber tegangan untuk mendapatkan kuat arus tertentu 17. Catat kedudukan voltmeter 18. Hubungkan RB dan catat lagi kedudukan voltmeter 19. Catat pula harga RB yang bersangkutan 20. Ulangi percobaan 18 dan 19 untuk beberapa harga RB yang berlainan (ditentukan oleh asisten) 21. Ukurlah tegangan sumber dengan alat presisi (tanyakan asisten) 22. Catat batas ukur dari amperemeter dan voltmeter E. TUGAS 1. Hitunglah tahanan dalam dari amperemeter yang diselidiki dengan : Hasil percobaan dengan gambar 5.3.a Hasil percobaan dengan gambar 5.3.b 2. Hitunglah tahanan dalam dari voltmeter yang diselidiki dengan : Hasil percobaan dengan gambar 5.4.a Hasil percobaan dengan gambar 5.4.b 3. Hitunglah tahanan muka untuk voltmeter yang dipakai, bila batas ukur dijadikan 10 volt F. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Modul Praktikum Fisika Dasar, Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul, Jakarta 23