I. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa masih rendahnya kepercayaan atau loyalitas konsumen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi per Kapita per Tahun Buah-Buahan di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

PENDAHULUAN. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

PENDAHULUAN. Setelah peluang pasar diperoleh, baru beranjak ke ketersediaan modal. Dua hal

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sangat mudah untuk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan hortikultura meningkat setiap tahunnya, tetapi hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Buah-buahan dengan

I, PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempakan sektor yang masih menduduki posisi sangat

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang

PELUANG AGRIBISNIS BUAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris masih mengandalkan sektor pertanian

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

1. PENDAHULUAN Kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari kegiatan pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan buah yang tumbuh berkelompok. Tanaman dari famili

I. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

PENDAHULUAN Buah-buahan merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar pada saat ini semakin meningkat sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

BUAH BUAHAN TROPIKA Oleh Prof. Dr Ir Roedhy Poerwanto Departemen Agronomi & Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskanberdasarkanlatarbelakangdanrumusanmasalah, Indonesia mempunyai banyak wilayah yang dapat dijadikan sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu potensi terbesar yang ada di Indonesia. Hal ini tercermin dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pertanian merupakan hal yang sangat

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam menopang kehidupan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Harmonized System (HS). Di pasar internasional, kacang tanah diperdagangkan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. mengandung nilai gizi yang tinggi. Gizi yang tinggi ini merupakan sumber

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Peran penting tersebut antara lain sektor pertanian

PENDAHULUAN. dan banyak penduduk masih bergantung pada sektor ini, sehingga di masa

I. PENDAHULUAN sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin maraknya buah-buahan impor masuk ke pasar dalam negeri menunjukkan bahwa masih rendahnya kepercayaan atau loyalitas konsumen terhadap kualitas buah-buahan lokal. Kondisi ini sejalan dengan perilaku konsumen yang cenderung membeli dan mengkonsumsi buah-buahan segar impor bermerek dibandingkan buah-buahan lokal yang tidak bermerek. Di mata konsumen, sebuah merek menunjukkan keunggulan kualitas suatu produk dan konsumen akan lebih percaya serta merasa aman apabila buah-buahan yang dibelinya bermerek. Dalam kenyataannya, banyak buah-buahan lokal yang tidak kalah baik kualitasnya tetapi belum menggunakan merek dan kondisi ini merupakan peluang bagi pemasaran buah-buahan segar. Buah-buahan segar merupakan komoditas hortikultura Indonesia yang memiliki prospek cerah dan kesempatan besar untuk dapcit dikembangkan sebagai salah satu sumber pertumbuhan perekonomian di sektor pertanian yang cukup potensial dan memiliki daya saing tinggi di pasar domestik maupun intemasional. Peluang pengembangan buah-buahan segar di Indonesia didukung oleh tingkat produksi dalam negeri yang memiliki kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik tahun 2 bahwa produksi buah-buahan segar tropis tahun 1999 mengalami peningkatan sebesar 4,7 persen dari tahun sebelumnya. Data perkembangan tingkat produksi buah-buahan segar dalam kurun waktu iima tahun terakhir tercantum dalam Tabel 1 di bawah ini.

Tabel I. Produksi Buah-Buahan Segar Tropis Tahun 1995-1999 (ribu ton) No. Komoditi Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 1 Alpukat 162,7 143.15 129,95 13,95' 126,lO 2 Mangga 888,96 782,94 1.87,69 6,6 826,84 3 Rambutan 364,4 37,36 295,69 277,88 263,42 4 Duku 143,6 91,47 69,7 92,14 69,87 5 Durian 289.65 267,ll 236,39 21,12 194,36 6 Sawo 68,94 68.56 54,99 46,76 44,56 7 Pepaya 586,8 381,96 36,5 449,95 489,95 8 Pisang.3.85,43 3.23,49 3.57,8 3.176,75 3.375,85 9 Nenas 73,3 51,11 385,78 326,96 316,75 1 Salak 662,55 483,75 525,46 353,25 45,22 11 Jeruk 1.4,63 73,86. 696,42 49,94 449,53 12 Jambu biji 241,4 28,9 16,47 148,46 139,34 Szmiher : Bndnn Pttsnt Slnlislik. 2 Peningkatan produksi buah-buahan tropis sesuai data di atas belum dapat mengimbangi perkembangan permintaan pasar dan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi serta diikuti oleh peningkatan kualitas penduduknya. Peningkatan kualitas penduduk tercermin dari semakin tingginya kesadaran masyarakat akan kebutuhan mengkonsumsi buah untuk memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang bagi kesehatan tubuhnya dan masyarakat memiliki kecenderungan untuk nemilih buah segar bermutu dalam memenuhi preferensinya. Pengembangan komoditas hortikultura bermutu yang dapat memenuhi preferensi konsumen di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai kendala seperti kurang optimalnya peran serta para pelaku agribisnis, kegiatan penelitian yang masih belum fokus dan komprehensif dan kurangnya dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan maupun bantuan dana. Dikeluarkannya SK Menteri Perdagangan RI Nomor 135 tahun 1991 merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah dalam ha1 tata niaga yang memberikan kelonggaran impor buah. Keadaan ini menyebabkan banyak buah-buahan impor beredar di pasar dalam negeri seiring dengan adanya

anggapan konsumen mengenai buah-buahan impor yang memiliki kualitas lebih unggul dengan tingkat harga lebih rendah dibandingkan buah-buahan lokal. Kondisi ini menjadikan komoditas buah-buahan lokal kalah bersaing dalam pasar buah dalam negeri. Untuk pertama kalinya buah-buahan segar impor masuk ke pasar buah dalam negeri dengan mencantumkan merek sebagai identitas dari komoditi maupun identitas rodusennya. Pemberian merek pada suatu produk ditujukan untuk menyamakan persepsi antara produsedpihak pemasar dengan persepsi konsumen. Merek merupakan "duta besar" perusahaadpihak pemasaran dalam berhubungan dengan konsumen, oleh karena itu suatu merek hams dapat dipercaya untuk memberikan jaminan kualitas produk, kontinuitas pengadaan, dan lain-lain. Merek juga dipandang dapat menumbuhkan custonier loyality, meningkatkan nilai produk, menyebarluaskan dan menanamkan identitas perusahaan yang memproduksi produk rersebut (Susanto, 2). Oleh karena iiu, pembeilaii ii~eiek itieiiibeilksii konsekuensi bagi pihak perusahaadpemasar dan konsumen. Dampak pemberian merek bagi pihak pe~~dmadpemasar antara lain adalah terjadinya penambahan biaya akibat penempelan merek, adanya biaya untuk mengadakan supervisi display produk di supermarket, biaya untuk supervisi ketersediaan produk di outlet pemasaran. Merek dipandang sangat efektif untuk membangun keunikan dan melepaskan diri dari comodity trap sehingga pihak produsedpemasar dapat mengendalikan harga di pasar (Joewono, 21). Dampak pemberian merek laimya yang dirasakan pihak konsumen adalah menjadikan harga dari produk bersangkutan menjadi lebih mahal dibandingkan produk lain yang tidak bermerek, tetapi konsumen menjadi lebih mudah dan lebih 3

efisien pada saat memilih produk karena merek dapat memberikan kesan berbeda pada suatu produk meskipun produk tersebut sejenis, selain itu merek juga memberikan jaminan kualitas produk dari produsedpemasar yang meliputi keseragaman rasa, keseragaman ukuran, penampilan fisik buah menarik, higienis serta adanya jaminan ketersediaan produk di otrllet-o71llei pemasaran (Ardianto, 1999). Buah-buahan segar merupakan produk pertanian yang sulit untuk diiklankan, karena keunggulan produknya lebih pada rasa dan wama selain itu juga sifat produknya yang mudah rusak (perishable) dan sulit diharapkan seragam dengan satu standar tertentu (1~ariabiliTy) kecuali melalui proses grading yang baik. Pemberian merek akan membantu pihak produsedpemasar dalam melakukan kegiatan promosi dan periklanannya untuk'"memperkena1kan produknya pada konsumen. Dilakukannya kegiatan promosi dan peridanan tekadap ssu2b2 prorcrduk akan me~berikan dampak peningkatac volume penjualan sehingga memberikan kontribusi keuntungan bagi pihak produsedpemasar. Selain itu, pemberian merek juga akan memudahkan konsumen untuk mengenali produk dan dapat juga dijadikan sebagai sarana untuk membangun loyalitas konsumen terhadap produknya. Berdasarkan data terakhir tahun 1999 mengenai neraca ekspor dan impor buah-buahan segar terlihat bahwa tingkat volume impor (94.672.234 kg) lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat volume ekspomya (86.952.663 kg). Tabel 2 di bawah ini menunjukkan secara lengkap mengenai data perkembangan ekspor dan impor pada setiap jenis buah-buahan segar.

Tabel 2. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor-Impor Buah-buahan Segar Tahun 1999 Kolnoditi Pisang Nenas Manggis Mangga Pepaya Jeruk Apel Rambutan Durian Duku AT3gur Kurma I pear Ekspor Volume (kg) 7.55.785 91.345 4.146.517 482.213 2.61 279.927 15.227 195.793 116.975 464 Nilai (US $) 1.324.48 638.158 3.445.54 47.456 943 72.62 27.542 365.175 15.871 592 Szi~nber : Pusaf Kajian Bua11-bliahnn Tropikn. 2 Impor Volume (kg) 132.659 288 79 39.543 25.1 6.281.618 1.314.126 181.83 193.44 1.332.526 Nilai (US $) 126.96 338 158.863 17.94.756 2.486 2.745.679 2.47.63 1 1 988.747 1 6.33.583 Peningkatan permintaan pasar terhadap buah-buahan segar senantiasa sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan penduduk rata-rata, dan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi dalam ha1 pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral yang diperoleh dari mengkonsumsi buah-buahan segar. Akan tetapi kebiasaan mengkonsumsi buah-buahan segar masyarakat Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan kebiasaan mereka mengkonsumsi jenis makanan lainnya, Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik (1999) terlihat bahwa ratarata konsumsi kalori dan protein dari buah-buahan segar per kapita dalam sehari di daerah perkotaan dan pedesaan hanya sebesar 1,77 persen dari total rata-rata konsumsi kalori dan protein menurut kelompok makanan dan mayoritas tingkat konsumsi buah-buahan terbesar adalah masyarakat dengan tingkat pengeluaran per kapita di atas Rp 5. per bulan.

Adanya peluang pemasaran buah-buahan segar di Indonesia yang masih luas merupakan kesempatan bisnis bagi para distributor buah-buahan dalam negeri, salah satunya yang dilakukan oleh PT. Sew Segar Nusantara (PT. SSN) sebagai salah satu anak perusahaan PT. Greal Giatl/ Pitreapple Co. (PT. GGPC) di Lampung bernaung di bawah Group Gunung Sew, yang ikut bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya. Komoditas buah-buahan yang disalurkan oleh PT. SSN saat ini terbatas pada pisang cmlendish dengan menggunakan merek Sztnpride sebagai hasil rekayasa yang memiliki kualitas unggul dibandingkan dengan pisang jenis lainnya, karena pisang ini memiliki keunggulan tidak mudah busuk, tidak mudah terlepas dari tangkainya, ukurannya seragam, tingkat kematangan pisang dalam satu sisir seragam, memiliki warna dan penampilan luar yang menarik serta rasanya manis. Dengan mengikuti jalur pemasaran yang sudah ada, pengeinbangaz pc=xsa:ax dapzt di!alcdkzx pzdz b,ah jamb2 biji, pepaya dan jeruk lokal. Jambu biji memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, dengan kontribusi sebesar 11 % dari total produksi nasional tahun 1999 dan rata-rata konsumsi,3 kg/kapita di wilayah perkotaan dan,6 kg.kapita di wilayah pedesaan (BPS, 2). Buah ini selain kandungan vitamin C yang tinggi juga memiliki khasiat dapat menyembuhkan penyakit. Jambu biji dalam jumlah yang sedikit (karena ukuran buahnya yang besar) dengan pemberian nilai tambah pada atribut kemasan, penempatan yang menarik dan sebagainya akan menjadikannya sebagai komoditi yang memiliki high value item. Pepaya merupakan buah lokal yang banyak dibudidayakan dengan kontribusi sebesar 6 % dari total produksi nasional pada tahun 1999 dan rata-rata konsumsi,84 kg/kapita di perkotaan dan

,45 kgkapita untuk pedesaan (BPS, 2). Pepaya meiniliki komposisi vitamin dan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti kandungan vitamin C (74 mg), vita~uin aeroshell (45 mg), energi ( 2 KJ), karbohidrat (12.1 gr), zat besi (1 mg), kalium (24 mg), kalsium (34 mg) dan sebagainya. Jemk lokal ada beragam jenisnya yang dapat dibudidayakan, serta memiliki kontribusi sebesar 6 % dari total produksi nasional tahun 1999 dengan rata-rata konsumsi,36 kdkapita di perkotaan dan,14 kglkapita untuk pedesaan. Jemk memiliki kandungan vitamin A, B dan C, mengandung zat besi, kapur, fosfor, hidrat arang, protein dengan kandungan lemak yang rendah yang sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan gizi dan vitamin dalam tubuh, serta memiliki sifat sebagai komoditi yang hm~dy. Pentingnya keberadaan merek pada suatu produk termasuk pada buahbuahan segar merupakan suatu peluang bagi PT. SSN dalam mengembangkan pemasaran bua'n-buahan segar bermerek jenis lainnya. Dengan nemperhatikan tingkat permintaan buah-buahan segar serta preferensi konsumen terhadap komoditas buah-buahan segar berkualitas, yang meliputi atribut-atribut seperti tingkat harga, kemudahan mendapatkan atau cara pengadaamya, pemsahaan dapat mengembangkan pemasaran buah-buahan segar bermerek. Berdasarkan informasi dari hasil survei konsumen mengenai harapan dan preferensi konsumen terhadap buah-buahan segar bermerek dan dengan memperhatikan kekuatan yang dimiliki perusahaan, PT. SSN dapat menyusun strategi pemasaran agar dapat memasarkan komoditas yang sesuai dengan permintaan pasar, dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat melalui kebiasaan mengkonsumsi buah-buahan segar

dan produknya dapat bersaing serta memberikan kontribusi keuntungan bagi pemsahaan. 1.2 Per~imusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dimmuskan permasalahan yang dihadapi PT. SSN adalah sebagai berikut. I) Bagaimana perilaku konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi buah segar bermerek maupun yang tidak bermerek. 2) Bagaimana pengaruh pemberian merek terhadap preferensi konsumen buahbuahan segar. 3) Bagaimana strategi pemasaran yang sudah dijalankan oleh PT. SSN apabila dikaitkan dengan perubahan informasi yang diperoleh dari hasil riset preferensi konsumen. 4) Bagaimana altematif strategi pemasaran buah-buahan segar dengan menggunakan merek yang aican dikembangkan oleh perusahaan. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan permasalahannya, maka tujuan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut. 1) Menganalisis perilaku konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi buah segar bermerek maupun yang tidak bermerek. 2) Menganalisis preferensi konsumen terhadap buah-buahan segar bermerek. 3) Melakukan evaluasi terhadap strategi pemasaran yang sudah dijalankan oleh PT. SSN selama ini. 4) Merekomendasikan altematif strategi pemasaran buah-buahan segar bermerek.

1.4 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan, menganalisa dan mengaplikasikan teori-teori mengenai manajemen khususnya ilmu manajemen pemasaran disamping dapat menambah wawasan mengenai strategi pemasaran buah-buahan segar dengan menggunakan merek. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi berguna bagi perusahaan, sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam kegiatan pengembangan pemasaran buah-buahan segar dengan mencantumkan merek serta memberikan alternatif strategi pemasaran yang lebih baik dan tepat diterapkan berdasarkan hasil riset preferensi konsumen. Manfaat yang diberikan untuk masyarakat umum adalah memberikan gambaran mengenai kondisi pemasaran buah-buahan segar bermerek dalam negeri serta prnspek pengembangannya. 1.5 Ruang Lingkup Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini, maka penelitian hanya difokuskan dan dibatasi pada pengkajian preferensi konsumen terhadap jambu biji, jeruk lokal dan pepaya sebagai buah-buahan segar lokal dengan tingkat produksi tinggi, rata-rata tingkat konsumsi per kapita per tahunnya tinggi, berkualitas ekspor serta memiliki tingkat permintaan tinggi di supermarket dengan high i~aliie ileni (jenis buah-buahan segar yang dalam jumlah sedikit dapat memberikan kontribusi keuntungan lebih besar dengan adanya value added). Analisis lingkungan dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang dijadikan sebagai dasar dalam perumusan matriks 9

TOWS. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi strategi pemasaran buahbuahan segar bagi pihak perusahaan berdasarkan hasil preferensi dan perilaku konsurnen serta didukung oleh mmusan strategi dalam matriks TOWS, adapun implementasi dari strategi pemasaran diserahkan sepenuhnya kepada pihak manajemen perusahaan.