Fenomena dan Dampak Arus Globalisasi Terhadap Perkembangan Kesenian Joged Bumbung

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL LAGU PERAHU LAYAR PADA SEKA JOGED BUMBUNG CIPTA DHARMA KAJIAN ESTETIS, PROSES TRANSFORMASI, FUNGSI, DAN MAKNA

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan)

Gamelan Gong luang Kiriman I Wayan Putra Ivantara, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar.

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

1. Pendahuluan. Konsep Musikal Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

ANGKLUNG KEBYAR. Oleh I Wayan Muliyadi Mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK

Genggong Kiriman: I Made Budiarsa, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar Jumlah Instrumentasi

Gender Wayang di Banjar Kayumas Kaja. Kiriman I Nyoman Gede Haryana BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG JENIS, MUTU DAN TEMPAT PERTUNJUKAN KESENIAN DAERAH UNTUK WISATAWAN

ARTIKEL KARYA SENI PIS BOLONG

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

Instrumen Pengiring Tari Telek Anak Anak di Desa Jumpai Kiriman: Ayu Herliana, PS. Seni Tari ISI Denpasar

SKRIP KARYA SENI KELANGEN

Elemen-Elemen Pertunjukan Tari Siwa Nataraja

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif

Peranan Sruti dalam Patutan Gambelan Semar Pagulingan Saih Pitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau

BAB I PENDAHULUAN. yang disediakan oleh alam dengan segala fenomenanya dan bisa timbul dari manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ARTIKEL KARYA SENI PERUBAHAN BENTUK DAN NILAI-NILAI PERTUNJUKAN JOGED BUMBUNG BINA REMAJA DI BANJAR SINDU DESA SAYAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

Bentuk Musikalitas Gambuh Kedisan Kiriman I Wayan Sucipta, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Wujud Garapan Komposisi Kung Kiriman: I Ketut Suarjana, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

GAMELAN RINDIK DI DESA SEDANG KECAMATAN ABIAN SEMAL KABUPATEN BADUNG OLEH : I MADE SUDIATMIKA NIM

Perspektif Musikalitas Tabuh Lelambatan Banjar Tegaltamu Kiriman: I Nyoman Kariasa,S.Sn., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Seni pertunjukan merupakan sebuah penyajian bentuk karya seni dengan cara

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah

Tabuh Kreasi Pepanggulan Gamelan Smarandhana Lemayung, Bagian II

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

Gamelan, Orkestra a la Jawa

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT Variasi

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Struktur Tabuh Lelambatan I Oleh: I Gede Yudartha, Dosen PS Seni Karawitan - Pangawit Pangawit berasal dari kata dasar yaitu ngawit/kawit yang

BAB I PENDAHULUAN. Gamelan, seniman, serta pengrajin gamelan merupakan tiga unsur yang tidak dapat

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. hidup (Sudirga, 2005 : 1). Tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk pernyataan

GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL

Analisa Penyajian Garapan Kembang Ratna Kiriman Ni Luh Lisa Susanti Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna

BAB I PENDAHULUAN. Tari Legong Lasem Gaya Peliatan Dibengkel Tari Ayu Bulan Bandung

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD

Aplikasi Gamelan Gong Kebyar Instrumen Gangsa dan Kendang Berbasis Android

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya

Fungsi Seni Tari Tradisional di Indonesia

SUARA DAN GAYA Instrumentasi 1

PEMBELAJARAN NILAI MELALUI GENDER WAYANG DI SANGGAR GENTA MAS CITA, PANJER, DENPASAR SELATAN

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAMANALA SKRIP KARYA SENI OLEH I PUTU EKA ARYA SETIAWAN

Kritik Seni Tari Tarunajaya Kembar dalam Tayangan VCD Balinese Dance Tari Bali Produksi Bali Record Vol.1

LUDRUK LENONG Ludruk adalah pertunjukan seni theater tradisional yang berasal dari Jawa timur. Ludruk ini biasanya dipentaskan oleh satu grup kesenian

ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rancang Bangun Media Pembelajaran Alat Musik Gamelan Gong Kebyar Berbasis Android

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

ARTIKEL KARYA SENI KLAPA WREKSA OLEH: I WAYAN PRADNYA PITALA NIM:

Taksu Seni Budaya Mewujudkan Ajeg Bali

SKRIP KARYA SENI YOWANA GIRANG OLEH : IDA BAGUS KESUMA ANANDA NIM

BAB I PENDAHULUAN. yang menggunakan berbagai jenis alat musik sebagai satu kesatuan

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SENTRA PENJUALAN KERAJINAN GAMELAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARYA I WAYAN SENEN TINJAUAN BENTUK DAN FUNGSI

Catharsis: Journal of Arts Education

Pemodelan Sistem Informasi Gamelan Bali Menggunakan Tree Diagram

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TARI MREGAPATI DI SANGGAR APTI BANGLI

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

PENGARUH GAMELAN SEMARADANA TERHADAP GAMELAN BALAGANJUR SEMARADANA

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

KERAGAMAN EKSPRESI SENI DI ERA GLOBAL: PENGALAMAN BALI. Abstrak

A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

1. Koreografi Komunal

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

Fenomena dan Dampak Arus Globalisasi Terhadap Perkembangan Kesenian Joged Bumbung Oleh I Nyoman Mariyana Mahasiswa Pascasarjana (S2) ISI Denpasar Joged Bumbung Gamelan joged bumbung adalah sebuah barungan gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi tarian joged bumbung, sebuah tari pergaulan yang ada di Bali. Dalam tarian ini, seorang penari wanita berhiaskan sejenis legong menjawat (memilih) seorang penonton untuk di ajak menari. Gamelan joged bumbung disebut juga gamelan grantangan, karena pokokpokok instrumennya adalah grantang yaitu gender yang terbuat dari bambu, berbentuk bumbung dan memakai laras selendro lima nada. Larasnya serupa dengan gamelan gender wayang. Dalam buku Evolusi Tari Bali, gamelan joded bumbung disebutkan bumbung berarti tabung (bamboo), sebuah istilah untuk memberikan nama kepada seperangkat gamelan joged. Dalam hal ini ialah gamelan joged bumbung (proyek panggilan/pembinaan seni budaya klasik/tradisional dan baru). Bila dilihat dari instrumentasinya, gamelan Joged Bumbung terdiri dari berbagai instrumen diantaranya ; 1. Grantang, yang terdiri dari empat grantang gede dan dua grantang kecil, berfungsi sebagai pembawa melodi pokok, dimainkan dengan dua tangan mempunyai tekhnik pukulan sejenis gender wayang dengan memakai polos dan sangsih. 2. Gong Pulu dibuat dari besi atau kerawang. Bentuknya seperti jegogan di dalam gamelan gong, berbilah dua (nada yang sama ngumbang dan ngisep) berfungsi sebagai finalis didalam lagu-lagu joged bumbung, menggantikan gong gede di dalam gamelan gong. 3. Tawa-tawa, sebuah instrument pembawa matra. Bentuk kettle ( atau gong kecil ) 4. Klenang, sejenis kajar, berfungsi sebagai penombal kajar. 5. Kecek adalah ceng-ceng kecil yang berfungsi untuk memperkaya ritme didalam gamelan joged bumbung. 6. Kendang satu buah berfungsi untuk pemurba irama, pengatur tinggi rendah dan cepat lambatnya dari lagu-lagu joged bumbung. 7. Suling empat buah, yang berfungsi untuk memaniskan dan memainkan lagu-lagu.

Mengenai reportuar dari gamelan joged bumbung diambil dari lagu-lagu rakyat sejenis lagu janger. Di samping gamelan grantangan tersebut di atas masih ada beberapa jenis joged seperti, gandrung, leko dan joged pingitan. Ketiga jenis joged ini mempergunakan gamelan yang sama yaitu disebut gamelan rindik, dibuat dari bambu, serupa gender dalam pelegongan dan berlaras pelog lima nada. Di dalam satu instrument biasanya ada sepuluh sampai empat belas bilah. Gandrung biasanya ditarikan oleh penari laki-laki sedangkan joged pingitan atau leko ditarikan oleh penari wanita. Namun komposisi tariannya sama dan meniru bentuk tari pelegongan. Hanya pada akhir tariannya memakai igel gegandrungan, serupa dengan igel ibing-ibingan dalam joged bumbung. Penari gandrung yang terkenal di Bali selatan adalah I Wayan Rindi. Fungsi Kesenian Joged Bumbung Joged bumbung adalah salah satu jenis kesenian yang tergolong dalam seni pertunjukan. Dilihat dari fungsi, ada beberapa tohoh yang mengemukakan tentang fungsi seni pertunjukan, di antaranya: 1. Curth Sachs dalam bukunya yang berjudul World History of The Dance Tahun 1963 mengatakan ada 2 fungsi tari yaitu; a. Untuk tujuan magis b. Sebagai tontonan 2. Gentrude Kwat dalam bukunya Panorama Of Dance Ethnology, menebutkan ada 14 fungsi tari bagi kehidupan manusia, diantaranya; a. untuk inisiasi, praharsa kedewasaan b. percintaan c. persahabatan d. perkawinan e. pekerjaan f. pertanian g. perbintangan h. perburuan- tari berburu i. menirukan binatang j. menirukan perang k. penyembuhan/therapy l. kematian m. kerasukan

n. lawaran 3. Alan P. Merriam dalam bukunya The Antropology Of Music, menyebutkan ada 10 fungsi musik, diantaranya; a. sebagai ekspresi emosional b. knikmatan estetis c. hiburan d. komunikasi e. representasi simbolis f. respon/ tanggapan g. memperkuat norma-norma sosial h. pengesahan institusi sosial dan ritual keagamaan i. sumbangan kepada pelestarian dan stabilitas kebudayaan j. sumbangan kepada intergritas masyarakat 4. Antony V. Shay, menyebutkan ada 6 fungsi tari; a. sebagai refleksi dari organisasi sosial b. sebagai ekspresi keagamaan (ritual) c. sbagai aktivitas rekreasi / hiburan d. sebagai ungkapan serta pengendoran psikologis e. sebagai refleksi ungkapan estetis (keindahan) f. sebagai refleksi dari kegiatan ekonomi 5. Soedarsono Menurut Soedarsono, dia membedakan fungsi seni pertunjukan menjadi 2 yaitu fungsi sekuler dan fungsi primer. Yang termasuk fungsi primer, antara lain; a. sebagai sarana upacara (ritual) b. sebagai hiburan pribadi c. sebagai penyajian estetis Yang termasuk fungsi sekunder, antara lain: a. sebagai media pendidikan b. sebagai media informasi masa c. pelestarian alam lingkungan

d. mempropaganda politik Di Balipun sudah berkembang suatu cara tertentu untuk memfungsikan berbagai jenis seni pertunjukan yang ada. Jenis dan fungsi ini menurut Prof. Dr. I Made Bandem dalam buku Ensklopedy Tari Bali, menyebutkan bahwa seni pertunjukan memiliki 3 fungsi, yaitu: 1. Wali Merupakan fungsi integral (menyatu) dengan upacara keagamaan, biasanya jenis pertunjukan ini tidak bercerita. 2. Bebali Sebagai pelengkap upacara keagamaan. Kehadiran tidak merupakan sebuah keharusan. Seni ini disajikan biasanya dengan memakai lakon yang diceritakan atau ada cerita yang disamapaikan, dan waktu pertunjukannya disesuaikan dengan lama upacara berlangsung, contoh; Tari topeng, gambuh, dll. 3. Balih-balihan Berfungsi hanya sebgai tontonan atau hiburan, terlpas dari konteks upacara atau tidak adanya kaitan terhadap pelaksanaan upacara keagamaan, contoh: Tari lepas. Ciri-ciri seni pertunjukan ritual 1. diperlukan tempat yang terpilih yang dianggap sakral 2. diperlukan pemilihan hari, waktu yang dianggap sakral 3. diperlukan pemain yang terpilih, biasanya mereka yang dianggap suci/ membersihkan diri secara ritual 4. diperlukan seperangkat sesaji 5. tujuanya lebih dipentingkan daripada penampilan secara esttis 6. memiliki kostom yang khas Ciri-ciri seni pertunjukan Hiburan; 1. tiruan dari aslinya 2. pungsinya padat/singkat 3. dihilangkan nilai sakralnya, magis, dan simbolisnya 4. penuh pareasi

5. disajikan dengan menarik 6. murah harganya menurut kemampuan si penikmat. Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka sebagai salah satu jenis seni pertunjukan, Joged bumbung termasuk dalam fungsi hiburan. Mengenai kesenian joged bumbung ini digolongkan seni balih-balihan yang fungsinya sebagai tari pergaulan (social dance). Hal ini menyebabkan banyak orang ngupah kesenian joged bumbung pada saat upacara keagamaan di antaranya pada hari paweton (otonan). Ada juga ngupah karena masesangi (masaudan) atau kaul, yaitu apabila ada orang atau organisasi tertentu yang berjanji akan ngupah joged bumbung di pura atau tempat lain yang ada hubungannya dengan kaulnya. Namun demikian, kesenian joged bumbung tidak hanya dipentaskan pada upacara keagamaan seperti paweton atau sesangi saja, melainkan bisa untuk hiburan di masyarakat dan untuk hiburan wisatawan asing. Oleh karena itu, gamelan joged bumbung juga bisa dimainkan di lobi-lobi hotel sebagai music ilustrasi (instrumental) sayup-sayup, agar tidak mengganggu para tamu. Instrumen dalam Barungannya Pada buku Pengantar Kerawitan Bali, dijelaskan bahwa laras adalah suatu tangga nada, susunan nada-nada didalam suatu gambyangan, oktaf ataupun angkep yang telah ditentukan jumlah serta tinggi rendahnya. Hal ini menunjukkan, bahwa karawitan (gamelan) Bali memiliki dua macam laras, yakni laras slendro dan laras pelog. Dalam laras pelog misalnya kita menemui dua bentuk laras antara lain: laras pelog lima nada yang terdapat pada gamelan gong kebyar, pelegongan, gong gede, dan sebagainya. Pada laras pelog tujuh nada dimiliki pada gamelan semarpegulingan, gambang, slonding dan lain-lainnya. Seperti apa yang penulis ketahui, bahwa gamelan joged bumbung terdiri dari sebuah kendang gupekan, empat granting pemade, dua grantang kantil, dua granting jegogan, empat buah suling, sebuah kemplung, satu pangkoncengceng, satu buah kemong, satu buah klenang dan gong pulu serta empat pasang bumbung kepyak yang masing-masing mempunyai tugas seperti : 1. Instrument gerantang enam buah, yang terdiri dari empat gerantang pamade dan dua gerantang kantil. Gerantang pamade berfungsi sebagai pembawa melodi pokok yang mempunyai tekhnik pukulan sejenis gender wayang dengan memakai pukulan ngotek pada tangan kanan dan dan pukulan nyngsih pada tangan kiri. Sedangkan gerantang kantil membawakan melodi pokok, dimainkan dengan tangan yang mempunyai

pukulan sejenis gegambangan (pukulan tetap berulang datang) dengan memakai pukulan polos saja. 2. Sepasang gerantang jegogan yang fungsinya memperjelas tekanan-tekanan gending, dengan memakai tehnik pukulan polos saja. 3. Sebuah kendang gupekan yang fungsinya sebagai pemurba irama, mengatur tinggi rendah dan cepat/lambat gending-gending joged bumbung. 4. Empat buah suling berfungsi untuk memaniskan dan melembutkan bagian gending yang lirih, merupakan susunan menjadi sedih dan marah. 5. Cengceng kecil berfungsi untuk memperkaya ritme, membuat ansel-angsel dan pariasi gending bersama gendang. 6. Tawa-tawa, sebuah instrument yang dibuat dari bamboo berfungsi sebagai pembawa matra dan menentukan tingkat tempo gending. 7. Klenang sejenis kajar berfungsi sebagai penimbal kemplung (kajar). 8. Kemong, sebuah instrument sejenis gong (kecil bentuknya) berfungsi mempertegas jatuhnya pukulan gong. 9. Gong pulu, dibuat dari kerawang bentuknya seperti jegogan didalam gamelan gong, berbilah dua nada ngumbang dan ngisep, berfungsi sebagai finalis dalam gending joged bumbung. 10. Bumbung kepyak, di buat dari bambu berfunsi mengikuti angsel-angsel gending joged bumbung. Fenomena dan Dampak Arus Globalisasi Di Pulau Dewata siapa yang tidak mengenal joged bumbung? Joged ini merupakan joged fenomenal yang sangat dikenal oleh masyarakat Bali. Mengandung tiga unsur yaitu

etika, logika dan estetika. Joged Bumbung fenomenal karena mengalami pergeseran makna tarian yang terkandung di dalamnya. Dari tarian sederhana menjadi tarian yang erotis dan sempat mendapat julukan sebagai joged porno. Dari apa yang dilihat pad era sekarang penyajian joged bumbung terkesan sangat mengabaikan ke tiga hal di atas yakni etika, logika, dan estetika. Ketiga hal tersebut dilanggar secara sengaja demi popularitas semata, di atas impitan desakan ekonomi. Akibatnya seperti yang kita bisa lihat bersama, kesenian kita dinilai soronok. Dari hal tersebut maka dapat dikritisi sebagai masukan untuk pengembalian tatanan nilai kesenian joged bumbung sebagai kesenian adiluhung dan salah satu kesenian warisan Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO, dengan jalan sebagai berikut; 1. Kembalikan karakteristik kesenian Joged Bumbung baik secara etika, logika atau norma, dan estetika dalam penyajiannya. 2. Gunakan pakaian yang sesuai pertunjukan Joged Bumbung, pakaian tari yang sebenarnya. 3. Gunakan gelungan asli Joged Bumbung, jangan menggunakan gelungan layaknya pemeran Sita dalam sendratari Ramayana versi Bali. 4. Dari instrumentasinya jangan sekali menambah-nambah atau memasukan instrumen lagi seperti keyboard, simbal, kendang sunda, dan lain-lainya karena dapat menghilangkan karakteristik musikal joged itu sendiri. 5. Gunakan lagu asli pajogedan dengan tidak mengambil atau memasukan lagu-lagu dangdut koplo atau sejenisnya. Berdasarkan lima jalan tersebut, diharapkan mampu mengembalikan kekhasan jogged bumbung, sebagai upaya menghargai dan mencintai budaya kita sendiri.