BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Audit 2.1.1 Pengertian Kualitas Audit Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan kualitas sebagai kemungkinan dimana or akan menemukan dan melaporkan salah saji material dalam laporan keuangan klien. Berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang dilaksanakan or dikatakan berkualitas baik, jika memenuhi ketentuan atau standar pengan. Standar pengan mecakup mutu profesional, or independen, pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan (SPAP, 2011). Secara praktis, kualitas adalah seberapa sesuai dengan standar pengan. 2.1.2 Indikator Kualitas Audit Menurut Wooten (2003) untuk mengukur kualitas, digunakan indikator sebagai berikut : 1. Deteksi salah saji Dalam mendeteksi salah saji, or harus memiliki sikap skeptisme profesional.skeptisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti. Auditor menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk melaksanakan dengan cermat dan
10 seksama, dengan maksud baik dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti secara objektif (IAI, 2011, SA seksi 230). Menurut Tuanakotta (2011) skeptisme profesional akan membantu or dalam menilai dengan kritis risiko yang dihadapi dan memperhitungkan risiko tersebut dalam bermacam-macam keputusan (seperti menerima atau menolak klien; memilih metode dan teknik yang tepat; menilai bukti-bukti yang dikumpulkan, dan seterusnya). Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya secara individual atau keseluruhan cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai standar akuntansi keuangan.salah saji dapat terjadi akibat dari kekeliruan atau kecurangan. 2. Kesesuaian dengan Standar Umum yang Berlaku Undang-undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 2011 tentang akuntan publik pada pasal 1 butir 11 yang menyebutkan standar profesi akuntan publik, yang selanjutnya disingkat SPAP, adalah acuan yang ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh akuntan publik dalam pemberian jasanya. Dalam paragraf 1 SPAP SA seksi 161 dijelaskan bahwa dalam perusahaan, or bertanggung jawab untuk mematuhi standar ing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Seksi 202 Aturan Etikan Kompartemen Akuntan Publik mengharuskan anggota Ikatan Akuntan
11 Indonesia yang berpraktik sebagai or mematuhi standar ing jika berkaitan dengan atas laporan keuangan. 3. Kepatuhan SOP Standar operasional perusahaan adalah penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana, oleh siapa, bagaimana cara melakukan, apa saja yang diperlukan, dan lain-lain yang semuanya itu merupakan prosedur kerja yang harus ditaati dan dilakukan. Dalam SPAP SA seksi 318 mengenai pemahaman atas bisnis klien yang dijelaskan bahwa melaksanakan atas laporan keuangan, or harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis yang cukup untuk memungkinkan or mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang menurut pertimbangan or kemungkinan berdampak signifikan atas laporan keuangan atau atas laporan pemeriksaan atau laporan. 2.2 Pengalaman Auditor 2.2.1 Pengertian Pengalaman Menurut Wikipedia bahasa Indonesia (2012) menyatakan bahwa : Pengalaman adalah hasil persentuhan alam dengan paca indera manusia. Berasal dari kata peng-alam-an Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) Pengalaman adalah segala sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dirasai, ditanggung dan sebagainya
12 Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengalaman adalah sesuatu yang dialami, dijalani, dirasai, ditanggung melalui interaksi panca indera manusia secara berulang. 2.2.2 Pengertian Pengalaman Auditor Seseorang or yang berpengalaman diartikan sebagai seseorang yang mempunyai pengalaman dalam melakukan atas laporan keuangan yang dilihat dari lama waktu ia bekerja, banyaknya penugasan yang dilakukan or atau jenis-jenis perusahaan yang pernah ditangani. Mulyadi (2010) mendefinisikan pengalaman or : Seorang or harus mempunyai pengalaman dalam kegiatan nya, pendidikan formal dan pengalaman kerja dalam profesi akuntan merupakan dua hal penting dan saling melengkapi. Pemerintah mensyaratkan pengalaman kerja sekurang-kurangnya tiga tahun sebagai akuntan publik dengan reputasi baik di bidang bagi akuntan yang ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik Berdasarkan uraian diatas dapat diartikan bahwa or yang berpengalaman adalah seseorang yang mempunyai keahlian di bidang yang senantiasa melakukan pembelajaran dari kejadian-kejadian di masa lalu. Maka, yang dilaksanakan dengan pengalaman akan mengasilkan kualitas yang lebih baik. 2.2.3 Indikator Pengalaman Auditor Menurut Mulyadi (2010) ada tiga indikator dalam pengalaman or, diantaranya adalah :
13 1. Pelatihan profesi Pelatihan profesi dapat berupa kegiatan-kegiatan seperti seminar, simposium, lokakarya, dan kegiatan penunjang keterampilan yang lain. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan yang diberikan oleh or senior kepada or junior juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan karena kegiatan ini dapat meningkatkan kerja or. Melalui program pelatihan dan praktik-praktik yang dilakukan, para or juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ia temui, sehingga akan berdampak pada struktur pengetahuan or yang berhubungan dengan pendeteksian. Akuntan harus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha dan profesinya, agar akuntan yang baru selesai menempuh pendidikan formalnya dapat segera menjalani pelatihan teknis dalam profesinya. Pemerintah mensyaratkan pengalaman kerja sekurang-kurangnya tiga tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang bagi akuntan yang ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik (SK Menteri Keuangan No.43/KMK.017/1997). 2. Pendidikan Pendidikan keahlian dalam akuntansi dan ing dimulai dengan pendidikan formal yang diperluas dengan pengalaman praktik. Pendidikan dalam arti luas maksudnya adalah pendidikan formal, pelatihan, atau pendidikan lanjut berupa :
14 a. Sudah menempuh pendidikan di bidang akuntansi (S1 Akuntansi + Ppak) b. Pelatihan kerja selama 1.000 jam sebagai ketua tim /supervisor c. Lulus ujian sertifikat akuntan publik d. Mengurus izin akuntan publik kepada Departemen Keuangan untuk dapat melakukan kegiatan usahanya secara independen (membuka KAP) 3. Lama Kerja Lama kerja adalah pengalaman seseorang dan berapa lama seseorang bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan. Lama kerja or ditentukan oleh seberapa lama waktu yang digunakan oleh or dalam meng industri klien tertentu dan seberapa lama or mengikuti jenis penugasan tertentu. 2.3 Independensi Auditor 2.3.1 Pengertian Independensi Auditor Berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam Pernyataan Standar Audit (PSA) No.04 (SA Seksi 220), standar ini mengharuskan or untuk bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum, dalam hal ini dibedakan dengan or yang berpraktik sebagai intern. Dalam Standar Auditing Seksi 220.1 (SPAP: 2011) menyebutkan bahwa : Independensi bagi seorang akuntan publik artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum
15 Dalam Mulyadi (2010: 26-27) menjelaskan bahwa : Independensi berarti keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran, artinya dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya Menurut Arens el al (2008: 111) independensi dapat diartikan mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta (independence of fact), tetapi juga harus independen dalam penampilan (independent in appearance). Sedangkan menurut Standar Auditing Seksi 280.2 (SPAP: 2011) setiap praktisi yang memberikan jasa assurance harus bersikap independen klien dalam menyatakan pendapat atau memberikan kesan adanya pernyataan pendapat, secara tidak bias dan bebas dari benturan kepentingan atau pengaruh pihak lain dengan menerapkan independensi dalam pemikiran (independence of mind). 2.3.2 Indikator Independensi Auditor Menurut Mulyadi (2010: 26) bahwa independesi or diukur melalui empat indikator, yaitu lama hubungan dengan klien ( tenure), tekanan dari klien, telaah dari rekan or (peer review) dan pemberian jasa non-. 1. Lama hubungan dengan klien (Audit tenure) Di Indonesia, masalah tenure atau masa kerja or dengan klien sudah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Keputusan menteri tersebut membatasi masa kerja or paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara untuk
16 Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun. Pembatasan masa kerja ini dimaksudkan agar or tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi (Elfarini, 2007). 2. Tekanan dari klien Tekanan dari klien dapat timbul pada situasi konflik antara or dengan klien. Situasi konflik terjadi ketika antara or dengan manajemen atau klien tidak sependapat dengan beberapa aspek hasil pelaksanaan pengujian laporan keuangan. Klien berusaha mempengaruhi fungsi pengujian laporan keuangan yang dilakukan or dengan memaksa or untuk melakukan tindakan yang melanggar standar ing, termasuk dalam pemberian opini yang tidak sesuai dengan keadaan klien. Dalam menajalankan fungsinya, or sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar melalui laba yang tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan. Untuk mencapain tujuan tersebut tidak jarang manajemen perusahaan melakukan tekanan kepada or sehingga laporan keuangan an yang dihasilkan itu sesuai dengan keinginan klien. Pada situasi ini, or mengalami dilema. Pada satu sisi, jika or mengikuti keinginan klien maka ia melanggar standar profesi. Tetapi jika or tidak mengikuti klien maka klien dapat menghentikan penugasan atau mengganti KAP ornya (Rosalina dan Amalia Dewi, 2014).
17 3. Telaah dari rekan or (Peer Review) Menurut Arens et al (2012) peer review adalah penelahaan yang dilakukan akuntanpublik ketaan kantor akuntan publik (KAP) pada sistem pengendalian mutu. Tujuan peer review adalah untuk menentukan dan melaporkan apakah KAP yang telah ditelaah telah mengembangkan prosedur dan kebijakan yang cukup atas elemen pengendalian mutu dan menerapkannya dalam praktik. Untuk menjaga kualitas yang dilakukan or, telaah dari rekan seprofesi yang menjadi sumber penilaian objektif sangatlah penting karena telaah dari rekan or dapat menjaga or untuk tetap menghasilkan kualitas yang baik. 4. Jasa Non Audit Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan perpajakan serta jasa akuntansi seperti jasa penyusunan laporan keuangan (Kusharyanti, 2003). Dalam Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik pada pasal 2, bahwa akuntan publik dan KAP dapat memberikan jasa lainnya dan jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan kompetensi akuntan publik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
18 2.4 Penelitian terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO PENELITI JUDUL HASIL PENELITIAN Persamaan Perbedaan 1 Nisa Nafisa Fajri(2014) 2 Resti Restiyani (2014) 3 Gina Rohmania Sudrajat (2013) Pengaruh Pengelaman Auditor dan Independen si Auditor Terhadap Keputusan Pemberian Opini Audit Pengaruh Pengalaman Auditor dan Independen si Auditor Terhadap Kualitas Audit Pengaruh Pengalaman Audit, Independen si, Obyektivita s, Lingkup Audit dan Risiko Audit Kualitas Audit Pengalaman dan Independensi Auditor berpengaruh secara signifikan keputusan pemberian opini Pengalaman Auditor, Independensi Auditor dan Kualitas Audit Pengalaman, Independensi, Obyektivitas, Lingkup, dan Risiko Audit berpengaruh secara simultan kompetensi bukti Mengukur pengalaman or dan juga independens i or Mengukur pengaruh pengalaman dan independens i or kualitas Mengukur pengaruh Pengalaman, Independen si, Obyektivita s, Lingkup, dan Risiko Audit Kualitas Audit Variabel Y yang digunakan berbeda dengan variabel Y penelitian yang akan dilaksanaka n yaitu kualitas Waktu yang dilakukan peneliti terdahulu adalah tahun 2014. Sedangkan penulis 2016. Variabel X Obyektivita s, Lingkup, dan Risiko Audit yang terdapat di penelitian terdahulu
19 NO PENELITI JUDUL HASIL PENELITIAN Persamaan Perbedaan 4 Indra Agustia Saputra (2013) 5 Sheila Wikanov Putri (2013) Pengaruh pengalaman dan etika profesi or kualitas Pengaruh kompetensi, independens i, pengalaman kualitas Pengalaman dan etika profesi or kualitas secara simultan berpengaruh positif dan signifikan kualitas Kompetensi, pengalaman dan independensi berpengaruh secara signifikan kualitas mengukur pengalaman kualitas Mengukur pengalaman dan independens i kualitas Variabel X etika or profesi or di penelitian terdahulu, di penelitian yang akan dilaksanaka n independens i Variabel X di penelitian terdahulu terdapat kompetensi, dipenelitian yang akan datang hanya pengalaman 2.5 Kerangka Pemikiran 2.5.1 Pengaruh Pengalaman or Kualitas Audit Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang di sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan ing (Christiawan, 2002). Auditor yang berpengalaman lebih mampu memberikan penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan
20 kesalahan berdasarkan pada tujuan dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari (Libby et al, 1985) dalam Mayangsari(2003:4). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman or maka semakin meningkat kualitas yang dihasilkan. H 0 1 :Pengalaman or tidak berpengaruh kualitas H a 1 :Pengalaman or berpengaruh kualitas 2.5.2 Pengaruh Independensi or Kualitas Audit Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2011) menyebutkan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh or. Standar ini mengharuskan seorang or bersikap tidak mudah dipengaruhi. Berkurangnya independensi sebenarnya akan menjadi alasan utama dibalik memburuknya kualitas, karena akan menghambat or untuk melaksanakan tanggung jawab dalam mendeteksi dan melaporkan salah saji material dalam catatan keuangan klien. Sehingga semakin baik Independensi or, maka semakin baik pula kualitas yang dihasilkan. H 0 2 :Independensi or tidak berpengaruh kualitas H a 2 : Independensi or berpengaruh kualitas
21 2.5.3 Pengaruh Pengalaman or dan Independensi or Kualitas Audit Penelitian yang dilakukan oleh Fajri (2014) menyatakan bahwa pengalaman or dan Independensi or berpengaruh kualitas. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Restiyani (2014) menyatakan bahwa pengalaman or dan independensi or berpengaruh kualitas. H 0 3 :Pengalaman or dan Independensi or tidak berpengaruh kualitas H a 3 : Pengalaman or dan Independensi or berpengaruh kualitas PENGALAMAN AUDITOR (X1) KUALITAS AUDIT (Y) INDEPENDENSI AUDITOR (X2) Gambar 2.1 Metode Penelitian Keterangan : = Pengaruh secara Parsial = Pengaruh secara Simultan
22 Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : H 0 1 : Pengalaman or tidak berpengaruh kualitas H a 1 : Pengalaman or berpengaruh kualitas H 0 2 : Independensi or tidak berpengaruh kualitas H a 2 : Independensi or berpengaruh kualitas H 0 3 :Pengalaman or dan Independensi or tidak berpengaruh kualitas H a 3 : Pengalaman or dan Independensi or berpengaruh kualitas