PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 1 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah berkembangnya cara dan macam pemasangan reklame di Kabupaten Daerah Tingkat II Badung sebagai akibat semakin berkembangnya dunia usaha yang dibarengi teknologi yang semakin canggih maka dipandang perlu meninjau kembali ketentuan Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 33/DPRD-GR/1969 tentang Pajak Reklame dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 9 Tahun 1980 tentang Perubahan Pertama Kali Peraturan Daerah Tingkat II Badung Nomor 33/DPRD-GR/1969 tentang Pajak Reklame; b. bahwa Pajak Reklame merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah sendiri yang cukup potensial untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan maupun Pembangunan di Kabupaten Daerah Tingkat II Badung; c. bahwa dipandang perlu menetapkan Pajak Reklame tersebut dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037);
2 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah - Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655). 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1958 tentang Perimbangan Keuangan Antara Negara dan Daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 77 ); 4. Undang-Undang Nomor 11 DRT Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 56 ); 5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1850 ); 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1974 tentang Bentuk-Bentuk Peraturan Daerah; 7. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 4 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II Badung.
3 Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG TENTANG PAJAK REKLAME. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung b. Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung c. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. d. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. e. Dispenda adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. f. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. g. Pajak Reklame adalah Pajak yang dipungut atas penyelenggaraan Reklame.
4 h. Reklame adalah benda, alat atau perbuatan yang menurut bentuk, susunan dan/atau corak ragamnya, dengan maksud untuk mencari keuntungan (Sales Promotion) dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan sesuatu barang, jasa atau seseorang ataupun untuk menarik perhatian umum atas suatu barang, jasa atau seseorang yang ditempatkan atau yang dilihat, dibaca dan didengar dari sesuatu tempat oleh umum. i. Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disingkat SPT adalah Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan data obyek dan wajib pajak sebagai dasar perhitungan dan pembayaran pajak yang terhutang menurut ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. j. Nota Pajak adalah perhitungan besarnya pajak yang terhutang, berfungsi sebagai Surat Kuasa untuk menyetor Pajak. k. Surat Ketetapan Pajak yang selanjutnya disingkat SKP adalah Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan secara jabatan. l. Surat Ketetapan Pajak Tambahan adalah Surat Keputusan yang menambah jumlah pajak yang telah ditetapkan. m. Surat Tagihan pajak yang selanjutnya disebut STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi berupa denda administrasi. BAB II OBYEK PAJAK Pasal 2 Obyek Pajak adalah Penyelenggaraan Reklame.
5 Pasal 3 Jenis Reklame terdiri dari : a. Reklame Papan adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kayu, kertas, plastik, fiberglass, kaca, batu, logam atau bahan lain yang sejenis dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri sendiri) atau dengan cara digantungkan atau ditempelkan pada benda lain. b. Reklame Kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, plastik, karet atau bahan sejenis dengan itu. c. Reklame Bersinar adalah Reklame yang membuat tulisan atau gambaran yang terdiri atau dibentuk dari lampu pijar atau alat penyinar lain yang memberikan sinar pada malam hari. d. Reklame Film atau Slide reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan Klise berupa kaca film ataupun bahan-bahan lain yang sejenis dengan itu, sebagai alat untuk diproyeksikan dan/atau diperagakan pada layar atau benda lain atau dipancarkan melalui Pesawat Televisi. e. Reklame Suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan menggunakan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantara alat atau pesawat apapun. f. Reklame Kendaraan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara ditempelkan atau ditempatkan pada kendaraan. g. Reklame Peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan/atau tanpa disertai suara. h. Reklame Tempel (Stiker) adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas diselenggarakan dengan cara disebarkan, ditempelkan atau dipasang pada benda lain dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 cm perlembar.
6 i. Reklame Selebaran adalah Reklame yang disebarkan diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan untuk tidak ditempelkan, diletakkan pada benda lain. j. Reklame Udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, pesawat atau alat lain yang sejenis. Pasal 4 Dikecualikan dari Obyek Pajak : a. Reklame yang diadakan oleh atau untuk keperluan Negara atau Pemerintah Daerah. b. Pengumuman yang diadakan untuk memenuhi ketentuan dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. c. Tulisan atau benda-benda yang dipasang semata-mata untuk menjamin keselamatan umum. d. Tulisan atau benda-benda yang dipasang berkenaan dengan Pemilihan Umum yang diselenggarakan berkenaan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. e. Tulisan-tulisan, tanda-tanda dan lain sebagainya yang dipasang berkenaan dengan adanya Konperensi, Kongres, Rapat/Pertemuan Partai atau Organisasi-Organisasi, Usaha-usaha sosial dan lainlainnya semata-mata tidak mencari keuntungan dengan batas waktu tertentu sedangkan undangan dengan batas waktu tertentu sedangkan untuk waktu selebihnya dari jangka waktu yang telah ditetapkan tadi, pemasangan selanjutnya dianggap sebagai pemasangan reklame biasa. f. Reklame yang ditempatkan pada suatu kendaraan yang berasal dari daerah lain dan berada di daerah tujuan tidak lebih dari 7 hari.
7 BAB III WAJIB PAJAK Pasal 5 (1) Wajib Pajak adalah orang atau badan hukum/lembaga yang menyelenggarakan reklame. (2) Yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak reklame adalah : a. Untuk perorangan adalah orang yang menyelenggarakan reklame atau kuasanya. b. Untuk badan hukum/lembaga adalah pengurus atau kuasanya. BAB IV PERIJINAN Pasal 6 (1) Setiap penyelenggara reklame harus mendapat ijin terlebih dahulu dari Kepala Daerah. (2) Untuk mendapat ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, penyelenggara harus mengajukan permohonan kepada Kepala Daerah dengan mengisi formulir yang telah disediakan. (3) Tata cara dan persyaratan permohonan ijin ditetapkan oleh Kepala Daerah. (4) Apabila penyelenggaraan Reklame dilakukan tanpa ijin dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
8 Pasal 7 (1) Ijin yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) diberikan untuk suatu masa yang tertentu dan jika perlu dengan mencantumkan didalamnya perjanjian-perjanjian yang berkaitan dengan syarat-syarat Keindahan, Ketertiban, Keamanan dan Kesusilaan serta Keselamatan umum. (2) Bagi reklame selebaran sebelum diedarkan terlebih dahulu harus dicap/perporasi oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pasal 8 Permohonan ijin yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) ditolak apabila reklame yang akan diadakan menurut pertimbangan Kepala Daerah akan merugikan keindahan atau akan mengganggu ketertiban, keamanan, kesusilaan atau keselamatan umum. Pasal 9 Ijin yang dimaksud dalam pasal 6 menjadi tidak berlaku lagi : a. Apabila pada reklame yang telah mendapat ijin untuk dipasang ternyata ada perubahan dengan tanpa ijin dari Kepala Daerah. b. Apabila syarat-syarat yang dimaksud pasal 7 dan pasal 13 Peraturan Daerah ini tidak dipenuhi. c. Dalam keadaan luar biasa atas permohonan dari pemegang ijin.
9 BAB V DASAR PERHITUNGAN DAN BESARNYA TARIF Pasal 10 Untuk menghitung Pajak Reklame didasarkan atas jenis reklame, waktu penyelenggaraan luas, ketinggian dan lokasi. Pasal 11 (1) Jenis Reklame adalah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 Peraturan Daerah ini. (2) Waktu penyelenggaraan reklame dibagi dalam kelompok: a. Harian b. Mingguan c. Bulanan d. Tahunan (3) Luas reklame ditetapkan dalam M2 (Meter Persegi), Lembar, Roll, Satuan, Siaran, Peragaan dengan pembulatan apabila terdapat pecahan. (4) Untuk Reklame yang bentuk medianya sedemikian rupa sehingga sulit untuk diukur, maka luas media reklame dihitung 50 cm dari batas naskah (tulisan, gambar atau sejenisnya) paling tinggi dan paling bawah serta paling jauh baik sebelah kiri maupun sebelah kanan, kemudian dari batas-batas tersebut dibuat garis empat persegi sehingga mencakup seluruh naskah (tulisan, gambar dan sejenisnya). (5) Ketinggian ditetapkan dalam M (meter). (6) Lokasi yang ditetapkan berdasarkan klasifikasi jalan sebagai berikut : a. Jalan Protokol (Klas Utama) b. Jalan Ekonomi (Klas Satu) c. Jalan Lingkungan (Kals Dua).
10 Pasal 12 (1) Besarnya tarif Pajak Reklame ditetapkan dalam lampiran Peraturan Daerah ini yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. (2) Jenis Reklame Papan, Papan bercahaya, Reklame Merk bercahaya apabila dipasang pada Gedung atau benda yang mempergunakan suatu alat lainnya pada ketinggian 10 meter sampai dengan maksimal 20 meter dari permukaan tanah dikenakan tambahan pajak 50% (Lima Puluh Persen) Pasal 13 (1) Kepala Daerah menetapkan nama-nama jalan yang termasuk Jalan Protokol, Ekonomi dan Lingkungan untuk wilayahnya dengan Surat Keputusan. (2) Apabila suatu reklame berhubung dengan letaknya dapat digolongkan lebih dari satu klasifikasi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini reklamenya digolongan kelas jalan yang tarifnya paling tinggi. (3) Untuk suatu reklame yang mempunyai lebih dari satu sifat atau macam reklame yang mempunyai lebih dari suatu sifat atau macam reklame dikenakan pajak sesuai dengan tarif yang paling tinggi. BAB VI TATA CARA MEMASANG REKLAME Pasal 14 (1) Setiap orang, Badan Hukum/Lembaga yang akan memasang, menempatkan, membunyikan reklame harus mengajukan
11 permohonan ijin kepada Kepala Daerah/Petugas yang ditunjuk dengan mengisi blanko yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. (2) Kepala Daerah berhak meminta kepada pemohon ijin agar memperlihatkan alat reklame yang akan dipergunakan. (3) Pemohon ijin reklame yang mempergunakan tanah milik perorangan agar melampirkan surat pernyataan tidak keberatan/kontrak sewa menyewa dari pemilik tanah dimana reklame tersebut dipasang. (4) Pemasangan reklame diatas tanah negara dan atau tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah, maka kepada pemohon ijin diwajibkan membayar retribusi sebesar 25% dari jumlah pajak reklame atas penggunaan tanah tersebut. (5) Setiap pemilik tanah yang tanahnya disewa untuk tempat pemasangan reklame dikenakan retribusi sebesar 25% dari nilai sewa tanah untuk selanjutnya disetor ke Kas Daerah. Pasal 15 (1) Kepala Daerah dapat menarik ijin reklame, bila reklame tersebut dirubah tanpa ijin Kepala Daerah. (2) Setiap Perubahan bentuk, gambar reklame harus mendapat ijin dari Kepala Daerah. Pasal 16 (1) Dilarang memasang reklame, menempatkan, menyebarkan, membunyikan reklame dalam Wilayah Daerah. (2) Larangan yang dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) tidak berlaku untuk pasal 4.
12 BAB VII MASA PAJAK DAN SURAT PEMBERITAHUAN Pasal 17 Masa pajak reklame berlaku sesuai dengan masa yang tercantum dalam surat ijin penyelenggaraan reklame. Pasal 18 (1) Setiap wajib pajak, wajib mengisi SPT. (2) SPT sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini harus diisi dengan jelas, besar dan lengkap serta ditanda tangani serta disampaikan tepat pada waktunya. Pasal 19 (1) SPT sebagaimana dimaksud pasal 18 ayat (1) harus memuat antara lain : a. Nama dan alamat wajib pajak; b. Jenis reklame yang akan diselenggarakan; c. Lamanya Penyelenggaraan; d. Luas dan Ketinggian; e. Lokasi (2) Bentuk dan isi SPT sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah.
13 (3) Kepala Daerah dapat diwajibkan pemohon ijin untuk menyerahkan jaminan untuk biaya pembongkaran reklame yang ijinnya sudah habis. BAB VIII KETENTUAN PAJAK Pasal 20 (1) Berdasarkan SPT sebagaimana dimaksud pasal 18 ayat (1) pajak ditetapkan dengan menerbitkan SKP. (2) Dalam hal SPT tidak disampaikan sebagaimana mestinya maka diterbitkan SKP secara jabatan. (3) Ketetapan pajak sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini dikenakan tambahan pajak sebesar 25% dari pokok pajak. (4) Bentuk dan isi SKP dan SKP Tambahan ditetapkan oleh Kepala Daerah. Pasal 21 (1) Jika ternyata pajak kurang dibayar sebagai akibat pengisian SPT yang salah, maka pajak yang kurang dibayar ditagih dengan tagihan susulan dengan menerbitkan STP sebelum lewat 3 (tiga) tahun dari awal masa pajak terhutang. (2) Ketetapkan pajak yang ditetapkan menurut ayat (1) pasal ini, dikenakan tambahan sebesar 100% (seratus persen) dari pajak yang kurang dibayar. (3) Kepala Daerah berwenang mengurangkan atau membatalkan baik untuk seluruhnya maupun sebagian tambahan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan (3) pasal ini berdasarkan kekhilapan atau kelalaian yang tidak disengaja.
14 BAB IX TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN Pasal 22 (1) Pembayaran Pajak dilakukan dimuka/sebelum ijin dikeluarkan. (2) Ijin penyelenggaraan reklame diterbitkan setelah pajak reklame dibayar lunas. Pasal 23 Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau ditempat lain yang ditentukan oleh Kepala Daerah. Pasal 24 (1) STP diterbitkan apabila : a. Wajib pajak dikenakan sanksi berupa denda administrasi atau bunga. b. Dari hasil pemeriksaan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung. (2) Bentuk dan isi STP ditentukan oleh Kepala Daerah. Pasal 25 (1) SPT, SKP, SKP Tambahan dan STP merupakan dasar penagihan pajak. (2) Tata cara pelaksanaan penagihan pajak diatur oleh Kepala Daerah.
15 Pasal 26 Tata cara penghapusan piutang pajak dan penetapan besarnya penghapusan pajak diatur oleh Kepala Daerah. Pasal 27 Jumlah pajak dan denda yang tercantum dalam SKP, SKP Tambahan dan STP dapat ditagih dengan Surat Paksa. BAB X KEBERATAN DAN BANDING Pasal 28 (1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Kepala Daerah atas SKP, SKP tambahan dan STP dalam waktu 30 (Tiga puluh) hari. (2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak surat keberatan diterima harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan. (3) Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan tidak ada jawaban atau keputusan dari Kepala Daerah, maka keberatan pajak dianggap diterima. (4) Kewajiban untuk membayar pajak tidak tertunda dengan diajukan surat keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini. Pasal 29 Apabila Kepala Daerah menolak keberatan pajak yang diajukan wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (2) wajib pajak dapat memohon banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak dalam jangka
16 waktu 3 (tiga) bulan setelah keputusan tersebut diterima menurut cara yang ditentukan dalam Peraturan Majelis Pertimbangan Pajak. BAB XI KERINGANAN DAN PEMBEBASAN Pasal 30 (1) Kepala Daerah dapat memberikan keringanan dan pembebasan terhadap pembayaran pajak reklame (2) Tata cara pemberian keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diatur oleh Kepala Daerah. BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 31 (1) Barang siapa yang melanggar Peraturan ini diancam Pidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah). (2) Tindak Pidana yang dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. (3) Kepala Daerah dapat membongkar reklame yang dipasang tanpa ijin dan atau reklame yang dipasang tidak sesuai dengan ijin yang telah diberikan tanpa ada ganti rugi kepada pemasang.
17 BAB XIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 32 (1) Selain Pejabat Penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah ini dapat dilakukan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan Pemerintah Kabupaten Dati II Badung yang Pengangkatannya ditetapkan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan para penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindakan pidana. b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan. c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat. e. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka. f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. g. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan perkara. h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui
18 penyidik memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum tersangka atau keluarganya. i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB XIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 33 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 33/DPRD-GR/1969 tentang Pajak Reklame dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 9 Tahun 1980 tentang Perubahan Pertama Kali Peraturan Daerah Tingkat II Badung Nomor 33/DPRD-GR/1969 tentang Pajak Reklame dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 34 Hal-hal yang memerlukan pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan Daerah ini dilaksanakan dengan keputusan Kepala Daerah. Pasal 35 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.
19 Denpasar, 21 Januari 1994 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG KETUA, TTD BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG TTD I KETUT GARGA I G.B. ALIT PUTRA Disahkan Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 973.510.61-741 26 Oktober 1994 Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Direktur Pembinaan Pemerintahan Daerah ttd. Drs. H. OMAN SACHRONI NIP. 010054135 Diundangkan Dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. Nomor : 80 Tanggal : 4-11-1994 Seri : A Nomor : 1 Sekretaris Wilayah/Daerah Tingkat II Badung TTD Drs. Ida Bagus Yudara Pidada Pembina Utama Muda Nip. 010045843
20 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 1 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK REKLAME I. UMUM Sejalan dengan pesatnya perkembangan cara dan macam pemasangan reklame di Kabupaten Daerah Tingkat II Badung sebagai akibat dari berkembangnya dunia usaha yang dibarengi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 33/DPRD-GR/1969 tentang Pajak Reklame dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 9 Tahun 1980 tentang Perubahan Pertama Kali Peraturan Daerah Nomor 33/DPRD-GR/1969 tentang Pajak Reklame, sudah tidak sesuai dengan perkembangan dewasa ini. Untuk itu dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah yang baru tentang Pajak Reklame, sehingga semua pemasangan Reklame di Kabupaten Daerah Tingkat II Badung disesuaikan dengan alam Bali terlebih-lebih saat ini Kabupaten Daerah Tingkat II Badung sedang giat-giatnya menjadikan Kabupaten Daerah Tingkat II Badung yang Bali yaitu Bersih, Aman, Lestari dan Indah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 samapi 3 : Cukup Jelas Pasal 4 huruf a,b,d,f : Cukup Jelas Pasal 4 huruf c Perkataan semata-mata untuk menjamin keselamatan umum dimaksudkan Pemasangan Reklame yang berkenaan untuk kepentingan keselamatan umum tanpa disertai tulisan, benda, alat yang sejenisnya sebagaimana Reklame yang dipasang oleh sponsor, apabila disertai dengan gambar, benda, alat sejenisnya kepada sponsor dikenakan Pajak Reklame 25% dari tarif yang berlaku untuk itu.
21 Pasal 4 huruf e tulisan-tulisan, tanda-tanda dan lain sebagainya yang dipasang dengan adanya Konprensi, Kongres, Rapat/Pertemuan Partai atau Organisasi, usaha untuk sosial dan lainnya semata-mata tidak mencari keuntungan dengan batas batas waktu tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dikenakan Pajak Reklame sedangkan untuk selebihnya dikenakan Pajak Reklame. Tetapi apabila tulisan-tulisan, tanda-tanda dan sebagainya yang dipasang berkenaan adanya Konperensi, Kongres, Rapat/Pertemuan Partai atau Organisasi-organisasi, Usaha-usaha Sosial dan lain-lain yang dipasang menyertakan Sponsor maka dikenakan Pajak 25% dari tarif yang berlaku untuk itu. Pasal 5 sampai dengan pasal 14 cukup jelas. Pasal 15 ayat (4) Pemasangan Reklame diatas tanah negara dan diatas tanah negara yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah maka kepada pemohon ijin diwajibkan membayar retribusi sebesar 25% dari jumlah Pajak Reklame atas penggunaan tanah tersebut. Pasal 16 sampai dengan pasal 18 : Cukup Jelas Pasal 19 ayat (1) dan (2) : Cukup Jelas Pasal 19 ayat (3) Jaminan ini dikenakan kepada pemegang ijin yang kontruksi reklamenya sedemikian rupa sehingga sulit untuk dibongkar dan jika dibongkar memerlukan biaya tinggi, Jaminan ini akan dipergunakan untuk biaya pembongkaran reklame yang ijinnya sudah habis dan tidak dibongkar oleh yang bersangkutan jika reklame dibongkar oleh pemegang ijin, maka jaminan dikembalikan kepada pemegang ijin. Besarnya uang jaminan akan ditentukan oleh tim sesuai dengan kontruksi reklame tersebut. Pasal 19 sampai dengan Pasal 35 : Cukup Jelas