BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan memiliki beberapa alternatif dalam melakukan pendanaan,

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi (Soewardjono, 2005 dalam Yenibra, 2014). Asimetri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana peningkatan dana bagi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan.francis et al. Secara garis besar cost of debt dapat dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Secara historis peranan seorang manajer keuangan mengalami. perkembangan. Semula tugas manajer keuangan hanya sebatas pada proses

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perusahaan tersebut menimbulkan biaya utang bagi perusahaan,

PENGARUH PENGHINDARAN PAJAK DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu cara perusahaan untuk mengembangkan usahanya dapat

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan yield imbal hasil yang di peroleh dari instrumen tersebut. Imbalan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) no.1. sejenis yang rasional. Laporan keuangan ini digunakan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

Accounting Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran pajak dengan cara melakukan manajemen pajak. Suandy, 2011). Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Namun pemisahan ini mengakibatkan keleluasaan manajemen perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. penghindaran pajak oleh perusahaan adalah penggunaan utang. Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

penghindaran pajak (tax avoidance). Penghindaran pajak menjadi aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara global tingkat perkembangan perekonomian semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Political Connection Bukti nyata bahwa Potical Connection mempunyai power dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB I PENDAHULUAN. menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (principal) yang mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa

BAB I PENDAHULUAN. saham, dengan pembagian dividen atau perolehan capital gain (Mahfoedz. dan Naim, 1996 dalam Purbandari, 2008).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan yang begitu pesat antar perusahaan telah mewarnai era globalisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan internal, yaitu dari laba perusahaan saja, tidak akan cukup untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan nasional dan internasional. Untuk mewujudkan perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori a. Teori Agensi (Agency Theory) Teori keagenan dapat dipandang sebagai model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Masalah yang mendasari teori ini adalah konflik kepentingan antara principal dan agent dimana masing-masing pihak memiliki tujuan yang berbeda dalam mengendalikan perusahaan terutama menyangkut bagaimana memaksimalkan kepuasan dan kepentingan dari hasil yang dicapai melalui aktifitas usaha menurut (Suwardjono, 2005). Ketika pemilik yang sekaligus merangkap sebagai manager menjual sebagian sahamnya kepada pihak luar, biaya agensi akan muncul karena adanya perbedaan antara kepentingan manager dengan kepentingan para pemegang saham. Biaya agensi ini muncul karena adanya asimetri informasi dan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Biaya agensi yang timbul diantaranya adalah biaya monitoring yang dilakukan oleh pihak prinsipal. Biaya monitoring ini mencakup 10 10

biaya untuk proses auditing, penganggaran, kontrol, dan sistem kompensasi agen (Jensen dan Meckling, 1976). Adanya biaya agensi menyebabkan pihak manajemen harus dapat mengurangi biaya agensi untuk meningkatkan nilai perusahaan. Salah satu cara untuk mengurangi biaya agensi adalah dengan melakukan pengungkapan informasi perusahaan. Pihak agen diwajibkan memberikan laporan periodik kepada pihak prinsipal tentang kondisi perusahaan yang dijalankannya. Pihak prinsipal akan menilai kinerja agennya melalui laporan keuangan yang disampaikan sehingga laporan keuangan merupakan sarana akuntabilitas manajemen kepada pemiliknya. Dalam hal ini, laporan keuangan merupakan salah satu alat yang pokok untuk mengkomunikasikan informasi keuangan pada pihak-pihak diluar entitas sehingga memungkinkan dilakukannya audit laporan keuangan oleh pihak ketiga sehingga dapat meningkatkan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan oleh manajemen. b. Biaya utang (cost of debt) Biaya utang adalah tingkat pengembalian yang dibutuhkan oleh kreditur saat melakukan pendanaan dalam suatu perusahaan. Fabozzi (2007) dalam Masri (2010) mendefinisikan Biaya Utang (cost of debt) sebagai tingkat pengembalian yang diinginkan kreditur saat memberikan pendanaan kepada perusahaan. Menurut PSAK No. 26 (Revisi 2011), biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lain yang ditanggung entitas sehubungan dengan 11

peminjaman dana. Biaya pinjaman meliputi antara lain bunga atas penggunaaan dana pinjaman baik pinjaman jangka panjang maupun jangka pendek, amortisasi atas biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti konsultan, ahli hukum, commitment fee, dan selisih kurs atas pinjaman dalam valuta asing (sepanjang selisih kurs tersebut merupakan penyesuaian terhadap biaya bunga) atau amortisasi premi kontrak valuta berjangka panjang dalam rangka hedging dana yang dipinjam dalam valuta asing. Graham dan Tucker (2006, dalam Masri dan Martani 2012) menunjukan bahwa kegiatan pajak yang disukai seperti tax shelters dan tax avoidance adalah pengganti dari penggunaan utang. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan menggunakan utang lebih kecil ketika mereka terlibat dalam perencanaan pajak. Sifat substitusi ini juga dipengaruhi oleh penentuan struktur modal perusahaan, apakah perusahaan melakukan pendanaan yang berasal dari modal sendiri yaitu modal saham dan laba ditahan atau dari pihak eksternal yaitu utang. c. Penghindaran Pajak (tax avoidance) Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah cara meminimalisasi besarnya pembayaran pajak yang masih dalam batas ketentuan perundang-undangan perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama melalui perencanaan pajak (Robert H. Anderson dalam Lumbantoruan 2008). Tax avoidance merupakan pengaturan transaksi dalam rangka memperoleh 12

keuntungan, manfaat, atau pengurangan pajak dengan cara yang tidak diinginkan (unintended) oleh peraturan perpajakan (Brown, 2012). Tucker (2006) dan Lim (2010) yang menyatakan bahwa upaya untuk memperkecil pajak seperti perlindungan pajak (tax avoidance) merupakan substitusi dari penggunaan utang. Perusahaan lebih menggunakan penghindaran pajak (tax avoidance) untuk meminimalkan pajak yang akan disetorkan kepada negara dibandingkan meningkatkan penggunaan hutang sehingga itu akan meningkatkan financial slack, mengurangi biaya dan risiko kebangkrutan, meningkatkan kualitas kredit karena penggunaan utang yang tidak tinggi, maka dampaknya akan mengurangi cost of debt. d. Corporate Governance Pasal 1 Surat Keputusan Menetri BUMN No. 117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN menyatakan bahwa Corporate governance adalah salah satu proses struktur yang digunakan oleh organisasi BUMN untuk mengikat keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001), Good Corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, 13

karyawan serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka Nugroho (2014). Menurut Rahmawati (2015), penerapan good corporate governance diharapkan dapat meningkatkan pengawasan terhadap manajemen untuk pengambilan keputusan yang efektif, mencegah tindakan oportunistik yang tidak sejalan dengan kepentingan perusahaan, dan mengurangi asimetri informasi antara pihak eksekutif dan peran pemegang saham perusahaan. Pengukuran penerapan corporate gofernance oleh perusahaan dapat diukur dengan beberapa indikator diantaranya komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komite audit. Rebecca (2012) menyatakan bahwa kualitas dari praktek corporate governance suatu perusahaan dapat mengurangi biaya utang yang diterima oleh perusahaan tersebut. Selain itu, penerapan corporate governance juga dianggap mampu meningkatkan pengawasan terhadap manajemen untuk mendorong pengambilan keputusan yang efektif, mencegah tindakan oportunistik yang tidak sesuai dengan kepentingan perusahaan dan mengurangi asimetri informasi antara pihak manajemen, shareholder, dan kreditur. 1. Dewan Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, bebas dari hubungan 14

bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak sematamata demi kepentingan perusahaan. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good governance. Proporsi Komposisi Komisaris Independen merupakan rasio antara jumlah komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau tidak berasal dari pihak yang terafiliasi terhadap total dewan komisaris perusahaan (Prasojo, 2011). Dewan komisaris independen yang lebih banyak dalam Dewan Komisaris secara umum mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen, sehingga mempengaruhi kemungkinan kecurangan dalam menyajikan laporan keuangan yang dilakukan manajemen (Chtourou et al., 2001; dalam Juniarti dan Sentosa, 2009). Dengan adanya Dewan Komisaris Independen dalam struktur organisasi, perusahaan dapat menyediakan laporan keuangan yang lebih memiliki integritas sehingga kreditor pun dapat melihat kinerja perusahaan tersebut dan yang akhirnya mempengaruhi biaya utang atau tingkat return yang ditetapkan oleh kreditor. 2. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan perwujudan dari prinsip transparasi dari CG yang baik, mengelola perusahaan manajemen harus transparan agar tidak terjadi konflik kepentingan dengan para 15

pemegang saham sebagai pemilik. Manajemen yang memiliki saham perusahaan tentunya akan menselaraskan kepentingannya dengan kepentingan sebagai pemegang saham. Sementara itu manajer yang tidak memiliki saham perusahaan, ada kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Dengan adanya Kepemilikan Manajerial dalam suatu perusahaan maka manajer akan lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan hutang. Untuk itu manajer menekan jumlah hutang untuk memperkecil risiko yang mungkin akan terjadi yang juga akan berdampak pada keputusan kreditor dalam menentukan tingkat return yang ditetapkan. Semakin kecil risiko yang dimiliki perusahaan maka kreditor memiliki tingkat keyakinan yang semakin tinggi yang mana hal tersebut mempengaruhi tingkat return yang akan ditetapkan. Keinginan untuk meningkatkan kinerja perusahaan tersebut membuat manajemen akan berusaha untuk mewujudkannya sehingga membuat risiko perusahaan semakin kecil di mata kreditor dan akhirnya kreditor hanya meminta return yang kecil (Juniarti dan Sentosa, 2009). Semakin besar Kepemilikan Manajer, maka semakin kecil biaya hutang perusahaan karena manajer akan merasakan dampak dari risiko perusahaan. Menurut Lafond dan Rouchowdhury (2007), indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial merupakan 16

persentase kepemilikan saham perusahaan atau manejemen oleh direktur perusahaan dibandingkan dengan jumlah saham perusahaan yang beredar secara keseluruhan. 3. Kepemilikan Institusional Juniarti dan Sentosa (2009), kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional, seperti pemerintah, perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, institusi luar negri, dana perwalian serta instistusi lainnya. Dengan adanya kepemilikan institusional, monitoring yang efektif terhadap pihak manajemen dapat dilakukan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Sejalan dengan meningkatnya kinerja perusahaan maka risiko yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil sehingga kreditor dapat memberikan return yang lebih rendah atas sejumlah dana yang dipinjamkan kepada perusahaan. Selain itu dengan semakin tingginya tingkat kepemilikan institusional, terdapat monitoring yang efektif yang dilakukan terhadap manajemen oleh pihak investor institusional yang dapat menyebabkan penggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai salah satu alat monitoring biaya keagenan sudah diambil alih oleh investor institusional (Yeniatie dan Destriana, 2010). 17

4. Komite Audit Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No.IX.1.5 menyatakan bahwa komite audit sekurang-kurangnya harus terdiri dari 1 (satu) orang komisaris independen yang bertindak sebagai ketua komite didalam perusahaan yang dipilih juga secara independen yang mempunyai kapabilitas dan kompetensi dalam bidang akuntansi dan keuangan, dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari luar perusahaan publik yang independen. B. Penelitian Terdahulu No Penelitian Judul Hasil 1. Rahmawati Pengaruh Penghindaran Penghindaran pajak (2015) Pajak dan Good berpengaruh positif tidak Corporate Governance signifikan terhadap biaya terhadap Biaya Utang utang. (Studi Empiris Komisaris Independen Perusahaan Manufaktur berpengaruh positif tidak yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2013) signifikan terhadap biaya utang. Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap biaya utang. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap biaya utang. Komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya 2 Nancy Yunita (2012) Pengaruh Corporate Governance, voluntary Discloser terhadap Biaya Hutang utang. Komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya utang. Kepemilikan manajerial 18

3 Yulia Rebecca (2012) 4 Indah Masri dan Dwi Martani (2012) 5 Dwi Ricky Nugroho (2014) Pengaruh corporate governanceindex, kepemilikan keluarga dan kepemilikan institusional terhadap biaya utang (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI) Pengaruh Tax Avoidance terhadap cost of debt Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Biaya Utang tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya hutang. Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap biaya hutang. Kualitas audit berpengaruh signifikan negatif trhadap biaya hutang. Tingkat Voluntary disclosuretidak berpengaruh signifikan terhadap biaya hutang. Corporate Governance index berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya utang. Kepemilikan keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya utang. kepemilikan institusional berpengaruh signifikan negatif terhadap biaya utang. Tax Avoidance berpengaruh positif signifikan terhadap cost of debt. Komisaris Independen berpengaruh positif signifikan terhadap biaya hutang. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya hutang. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya hutang. Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan 19

6 Elsa Marceliana dan Anna Purwaningsih (2014) 7 Graham dan Tucker (2006) 8 Bhojraj dan Sengupta (2003) 9 Anderson, Mansi, dan Reeb(2003) 10 Piot dan Missonier- Pierra (2007) Pengaruh Tax Avoidance terhadap Cost of Debt pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012 Tax shelters and corporate debt policy Effect of Corporate Governance on Bond Ratings and Yields: The Role of Institutional Investors and Outside Directors Board Characteristics, Accounting Report Integrity, and the Cost of Debt Corporate Governance, Audit Quality, and The Cost of Debt Financing of Frech Listed Companies. terhadap biaya hutang. Tax Avoidance berpengaruh positif terhadap cost of debt. Tax Avoidance berpengaruh negatif terhadap biaya utang (cost of debt) Mekanisme corporate governance berpengaruh negatif terhadap biaya utang. kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap biaya hutang komisaris independen berpengaruh negatif terhadap biaya hutang. Dewan direksi tidak berpengaruh terhadap menurunnya biaya utang. Karakteristik komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya utang. Dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap biaya utang. Direksi independen berpengaruh signifikan terhadap biaya utang. kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap biaya hutang. C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan penjelasan di atas penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel 20

dependen berupa biaya hutang. Sedangkan variabel independen berupa penghindaran pajak, proporsi komisaris indepenen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komite audit. Perusahaan memiliki beberapa alternatif dalam melakukan pendanaan, dimana salah satunya adalah dengan menggunakan hutang. Hutang merupakan salah satu cara memperoleh dana dari pihak eksternal yaitu kreditor. Dana yang diberikan oleh kreditur dalam hal pendanaan terhadap perusahaan tersebut menimbulkan biaya hutang bagi perusahaan, dimana biaya hutang (cost of debt) merupakan tingkat bunga yang diterima oleh kreditor sebagai tingkat pengembalian yang diisyaratkan. Perusahaan yang menggunakan utang memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak berutang karena adanya tax shield (pengurangan pajak) yang dapat menghemat pembayaran pajak (Modigliani dan Miller, 1958 dalam Masri, 2012). Oleh karena itu perusahaan lebih menggunakan penghindaran pajak (tax avoidance) untuk meminimalkan pajak yang akan disetorkan kepada negara dibandingkan meningkatkan penggunaan hutang sehingga itu akan meningkatkan financial slack, mengurangi biaya dan risiko kebangkrutan, meningkatkan kualitas kredit karena penggunaan utang yang tidak tinggi, yang dampaknya akan mengurangi cost of debt. Menurut penelitian Rahmawati (2015), tax avoidance tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of debt perusahaan. Hasil penelitian itu berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Masri dan Martani (2012) dan 21

Marcelliana dan Purwaningsih (2014) yang menunjukan bahwa tax avoidance berpengaruh positif signifikan terhadap biaya utang (cost of debt). Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang melakukan tax avoidance, dipandang kreditur sebagai tindakan yang mengandung resiko, sehingga justru meningkatkan cost of debt. Hasil penelitian itu juga berbeda dengan penelitian Graham dan Tucker (2006) dan Lim (2010) yang menyatakan bahwa upaya untuk memperkecil pajak seperti perlindungan pajak (tax avoidance) merupakan substitusi dari penggunaan utang. Perusahaan lebih menggunakan penghindaran pajak (tax avoidance) untuk meminimalkan pajak yang akan disetorkan kepada negara dibandingkan meningkatkan penggunaan hutang sehingga itu akan meningkatkan financial slack, mengurangi biaya dan risiko kebangkrutan, meningkatkan kualitas kredit karena penggunaan utang yang tidak tinggi, maka dampaknya akan mengurangi cost of debt. Biaya utang juga dapat dipengaruhi oleh corporate governance yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Rahmawati (2015), penerapan good corporate governance diharapkan dapat meningkatkan pengawasan terhadap manajemen untuk pengambilan keputusan yang efektif, mencegah tindakan oportunistik yang tidak sejalan dengan kepentingan perusahaan, dan mengurangi asimetri informasi antara pihak eksekutif dan peran pemegang saham perusahaan. Pengukuran penerapan corporate governance oleh perusahaan dapat diukur dengan beberapa indikator diantaranya komisaris 22

independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komite audit. Rebecca (2012) menyatakan bahwa kualitas dari praktek corporate governance suatu perusahaan dapat mengurangi biaya utang yang diterima oleh perusahaan tersebut. Selain itu, penerapan corporate governance juga dianggap mampu meningkatkan pengawasan terhadap manajemen untuk mendorong pengambilan keputusan yang efektif, mencegah tindakan oportunistik yang tidak sesuai dengan kepentingan perusahaan dan mengurangi asimetri informasi antara pihak manajemen, shareholder, dan kreditur. Bhojraj dan Sengupta (2003)menekankan bahwa mekanisme corporate governance memiliki pengaruh negatif terhadap biaya utang perusahaan yang diukur dari peringkat obligasi dan yield obligasi. Chen dan Jian (2006) juga menyatakan bahwa struktur corporate governance yang sehat merupakan salah satu indikator penting yang sangat dipertimbangkan oleh kreditur ketika menentukan risk premium perusahaan. Menurut Rahmawati (2015), menyatakan bahwa komisaris indepenen tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya utang (cost of debt) perusahaan. Hal ini memberikan bukti bahwa selama periode pengamatan ada kecenderungan semakin besar rasio komisaris independen maka tidak berpengaruh terhadap biaya utang (cost of debt) yang akan dibayarkan oleh suatu perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nancy Yunita (2012) dan juniarti (2009) yang membuktikan 23

bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of debt dan voluntary discosure. Hasil penelitian itu berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nugroho (2014) yang menunjukan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap biaya utang. Sedangkan penelitian yang dilakukan Anderson, Mansi, dan Reeb(2003) menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap biaya hutang (cost of debt). Menurut penelitian Rahmawati (2015), kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of debt perusahaan. Itu berarti bahwa semakin besar saham dari kepemilikan manajerial perusahaan tidak akan berpengaruh cost of debt disuatu perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Juniarti (2009), Yunita (2012) dan Nugroho (2014) yang menunjukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap biaya utang (cost of debt). Kepemilikan manajerial yang tinggi dapat mengurangi konflik antara prinsipal dan agen. Adanya kepemilikan saham manjerial dalam suatu perusahaan akan mendorong penyatuan kepentingan antara agen dan prinsipal sehingga manajer akan bertindak sesuai dengan yang diharapkan pemegang saham (Jansen dan Mackling, 1976). Bhojrat dan sengupta (2003), Piot dan Missonier-Pierra (2007), Roberts dan Yuan (2009) menemukan bukti yang kuat bahwa kepemilikan institusional dapat mengurangi biaya utang perusahaan yang diukur dengan bond yeild. Yeniatie dan Destriana (2010) menunjukan kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya utang (cost of 24

debt). Penelitian itu sejalan dengan penelitian Rebecca (2012). Berbeda dengan penelitian Rahmawati (2015) yang menunjukan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya utang (cost of debt). Penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2012) menunjukan komite audit berpengaruh signifikan terhadap cost of debt. KAP yang masuk dalam kelompok The Big Four akan lebih dipercayai kualitasnya dibandingkan dengan KAP non The Big Four. Hasil penelitian yang dilakukan Rahmawati (2015) menunjukan komite audit berpengaruh negatif terhadap cost of debt. Pada penelitian Piot dan Missioner-Piera (2007) dengan menggunakan Good Corporate Governance dan kualitas audit yang diukur dengan reputasi auditor dan keberadaan komite audit, meneliti pengaruh GCG dan kualitas audit terhadap biaya utang yang terjadi pada perusahaan yang listing di Prancis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa GCG yang diproksikan ke dalam dewan direksi dan direksi independen berpengaruh signifikan terhadap biaya utang. Sedangkan untuk komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya utang. Sebaliknya pada penelitian Anderson, dkk (2004) yang meneliti karakteristik dewan direksi dan komite audit terhadap biaya utang menunjukkan hasil berbeda. Penelitian ini menyatakan bahwa karaktersitik dewan direksi tidak berpengaruh terhadap menurunnya biaya utang. Sedangkan untuk karakteristik komite audit yang diproksikan ke dalam keberadaan komite audit, ukuran komite audit dan jumlah pertemuan berpengaruh negatif signifikan terhadap menurunnya biaya utang perusahaan. Berikut ini kerangka pemikiran teoritis penelitiannya : 25

Penghindaran Pajak (X1) Komisaris Independen (X2) H1 (-) Kepemilikan Manajerial (X3) H2 (+) H3 (-) Biaya Utang (Y) Kepemilikan Institusional (X4) H4 (-) Komite Audit (X5) H5 (-) D. Hipotesis 1. Hubungan penghindaran pajak dengan biaya utang Perusahaan selalu mengupayakan tingkat laba yang tinggi. Banyak beban yang dapat mengurangi tingkat laba yang diharapkan, salah satunya adalah pembayaran pajak. Salah satu upaya perusahaan dalam mengurangi jumlah beban pajak adalah dengan penghindaran pajak (tax avoidance). Tax Avoidance sengaja dilakukan perusahaan dalam rangka memperkecil tingkat pembayaran pajak yang harus dilakukan perusahaan. Menurut (Lombantoruan, 1996 dalam Suandy, 2013) Untuk memperkecil pajak yang harus dibayarkan, maka perusahaan melakukan manajemen pajak. Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban dengan benar tapi dengan jumlah yang dapat ditekan serendah mungkin untuk mencapai laba dan likuiditas yang diharapkan. 26

Perencanaan pajak (tax planning) adalah salah satu bentuk manajemen pajak yang dapat dilakukan. Penghindara pajak (tax avoidance) merupakan salah satu perencanaan pajak yang diperbolehkan untuk mengurangi beban pajak. Perusahaan yang melakukan penghindaran pajak (tax avoidance), dipandang risiko, sehingga justru meningkatkan biaya utang (cost of debt) (Masri dan Martani,2012). Penelitian yang membahas tentang tax avoidance berpengaruh negatif terhadap cost of debt, yaitu Graham dan Tucker (2006) dan Lim (2010) yang menyatakan bahwa upaya untuk memperkecil pajak seperti perlindungan pajak (tax avoidance) merupakan substitusi dari penggunaan utang. Perusahaan lebih menggunakan penghindaran pajak (tax avoidance) untuk meminimalkan pajak yang akan disetorkan kepada negara dibandingkan meningkatkan penggunaan hutang sehingga itu akan meningkatkan financial slack, mengurangi biaya dan risiko kebangkrutan, meningkatkan kualitas kredit karena penggunaan utang yang tidak tinggi, maka dampaknya akan mengurangi cost of debt. Tax Avoidance dapat dilihat dari berbagai proksi. Penelitian ini menggunakan ETR sebagai proksi Tax Avoidance. ETR memiliki hubungan yang terbalik dengan Tax Avoidance. ETR didefinisikan sebagai ratio dari pajak yang dibayarkan perusahaan berdasarkan total pendapatan sebelum pajak penghasilan akuntansi, sehingga dapat diketahui seberapa besar presentase perubahan membayar pajak 27

sebenarnya terhadap laba komersial yang diperoleh perusahaan (Xing dan Shunjun, 2007 dalam Hanum, 2013). Semakin tinggi nilai ETR perusahaan, menandakan semakin rendah tax avoidance dan semakin kecil Cost of Debt perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Penghindaran pajak yang diproksikan dengan ETR berpengaruh negatif terhadap biaya utang. 2. Hubungan Komisaris Independen dengan biaya utang Dewan komisaris independen yang lebih banyak dalam dewan komisaris secara umum mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen, sehingga mempengaruhi kemungkinan kecurangan dalam menyajikan laporan keuangan yang dilakukan manajemen (Chtourou et al., 2001; dalam Juniarti dan Sentosa, 2009). Dengan adanya dewan komisaris independen dalam struktur organisasi, perusahaan dapat menyediakan laporan keuangan yang lebih memiliki integritas sehingga kreditor pun dapat melihat kinerja perusahaan tersebut dan yang akhirnya mempengaruhi biaya hutang atau tingkat return yang ditetapkan oleh kreditor. Penelitian yang dilakukan Nugroho (2014) yang menunjukan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap biaya utang. 28

Berdasarka penjelasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 : Komisaris independen berpengaruh positif terhadap biaya utang. 3. Hubungan Kepemilikan Manajerial dengan biaya utang Dengan adanya kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka manajer akan lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan hutang. Untuk itu manajer menekan jumlah hutang untuk memperkecil risiko yang mungkin akan terjadi yang juga akan berdampak pada keputusan kreditor dalam menentukan tingkat return yang ditetapkan. Semakin kecil risiko yang dimiliki perusahaan maka kreditor memiliki tingkat keyakinan yang semakin tinggi yang mana hal tersebut mempengaruhi tingkat return yang akan ditetapkan. Semakin besar kepemilikan manajer, maka semakin kecil biaya hutang perusahaan karena manajer akan merasakan dampak dari risiko perusahaan (Yunita, 2012). Menurut penelitian Rahmawati (2015), kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of debt perusahaan. Itu berarti bahwa semakin besar saham dari kepemilikan manajerial perusahaan tidak akan berpengaruh cost of debt disuatu perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Juniarti (2009), Yunita (2012) dan Nugroho (2014) yang menunjukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap biaya utang (cost of debt). Kepemilikan 29

manajerial yang tinggi dapat mengurangi konflik antara prinsipal dan agen. Adanya kepemilikan saham manjerial dalam suatu perusahaan akan mendorong penyatuan kepentingan antara agen dan prinsipal sehingga manajer akan bertindak sesuai dengan yang diharapkan pemegang saham (Jansen dan Mackling, 1976). Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H3 : kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap biaya utang. 4. Hubungan Kepemilikan Institusional dengan biaya utang Dengan adanya kepemilikan institusional, monitoring yang efektif terhadap pihak manajemen dapat dilakukansehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Sejalan dengan meningkatnya kinerja perusahaan maka risiko yangdimiliki perusahaan juga akan semakin kecil sehingga kreditor dapat memberikan return yang lebih rendah atassejumlah dana yang dipinjamkan kepada perusahaan. Selain itu dengan semakin tingginya tingkat kepemilikaninstitusional, terdapat monitoring yang efektif yang dilakukan terhadap manajemen oleh pihak investor institusional yang dapat menyebabkan penggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai salah satu alat monitoring biayakeagenan sudah diambil alih oleh investor institusional (Yeniatie dan Destriana, 2010). 30

Bhojrat dan sengupta (2003), Piot dan Missonier-Pierra (2007), Roberts dan Yuan (2009) menemukan bukti yang kuat bahwa kepemilikan institusional dapat mengurangi biaya utang perusahaan yang diukur dengan bond yeild. Yeniatie dan Destriana (2010) menunjukan kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya utang (cost of debt). Penelitian itu sejalan dengan penelitian Rebecca (2012). Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H4 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kecurangan biaya utang. 5. Hubungan Komite Audit dengan biaya hutang Penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2012) menunjukan komite audit berpengaruh signifikan terhadap cost of debt. KAP yang masuk dalam kelompok The Big Four akan lebih dipercayai kualitasnya dibandingkan dengan KAP non The Big Four. Hasil penelitian yang dilakukan Rahmawati (2015) menunjukan komite audit berpengaruh negatif terhadap cost of debt. Pada penelitian Piot dan Missioner-Piera (2007) dengan menggunakan Good Corporate Governance dan kualitas audit yang diukur dengan reputasi auditor dan keberadaan komite audit, meneliti pengaruh GCG dan kualitas audit terhadap biaya utang yang terjadi pada perusahaan yang listing di Prancis. Hasil penelitian ini 31

menunjukkan bahwa GCG yang diproksikan ke dalam dewan direksi dan direksi independen berpengaruh signifikan terhadap biaya utang. Sedangkan untuk komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya utang. Sebaliknya pada penelitian Anderson, dkk (2004) yang meneliti karakteristik dewan direksi dan komite audit terhadap biaya utang menunjukkan hasil berbeda. Penelitian ini menyatakan bahwa karakterstik dewan direksi tidak berpengaruh terhadap menurunnya biaya utang. Sedangkan untuk karakteristik komite audit yang diproksikan ke dalam keberadaan komite audit, ukuran komite audit dan jumlah pertemuan berpengaruh negatif signifikan terhadap menurunnya biaya utang perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapar dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H5 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap biaya utang. 32