ESTIMASI CADANGAN BATU GAMPING DI DESA MELIRANG, KECAMATAN BUNGAH, KABUPATEN GRESIK DENGAN METODE RESISTIVITAS 2-DIMENSI

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

POTENSI GEOWISATA BUKIT JAMUR KECAMATAN BUNGAH, KABUPATEN GRESIK, PROVINSI JAWA TIMUR

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

Angelia Rajagukguk, Riad Syech, Retno Agung

METODE EKSPERIMEN Tujuan

ABSTRAK

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

Pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis untuk Menentukan Letak Akuifer Air Bawah Tanah (Studi Kasus : Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara)

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

PENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS

PEMODELAN TOMOGRAFI CROSS-HOLE METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS (Bentuk Anomali Silindris)

APLIKASI GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE DIPOLE UNTUK PENDUGAAN ASBUTON

IDENTIFIKASI AKUIFER DI ZONA PATAHAN OPAK PASCA GEMPA YOGYAKARTA 2006 DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI

Penerapan Metode Resistivitas 2D untuk Identifikasi Bawah Permukaan Situs Maelang Bayuwangi Jawa Timur

PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)

APLIKASI GEOLISTRIK 2D UNTUK IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR STUDI KASUS DAERAH LERENG NGLAJO, CEPU

BAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA

Pemetaan Akuifer Air Tanah Di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis

PENENTUAN LITOLOGI BATUAN DAN MUKA AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER SCHLUMBERGER DI DAERAH LANDFILL PLTU LABUHAN ANGIN SIBOLGA

PENGGAMBARAN PSEUDOSECTION BAWAH PERMUKAAN DARI SUATU PROSES EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN PROGRAM RES2DINV

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

IDENTIFIKASI SEBARAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK HAMBATAN JENIS DI DESA LEMBAN TONGOA

Cristi * ), Kerista Sebayang * ), Mester Sitepu ** ) Departemen Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, MEDAN

Identifikasi Sistem Panas Bumi Di Desa Masaingi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

Identifikasi Bijih Besi dengan Metode Geolistrik di Tanah Laut Deddy Yuliarman, Sri Cahyo Wahyono *, Sadang Husain

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

Penyelidikan Struktur Pondasi Jembatan Lamnyong Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

Analisa Sebaran Fosfat dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner- Schlumberger : Studi Kasus Saronggi, Madura

SKRIPSI FITRIKAYANTI HASIBUAN NIM : DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN JALUR SESAR DI DUSUN PATEN DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR

SURVEI RESISTIVITAS UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TAHANAN JENIS BATUAN BAWAH PERMUKAAN CEKUNGAN DAERAH SEDIMENTASI KUWU

Analisis Respon Resistivitas Sampel Tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik Berdasarkan Uji Resistivitas Skala Laboratorium

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

Identifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik

Jurnal Fisika Unand Vol. 1, No. 1, Oktober 2012 ISSN

Pendugaan Mineral Kromit dengan Metode Electricalresistivity Tomography di Daerah Wosu-Morowali Sulawesi Tengah

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Interaksi antara air tanah dengan struktur geologi

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Aplikasi Software 3 Dimensi Inversi Dalam Interpretasi Sebaran Air Tanah (Studi Kasus Dukuh Platarejo Dan Dukuh Selorejo)

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pemodelan fisik menunjukkan bahwa konfigurasi elektroda yang sensitif

Identifikasi Situs Candi Bukit Carang, Karanganyar Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipol-Dipol

Unnes Physics Journal

PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DALAM MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI KABUPATEN PONOROGO SEBAGAI ANTISPASI BENCANA KEKERINGAN

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

Identifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromari Kabupaten Sigi

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

ISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2016) Vol. 6 No. 02 Halaman 88 Oktober 2016

PEMETAAN AKUIFER AIRTANAH DI WILAYAH KAMPUS UNSRAT MANADO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

Kata Kunci : Resistivitas, geolistrik, perbandingan, suseptibilitas magnetik, geomagnet. I. Pendahuluan. II. Kajian Pustaka

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

Identifikasi Jalur Patahan Dengan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Wilayah Palu Barat

Transkripsi:

Estimasi Cadangan Batu... ESTIMASI CADANGAN BATU GAMPING DI DESA MELIRANG, KECAMATAN BUNGAH, KABUPATEN GRESIK DENGAN METODE RESISTIVITAS 2-DIMENSI Ayi S. Bahri 1), Juan Pandu GNR 1), Sayyidatul Khoiridah 2), Ary Iswahyudi 2) 1) Jurusan Teknik Geofisika, ITS, 2) Jurusan Teknik Geomatika, ITS e-mail: syaeful_b@geofisika.its.ac.id Abstrak. Telah dilakukan survei geofisika dengan menggunakan metode resistivitas 2D untuk memperkirakan besar cadangan batu gamping yang ada di Desa Melirang, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. Konfigurasi yang digunakan pada metode resistivitas 2D ada dua macam yaitu konfigurasi Dipoledipole dan Wenner. Pembuatan lintasan dilakukan sebanyak 15 lintasan dengan panjang 300 meter dan 600 meter. Hasil interpretasi menunjukkan bahwa litologi penyusun batuan di daerah penelitian ada dua yaitu yang berupa batu gamping terumbu dan Formasi Watukoceng yang merupakan napal berpasir. memiliki nilai resistivitas di atas 240 Ωm dengan ketebalan lapisan bervariasi antara 20 35 meter. Sedangkan Formasi Watukoceng mempunyai nilai resistivitas kecil yaitu di bawah 240 Ωm dengan kedalaman antara 20-50 meter. Nilai resistivitas terbesar yaitu di atas 3000 Ωm yang menunjukkan adanya gua bawah permukaan di daerah penelitian. Cadangan potensi batu gamping yang didapatkan dari hasil perhitungan pada penelitian ini yaitu sebesar ±41.500.000 ton. Kata Kunci: konfigurasi, resistivitas 2D, formasi geologi. Abstract. Geophysical surveys have been performed using 2D resistivity method to estimate the reserves of limestone in Melirang Village, Bungah, Gresik. There are two types of configuration used in the 2D resistivity method, they are Dipole-Dipole and Wenner. Fifteen tracks made with the length of 300 meters and 600 meters. Interpretation result shows that there are two lithology of rock composers in the study area, they are Madura Formation that consists of limestone reef rocks and Watukoceng formation that consists of sandy marl rocks. The resistivity of Madura Formation is more than 240 Ωm with the layer width of 20 35 meters. In the other hand, the resistivity of Watokoceng Formation is below 240 Ωm with the layer width of 20 50 meters. The biggest resistivity is more than 3000 Ωm and it shows that there is a cave in the study area s subsurface. The amount of limestone reserve obtained from the research is about 41.500.000 tons. Keywords: configuration, 2D resistivity method, geology formation. PENDAHULUAN INDONESIA kaya akan sumber daya alam. Salah satunya adalah sumber daya mineral dan energi. Kalsium karbonat atau yang lebih dikenal dengan batu gamping atau batu kapur adalah sumber daya mineral yang cukup banyak di Indonesia (Madiadipoera, 2006). Desa Melirang yang terletak di Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki cadangan batu gamping yang cukup melimpah. Namun, belum diketahui secara pasti seberapa besar cadangan batu gamping yang ada di daerah tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan survei geofisika dalam menggambarkan struktur bawah permukaan yang nantinya dapat digunakan untuk menghitung cadangan batu gamping yang ada di daerah penelitian. Metode geofisika yang digunakan pada penelitian ini adalah metode geolistrik. Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang dapat menggambarkan struktur bawah permukaan dengan memanfaatkan sifat kelistrikan batuan yang ada di bumi baik secara alami maupun tidak, sebagai contoh metode geolistrik yang tidak alami adalah geolistrik resistvitas yang membutuhkan injeksi arus ke dalam bumi untuk mendapatkan data (Aswathanarayana, 1995; Ward, 1990). Pada penelitian ini digunakan metode resistivitas 2D dengan konfigurasi Dipoledipole dan Wenner yang dimaksudkan untuk 15

Jurnal Geosaintek. 01 / 01 Tahun 2015 mendapatkan kontur resistivitas dari struktur bawah permukaan sehingga dapat diketahui seberapa besar cadangan dari batu gamping yang ada di area penelitian. Melalui survei geofisika diharapkan dapat membantu pengembangan potensi cadangan batu gamping yang ada di daerah tersebut khususnya dalam hal penambangan batu gamping, sebab untuk melakukan penambangan harus memperhatikan aspek lingkungan supaya tidak merusak sumber daya alam yang ada terlebih di desa Melirang juga terdapat Gua Gelang Agung yang berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata. Geologi Daerah Penelitian Hampir secara keseluruhan daerah penelitian berupa batuan kapur dengan sebagian daerah ditutupi oleh lapukan atau tanah. Untuk melihat sebaran batuannya dapat dilihat dari peta geologi pada Gambar 1 berikut. Gambar 1. Litologi Area Penelitian (a) Sebaran Horizontal Litologi Area Penelitian (b) Sebaran Vertikal Litologi Area Penelitian (Bethei, 1992) Gambar 1 merupakan bagian dari peta geologi lembar Surabaya dan Sapulu. Dari peta tersebut dapat dilihat sebaran litologi area penelitian secara lebih luas. Area penelitian di dalam garis merah yang termasuk dalam dan sebagian adalah Formasi Watukoceng (Bethei, 1992). (Tmpm): bagian atas; batu gamping terumbu, putih, pejal, berongga halus, setempat berlapis buruk, mengandung foram besar dan pecahan ganggang, tanah kecoklatan atau kehitaman. Bagian bawah; batu gamping kapuran, sangat ringan, agak keras, putih kekuningan, pejal, setempat berlapis buruk, mengandung moluska, serta foram besar dan pecahan ganggang. Formasi Watukoceng (Tmw): Bagian atas; selangseling napal pasiran dengan batu gamping. Bagian bawah; batu pasir kuarsa bersisipan batu gamping orbitoid dan batu pasir berlapis tipis, setempat perlapisan batu gamping kalkarrenit. Pada bagian luar area penelitian disusun oleh Aluvium. Aluvium (Qa) disusun oleh kerakal, kerikil, pasir, lempung dan setempat pecahan cangkang fosil. Pada Gambar 1 juga dapat dilihat sayatan melintang dari area penelitian. Sayatan melintang ini melewati Alluvial,, dan Formasi Watukoceng. Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa Formasi Watukoceng terletak paling bawah, di atasnya terdapat dan di atas 16

Estimasi Cadangan Batu... terdapat Alluvial. Ada dua hal menarik pada area ini, yang pertama adanya antiklin dan yang kedua munculnya Formasi Watukoceng kepermukaan (Bethei, 1992). a n( n 1)( n 2) ar (1) Resistivitas 2 Dimensi Pada penelitian ini digunakan metode resistivitas 2D dengan menggunakan konfigurasi Dipole-dipole dan Wenner yang digunakan untuk menentukan distribusi tahanan jenis pada ground surface. Konfigurasi Dipole-dipole Konfigurasi Dipole-dipole memiliki sensitivititas yang tinggi terhadap perubahan resistivitas secara horisotal dan vertikal. Secara lebih luas pemetaan struktur secara vertikal akan memberikan hasil yang baik, misalnya adanya kubah. Sedangkan pemetaan struktrur secara horizontal dapat mengetahui adanya bentangan sedimen atau adanya antiklin maupun sinklin. Selain itu konfigurasi ini masih sering digunakan secara luas dalam metode resistivity karena memiliki medan elektromagnetik yang rendah antara sirkuit dan arus listrik (Rosset al., 1990). Konfigurasi Dipole-dipole memiliki rangkaian sepasang elektroda arus C2 dan C1, serta sepasang elektroda potensial P1 dan P2. Elektroda arus C2 dan C1 mempunyai jarak yang sama dengan elektroda potensial P1 dan P2. Tetapi, jarak antara arus C1 dan potensial P1 diperbesar dan dimisalkan dengan na (Ross dkk, 1990). Dimana a : nilai resistivitas/tahanan jenis (ohm), n : konstanta (n=1,2,3,4,5,6), a: spasi antara elektroda (m), dan R: resistansi (ohm). Konfigurasi Wenner Konfigurasi ini merupakan jenis konfigurasi resistivitas yang paling sering digunakan dalam survei resistivitas 2D, karena mudah dalam operasional lapangannya. Pada konfigurasi Wenner ini perubahan jarak elektroda arus akan diikuti dengan perubahan jarak elektroda potensial sehingga kedalaman lapisan yang diukur juga mengalami perubahan (Prayogo dkk, 2003; Tutiani, 2000). Pada konfigurasi Wenner nilai tahanan jenis didapatkan dengan memasukkan data lapangan yang didapat dalam persamaan berikut: a = 2 a R (2) Dimana a : nilai resistivitas/tahanan jenis (ohm), a: spasi antara elektroda (m), dan R: nilai resistansi (ohm). Gambar 2. Skema Konfigurasi Dipole-dipole Nilai tahanan jenis konfigurasi ini didapatkan dengan memasukkan beberapa parameter dalam persamaan berikut : Gambar 3. Skema Konfigurasi Wenner 17

Jurnal Geosaintek. 01 / 01 Tahun 2015 METODOLOGI Pengambilan data lapangan dilakukan pada tanggal 2 Desember 2013 sampai 5 Januari 2014. Adapun area penelitian terletak di Desa Melirang, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada Gambar 4. Untuk mendapatkan harga resistivitas batuan di area penelitian digunakan metode geolistik. Peralatan yang digunakan adalah resistivity meter merk Campus dengan arus yang dipenetrasi 0,5 ma hingga 10 ma. Konfigurasi elektroda yang digunakan yaitu Dipole-dipole untuk area dekat Gua Gelang Agung dan konfigurasi Wenner untuk area yang jauh dari Gua Gelang Agung. Pembuatan lintasan dilakukan sepanjang 300 meter dan 600 meter. Pada tabel 1 dapat dilihat koordinat titik awal dan akhir lintasan pengukuran geolistrik yang dilakukan. Gambar 4. Desain Lintasan Pengukuran Geolistrik Lintasan Line-1 Line-2 Line-3 Line-4 Line-5 Line-6 Line-7 Line-8 Line-9 Tabel 1. Koordinat Lintasan Geolistrik Koordinat Panjang Arah Awal Akhir Lintasan (m) Lintasan Konfigurasi 7 2'10.88"S 7 2'16.17"S Dipoledipole 300 Barat ==>Timur 112 32'11.55"E 112 32'19.79"E 7 2'10.39"S 7 2'14.92"S Dipoledipole 300 Utara ==> Selatan 112 32'19.39"E 112 32'10.75"E 7 2'7.53"S 7 2'17.18"S Dipoledipole 600 Barat ==>Timur 112 32'8.51"E 112 32'25.48"E 7 2'4.87"S 7 2'14.18"S 112 32'9.88"E 112 32'27.09"E 600 Barat ==>Timur Wenner 7 2'1.29"S 7 2'10.95"S Dipoledipole 600 Barat ==>Timur 112 32'10.00"E 112 32'27.00"E 7 1'58.00"S 7 2'7.72"S Dipoledipole 600 Barat ==>Timur 112 32'10.76"E 112 32'27.73"E 7 1'55.63"S 7 2'5.32"S 112 32'12.97"E 112 32'29.94"E 600 Barat ==>Timur Wenner 7 1'53.23"S 7 2'2.93"S 112 32'14.89"E 112 32'31.91"E 600 Barat ==>Timur Wenner 7 1'49.38"S 7 1'59.05"S 112 32'17.76"E 112 32'34.78"E 600 Barat ==>Timur Wenner 18

Estimasi Cadangan Batu... Line-10 Line-11 Line-12 Line-13 Line-14 Line-15 7 2'2.41"S 112 32'32.79"E 7 1'59.96"S 112 32'37.92"E 7 2'7.13"S 112 32'37.20"E 7 2'2.60"S 112 32'43.69"E 7 2'10.65"S 112 32'42.70"E 7 2'8.62"S 112 32'47.38"E 7 2'25.50"S 112 32'37.35"E 7 2'27.53"S 112 32'32.81"E 7 2'19.49"S 112 32'33.82"E 7 2'24.00"S 112 32'27.33"E 7 2'16.79"S 112 32'28.06"E 7 2'19.30"S 112 32'22.87"E Pada proses pengolahan data lapangan sampai didapatkan sayatan resistivitas 2D digunakan perangkat lunak Res2Dinv dengan software pendukung Microsoft Excel dan notepad. Software Res2Dinv membutuhkan input data nilai resistivitas yang nantinya akan dilakukan proses inverse sehingga didapatkan kontur sebaran nilai resistivitas vertikal di sepanjang lintasan akuisisi data. Dengan didapatkannya sebaran nilai resistivitas disepanjang lintasan akan dapat dilakukan tahapan lebih lanjut yaitu tahapan interpretasi. Pada tahapan ini dilakukan pencocokan nilai resistivitas yang didapat dengan literatur yang telah ada. Kemudian dilakukan perhitungan cadangan hipotesis yang berkaitan dengan volume dari potensi cadangan batu gamping yang ada di daerah tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengolahan data geolistrik resistivitas 2D didapatkan variasi tahanan jenis dan ketebalan lapisan untuk tiap lintasan, di mana harga kontur resistivitas mencapai kedalaman ±50 meter. Adapun gambaran dari struktur bawah permukaan untuk tiap lintasan penelitian dapat dilihat pada gambar berikut: Gua Perpotongan lintasan 2 Tanah penutup Formasi Watukoceng Gambar 5. Hasil Inversi Resistivitas di Lintasan-01 Perpotongan lintasan 3 Perpotongan lintasan1 Gua Gambar 6. Hasil Inversi Resistivitas di Lintasan-02 19

Jurnal Geosaintek. 01 / 01 Tahun 2015 Perpotongan lintasan 2 Gambar 7. Hasil Inversi Resistivitas di Lintasan-03 Gambar 8. Hasil Inversi Resistivitas di Lintasan-04 Gambar 9. Hasil Inversi Resistivitas di Lintasan-05 Tanah penutup Gambar 10. Hasil Inversi Resistivitas di Lintasan-06 20

Estimasi Cadangan Batu... Tanah penutup Gambar 11. Hasil Inversi Resistivitas di Lintasan-07 Gambar 12. Hasil Inversi Resistivitas di Lintasan-08 Gambar 13. Hasil Inversi Resistivitas di Lintasan-09 Gambar 14. Hasil Inversi Resistivitas di Lintasan-10 21

Jurnal Geosaintek. 01 / 01 Tahun 2015 Tanah penutup Gambar 15. Hasil Inversi Resistivtas di lintasan-11 Gambar 16. Hasil Inversi Resistivitas di Lintasan-12 Gambar 17. Hasil Inversi Resistivitas di Lintasan-13 Gambar 18. Hasil Inversi Resistivitas di Lintasan-14 22

Estimasi Cadangan Batu... Gambar 19. Hasil Inversi Resistivtas di Lintasan-15 Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yang didukung dengan survei geofisika diketahui bahwa mayoritas penyusun batuan di daerah penelitian berupa batu gamping. Secara garis besar, semua lintasan terdiri dari dua macam litologi penyusun batuan yaitu batu gamping terumbu () dan napal berpasir selingan gamping (Formasi Watukoceng). Namun, ada beberapa lapisan yang memiliki lapisan tanah penutup. Di lintasan-01, tanah penutup berada pada jarak antara 200 m sampai 270 m yang ditunjukkan dengan warna hijau sampai biru muda dengan nilai resistivitas antara 31 Ωm 240 Ωm (Gambar 5). Di lintasan-05, tanah penutup hampir ditemukan di sepanjang lintasan dengan ketebalan yang bervariasi (Gambar 9). Di lintasan-06, lapisan penutup tersebar di beberapa tempat dengan ketebalan ±4 meter (Gambar 10). Dilintasan-07, lapisan penutup didapatkan pada bagian awal sampai pertengahan lintasan dengan kedalaman ±10 meter (Gambar 11), dan lapisan penutup di lintasan-11 berada sampai kedalaman ±5 meter (Gambar 15). Lapisan batu gamping terumbu yang termasuk ke dalam memiliki nilai resistivitas di atas 240 Ωm. Di lintasan-03, nilai resistivitasnya sampai 300 Ωm, nilai ini dimungkinkan berupa batu gamping terumbu yang memiliki rongga cukup besar sehingga air yang masuk langsung dialirkan dan tidak menimbulkan turunnya nilai resistivitas pada bagian ini. Batu gamping terumbu identik dengan adanya lubang atau pori yang cukup besar dan batu kapur putih sangat sedikit ditemukan lubang pori. Dengan sedikitnya lubang pori pada 23 batu gamping kapuran banyak dimanfaatkan orang untuk penambangan. Ketebalan lapisan ini bervariasi antara 20 35 meter. Untuk lapisan dengan Formasi Watukoceng yang merupakan napal berpasir memiliki nilai resistivitas kecil yaitu di bawah 240 Ωm yang ditunjukkan dengan warna hijau sampai biru gelap. Nilai resistivitas yang kecil di Formasi Watukoceng disebabkan karena mengandung air dan sulit untuk mengalirkannya. Lapisan Formasi Watukoceng ditemukan mulai kedalaman ±20 meter hingga ±50 meter. Untuk lintasan-09, hasil interpretasi menunjukkan bahwa keseluruhan lintasan merupakan Formasi Watukoceng dengan batuan penyusun napal berpasir berselingan batu gamping (Gambar 13). Pada lintasan-09, lintasan-14, dan lintasan-15, Formasi Watukoceng muncul ke permukaan. Resistivitas terbesar ditunjukkan dengan warna merah sampai merah gelap dengan nilai di atas 3000 Ωm. Di lintasan-02, nilai resistivitas tertinggi terbentang dari 150 m sampai 220 m. Hal tersebut menandakan adanya gua bawah tanah atau yang dikenal dengan Gua Gelang Agung, karena memiliki dimensi yang cukup luas. Pada penelitian kali ini yang berfungsi sebagai luas penampang adalah luasan area penelitian secara keseluruhan yaitu ± 1.037.500 m 2 dan yang berfungsi sebagai tebal lapisan adalah ketebalan rata-rata lapisan batu gamping dari hasil interpretasi data geolistrik yaitu ± 16 meter disetiap lintasan. Perhitungan volume dari cadangan batu gamping merupakan hasil perkalian dari luas penampang dengan ketebalan rata-rata lapisan

Jurnal Geosaintek. 01 / 01 Tahun 2015 batuan, sehingga nilai volume batu gamping yang didapatkan yaitu sebesar ±16.600.000 m 3. Sedangkan cadangan hipotesis atau tonase sendiri didapatkan dengan mengalikan volume dengan berat jenis gamping yang berkisar antara 2,5 ton/m 3 dan didapatkan nilai cadangan hipotesis yaitu ±41.500.000 ton. PENUTUP Simpulan Berdasarkan data sekunder berupa peta geologi dan pengamatan lapangan didapatkan bahwa wilayah penelitian disusun oleh batu gamping terumbu dan napal. Pengukuran geolistrik yang dilakukan menghasilkan gambaran bawah permukaan sampai kedalaman ±50 meter dan hampir di semua lintasan (gamping terumbu) terletak di bagian atas dari Formasi Watukoceng (napal), kecuali di lintasan-09, lintasan-14, dan lintasan-15 Formasi Watukoceng muncul ke permukaan. Untuk penambangan batu gamping dapat dilakukan di area yang disusun oleh Formasi Madura, namun sebaiknya tidak sampai ke bagian yang memiliki pori/rongga besar. Penambangan bisa dilakukan sampai dengan kedalaman 40 meter pada beberapa lokasi sesuai dengan hasil interpretasi. Adapun cadangan dari potensi batu gamping yang didapatkan berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian ini yaitu sebesar ±41.500.000 ton. Setelah diketahui jumlah cadangan batu gamping, maka diharapkan para penambang dapat memanfaatkan potensi batu gamping yang ada. Namun, masih memperhatikan aspek lingkungan supaya tidak terjadi bencana seperti tanah longsor maupun yang lain. Selain itu, diharapkan penambang tidak menambang dalam jumlah yang berlebihan karena dapat mengakibatkan jumlah batu gamping di area tersebut semakin menipis terlebih di area penelitian terdapat Gua Gelang Agung yang berpeluang untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata gua sehingga dapat membantu dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). 24 Saran Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan penambangan batu gamping dilakukan di area yang sesuai dengan hasil interpretasi data geolistrik pada tiap lintasan dan penambangan sebaiknya tidak dilakukan sampai kebagian yang memiliki pori/rongga besar yang diduga merupakan Gua Gelang Agung yang berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata. DAFTAR PUSTAKA Aswathanarayana, U., 1995. Geoenvironment An Introduction. A.A. Balkema. Rotterdam. Bethei, Sukardi. 1992. Peta Geologi Lembar Surabaya dan Sapulu, Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Madiadipoera, T., 2006. Bahan Galian Industri di Indonesia. Pusat Sumber Daya Geologi, Departemen ESDM, Jakarta, hh. 1-48. Prayogo, S., Sri Cahyo W., dan Widya U., 2003. Penentuan Distribusi Tahanan Jenis Struktur Bawah Permukaan Daerah Rawan Longsor Di Desa Lumbang Rejo, Prigen Menggunakan Metode Geolistrik 2-D dan 3-D. Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika, FMIPA, ITS. Ross, Howard P., Claron E. Makelprang, dan Phillip M. Wright. 1990. Dipole-Dipole Electrical Resistivity Surveys at waste Disposal Study Sites, dalam Geothecnical and Environmental Geophysics. II, h. 145. SEG. Tulsa. Tutiani, 2000. Penentuan Aliran Sungai Bawah Tanah dengan Metode Resistivitas Wenner Di Daerah Rengel, Tuban, Jawa Timur. Tugas Akhir, ITS, Surabaya. Ward, S.H., 1990. Resistivity and Induced Polarization Methods, dalam Geotechnical and Environmental Geophysics. I, h. 147. SEG. Tulsa. -------------------