I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan

PERUBAHAN UPACARA ADAT PERKAWINAN PADA MASYARAKAT SUNDA DI PEKON WAY GELANG. Eka Setyo Rini, Ali Imron, Yustina Sri Ekwandari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB II UPACARA PERNIKAHAN ADAT SUNDA

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

I. PENDAHULUAN. salah satu faktor penyebab keinginan manusia untuk hidup. membentuk sebuah komunitas yaitu masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

I. PENDAHULUAN. memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA. A Pelaksanaan Adat Pelangkahan dalam Perkawinan dan Dampaknya Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang dimiliki, kebudayaan merujuk pada berbagai aspek manusia

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu dijadikan tuhan berpasang-pasangan. Begitupun manusia dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan satu sama lain dan tidak bisa hidup sendiri, begitu juga dalam kehidupan manusia yang berlainan jenis kelamin, saling membutuhkan satu sama lain untuk dijadikan teman hidup, melanjutkan keturunan, memenuhi hasrat seksual maka terbentuklah perkawinan. Menurut konsepsi hukum adat: Perkawinan merupakan nilai meneruskan keturunan dan mempertahankan silsilah dan kedudukan sosial, yang bertujuan untuk membangun dan memelihara serta membina hubungan kekerabatan dan martabat keluarga/kerabat yang mengatur proses pemilihan jodoh dan tata cara perkawinan adat (Hadikusuma, 1990:22). Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin yang suci antara pria dan wanita yang melibatkan hubungan seksual, hak pengasuhan anak dan adanya pembagian peran suami istri serta adanya keintiman, komitmen, persahabatan, cinta dan kasih sayang, pemenuhan seksual, pertemanan dan kesempatan untuk pengembangan emosional antara suami dan istri. Perkawinan dalam arti membentuk sebuah keluarga pada kenyataanya membentuk perbedaan dan persamaannya antara suku bangsa satu dan yang lainya. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku di antaranya Suku Sunda yang pada umumnya tinggal di Jawa Barat atau Tatar Sunda. Suku Sunda lebih dikenal

2 dengan sebutan urang Sunda, apabila ia dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya Sunda dan dalam hidupnya menghayati serta mempergunakan normanorma dan nilai budaya Sunda (Ekadjati 1995). Dalam kriteria kedua ini, yang diangggap penting adalah tempat tinggal, kehidupan sosial budaya, dan sikap orangnya. Ditinjau dari sudut kebudayaan, orang Sunda adalah orang atau kelompok yang dibesarkan dalam lingkungan sosial dan budaya Sunda serta dalam hidupnya menghayati dan menggunakan norma-norma dan nilai-nilai budaya Sunda. Dalam konteks ini istilah Sunda juga dikaitkan dengan istilah Kebudayaan Sunda, yaitu kebudayaan yang hidup, tumbuh dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di Tatar Sunda. Dalam tata kehidupan sosial budaya Indonesia di golongkan ke dalam kebudayaan daerah. Di samping memiliki persamaan-persamaan dengan kebudayaan daerah lain kebudayaan Sunda juga memiliki kekhasannya tersendiri yang membedakannya dari kebudayaan lain. Secara umum masyarakat Sunda di kenal dengan masyarakat yang religious. Kecenderungan ini tampak dalam pameo silih asih, silih asah, dan silih asuh (saling menyanyangi, saling mempertajam diri dan saling memlihara dan melindungi), disamping itu Sunda juga memiliki sejumlah budaya lain yang khas seperti kesopanan (handap asor), rendah hati terhadap sesama; penghormatan terhadap orang tua atau kepada orang yang lebih tua, serta menyayangi orang yang lebih kecil (hormat ka nu luhur, nyaah ka nu leutik); membantu orang lain yang membutuhkan dan yang dalam kesusahan (nulung ka nu butuh na lang ka nu susah). Keluarga dalam masyarakat Sunda adalah keluarga parental. Dalam keluarga parental ini ayah bertindak sebagai kepala keluarga dan kedudukannya di warisi

3 oleh anaknya yang laki-laki. Dalam keluarga parental kaum kerabat pihak ayah dan ibu dianggap sama pentingnya dan memiliki hak dan kewajiban yang sama terhadap harta warisan dan anak-anak, maka dalam perkawinan tidak ada larangan untuk kawin dengan anggota kerabat sendiri, kecuali dengan saudara kandung atau kerabat dekat, misalnya dengan pararlel causin, yaitu saudara sepupu yang kedua ayahnya atau ibunya kakak beradik. Sedangkan perkawinan cross causin, yaitu perkawinan dengan saudara sepupu yang ayahnya saudara kandung dengan ibu suaminya/istrinya atau yang ibunya saudara kandung dengan ayah suami/istrinya, dibolehkan bahkan diharapkan. Istilah sepupu dalam Bahasa Sunda di sebut kapi adi atau kapi lanceuk. Perkawinan dengan anggota kerabat sendiri atau cross causin dimaksudkan agar garis keturunan tetap terpilihara. Untuk terlaksananya suatu hubungan antara manusia dalam suatu masyarakat diciptakan norma-norma, seperti: secara, kebiasaan, tatakelakuan dan adat istiadat. Di dalam prosesi pernikahan adat Sunda, ada beberapa ritual yang perlu dipahami maknanya bersama, karena dalam pernikahan atau perkawinan yang ada di Indonesia khususnya adat sunda, memiliki arti yang sakral, baik penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada orang tua. Menurut Harsojo dalam Elis Suryani (2010) bagi masyarakat Sunda, laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Tuhan agar bersatu menjadi loro-loronong atunggal. Dengan perkawinan, laki-laki dan perempuan dipersatukan oleh sang pencipta menjadi satu roh, satu jiwa. Karena filosofi perkawinan bagi masyarakat sunda adalah demikian, maka perceraian tidak boleh dilakukan atau haram hukumnya apabila dilakukan, kecuali kehendak Tuhan atau salah satunya meninggal (Suryani :2010)

4 Tata upacara perkawinan adat Sunda dalam buku Thomas Wiyasa Bratawidjaya yang berjudul Upacara Adat Perkawinan Sunda adalah sebagai berikut: (1) Persiapan sebelum perkawinan a) Adat meminang/ngalamar b) Saserahan c) Ngeuyeuk seureuh d) Siraman e) Midadaren (2) Upacara Perkawinan (3) Akad Nikah (4) Upacara Panggih a) Sungkem b) Saweran c) Nincak endog d) Buka pintu e) Huap lingkup (5) Tahapan Setelah Perkawinan (Bratawidjaya,1990) Pada tahun 1950an banyak transmigrasi swadaya yang dilakukan masyarakat Suku Sunda dari Jawa Barat. Mereka bertransmigrasi ke berbagai daerah, salah satunya Lampung. Masyarakat Suku Sunda dari Jawa Barat yang bertransmigrasi ke Lampung adalah berasal dari Tasikmalaya. Ketika mereka bertransmigrasi dan menetap di Way Gelang dan berinteraksi dengan penduduk asli Pekon Way Gelang yang terdiri dari beragam suku mempengaruhi kebudayaan Sunda yang mereka bawa dari Tanah Sunda. Kebudayaan Sunda adalah semua sistem gagasan, aktivitas dan hasil karya manusia Sunda yang terwujud sebagai hasil interaksi terus menerus antara manusia Sunda sebagai pelaku dan latar tempat dia hidup, dalam rentang waktu yang panjang dan suasana yang bermacam-macam. Kebudayaan Sunda adalah milik masyarakat Sunda yang di peroleh dari hasil proses adaptasi terhadap

5 perubahan-perubahan lingkungan yang terus menerus dalam jangka waktu yang sangat lama. Manusia dan perubahan adalah suatu yang tidak dapat dipisahkan untuk selamanya karena manusia adalah pendukung perubahan itu sendiri. Sudah menjadi sifat dasar manusia yang dinamis dan selalu ingin mengadakan perubahan, perkembangan zaman saat ini membawa manusia pada perubahan yang lebih cepat. Perubahan yang terjadi bisa merupakan kemajuan atau kemunduran. Perubahan yang dimaksud berarti menambah atau mengurangi kewajiban-kewajiban tertentu dalam upacara perkawinan. Ada yang melewati seluruh tata cara tersebut ada juga yang melewati bagian-bagian tertentu saja dari upacara tersebut. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah peneliti lakukan, fakta yang di dapat di lapangan ialah bahwa Suku Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus ini sudah tidak menggunakan perkawinan adat Sunda secara lengkap, beberapa tahap seperti ngeyeuk sereuh, midadaren, sawer, huap lingkup dan buka pintu sudah jarang dilaksanakan. Tahap-tahap tersebut lebih sering ditinggalkan atau tidak dilaksanakan lagi ( Ibu Masnuri, 1 Januari 2015). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui faktor- faktor penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus.

6 B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus. 2. Faktor- faktor penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus. 2. Batasan Masalah Agar masalah dalam penelitian tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu faktor- faktor penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus. 3. Rumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor apa sajakah penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus?.

7 C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus. 2. Kegunaan Penelitian 2.1. Bagi peneliti, menambah wawasan, ilmu pengetahuan, pengalaman dan informasi mengenai faktor-faktor penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus. 2.2. Bagi masyarakat Suku Sunda di Lampung, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi tentang perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus. 2.3. Bagi masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang, penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan bacaan yang mengulas tentang adat perkawinan Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus.

8 3. Ruang Lingkup Penelitian B.3.1 Obyek Penelitian : Faktor- faktor penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus. B.3. 2 Subyek Penelitian : Masyarakat Suku Sunda di Pekon Way Gelang Kota Agung Kabupaten Tanggamus tahun 2015 B.3.3 Tempat Penelitian : Pekon Way Gelang Kota Agung Kabupaten Tanggamus B.3.4 Waktu Peneltian : Tahun 2015 B.3.5 Bidang Ilmu : Antropologi Sosial

9 REFERENSI Hilman Hadikusuma.1990. Hukum Kekerabatan Adat.Jakarta. Fajar Agung. Halaman 22 Edi S. Ekadjati. 1995. Kebudayaan Sunda (Suatu Pndekatan Sejarah). Jakarta: Pustaka Jaya, hal.7-8. Elis Suryani NS.2010. Ragam Pesona Budaya Sunda.Ghalia Indonesia. Bandung Thomas Wiyasa Bratawidjaya.1990. Upacara Perkawinan Adat Sunda. Jakarta.Sinar Harapan