BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No 7

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan sistem syari ah di Indonesia. Kini bank syari ah yang tadinya

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. syariah merupakan implementasi dari pemahaman umat Islam terhadap prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. orang (Tambunan, 2013). Sedangkan menurut sebuah tulisan di harian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan

BAB I PENDAHULUAN. Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang semakin kompleks tentunya membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks negara berembang, sistim perekonomian negara sering kali

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kita mengamati banyaknya perubahan yang cepat dan melanda

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

BAB I PENDAHULUAN. syariah dipengaruhi oleh karakteristik dari kedua tipe bank konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan. Koperasi di Indonesia berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa perusahaan. Salah satu usaha yang mungkin saat ini menarik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB I PENDAHULUAN. Bank maupun Lembaga Keuangan Non Bank. jelas. Sistem operasionalnya menggunakan syariah islam,hanya produk dan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat guna menunjang jalannya proses pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi pasar bebas tahun 2015 dimana berbagai

BAB I PENDAHULUAN. koperasi di indonesia merupakan bagian dari bagian usaha nasional secara keseluruhan. Koperasi

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS-BMT Ummat

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS) atau yang biasa juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank seperti koperasi simpan

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesejahteraan ekonomi dari masyarakat juga berkembang.pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. makmur maka ketiga sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara signifikan pada akhir-akhir ini, baik itu lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan koperasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Baitul mal wa

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

KINERJA LEMBAGA KEUANGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA. Dian Indah Cahyani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AAS Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu elemen

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana kegiatannya berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun. anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. kecil dan menengah sehingga akan meningkatkan permodalan. sistem informasi yang diterapkan dalam kegiatan oprasionalnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju seperti negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang berkekurangan dana disebut bank. Tahun 1999

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa Koperasi merupakan badan usaha seperti badan usaha lainnya yang perlu dikelola secara profesional yang nantinya akan menghasilkan suatu keuntungan untuk anggotanya, selanjutnya Koperasi bukan kumpulan modal melainkan kumpulan orang seorang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama yang bekerja berdasarkan prinsip Koperasi. Kesamaan yang terlihat antara Koperasi dengan badan usaha lainnya yaitu sama-sama bertujuan untuk memperoleh laba, akan tetapi Koperasi memiliki ciri yang sangat khas yaitu anggota Koperasi memiliki dual identity, sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan atau pengguna jasa. Identitas ganda inilah yang menjadi kekuatan Koperasi. Anggota sebagai pemilik diharapkan dapat memberi kontribusi pada Koperasi baik berupa modal, pelaksanaan program ataupun pengawasan demi kemajuan suatu Koperasi. Peran anggota sebagai pelanggan dapat memanfaatkan berbagai pelayanan usaha Koperasi. Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Koperasi ini dapat diterapkan untuk pendirian Baitul Maal Wattamwil, karena dilatarbelakangi bahwa kedua lembaga tersebut samasama berdiri dalam rangka memperjuangkan kepentingan rakyat golongan bawah. Sedangkan Baitul Maal Wattamwil merupakan sebuah lembaga keuangan mikro yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam hal ini adalah anggotanya dengan berlandaskan pada prinsip syariah. Dalam bentuk badan hukumnya pun Baitul Maal Wattamwil merupakan sebuah

2 Koperasi. Sehingga dalam organisasi sama halnya seperti Koperasi hanya saja Baitul Maal Watamwil bergerak dalam usaha jasa keuangan syariah. Koperasi Baitul Maal Wattamwil pada awalnya berdiri sebagai lembaga ekonomi rakyat yang membantu masyarakat yang kekurangan. Kegiatan utama yang dilakukan dalam Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini adalah pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama mengenai bantuan permodalan. Untuk melancarkan usaha pembiayaan (financing) tersebut, Koperasi Baitul Maal Wattamwil berupaya menghimpun dana sebanyak-banyaknya yang berasal dari masyarakat lokal disekitarnya. Sebagai lembaga keuangan syariah, Koperasi Baitul Maal Wattamwil harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mampu tumbuh dan berkembang. Baitul Maal Wattamwil merupakan sebuah lembaga nonbank yang berbentuk Koperasi berbasis syariah. Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini berusaha memberikan bantuan dana kepada pedagang maupun usaha mikro yang masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan kredit dari bank. Walaupun dana yang dipinjamkan masih berskala kecil, cukup membantu karena pembayarannya bisa diangsur tanpa memberatkan anggotanya. Keberadaan Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini mampu berkontribusi sebagai salah satu lembaga pembiayaan untuk usaha mikro melalui pinjaman tanpa menggunakan bunga atau riba, sehingga masyarakat kecil dapat meningkatkan usahanya dalam berbagai bidang tanpa takut dengan bunga yang tinggi. Dengan berdirinya Koperasi Baitul Maal Wattamwil akan memberikan kemudahan pelayanan jasa semi perbankan, terutama bagi pengusaha atau pedagang golongan ekonomi lemah sehingga akan mampu menggali potensi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan serta mengembangkan perekonomian di Indonesia. Upaya meningkatkan profesionalisme membawa Koperasi Baitul Maal Wattamwil kepada berbagai inovasi kegiatan usaha dan produk usaha. Keberadaan Koperasi Baitul Maal Wattamwil diharapkan mampu mempunyai efek yang sangat kuat dalam menjalankan misi dan dapat mengurangi ketergantungan pengusaha kecil dari lembaga-lembaga keuangan informal yang

3 bunganya relatif terlalu tinggi. Pemberian pembiayaan diharapkan dapat memajukan ekonomi pengusaha kecil. Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia. Kehadiran Baitul Maal Wattamwil muncul disaat umat islam mengharapkan adanya lembaga keuangan yeng berbasis syariah dan bebas dari unsur riba yang dinyatakan haram. Jati diri Koperasi Baitul Maal Wattamwil yang paling pokok adalah identitas dan ciri keislamannya. Secara historis, pendirian dan perkembangan gerakan Koperasi Baitul Maal Wattamwil selalu berkaitan dengan nilai-nilai islam dan respon atas kondisi umat islam. Para penggiat pun berupaya mengedepankan berbagai identitas keislaman dalam operasionalisasi Koperasi Baitul Maal Wattamwil, termasuk dalam proses dan kinerja sebagai badan usaha yang melaksanakan prinsip-prinsip syariah. Secara penamaan, lembaga beserta produkproduknya, mengesankan citra islami. Konsekuensi logis dari semua itu, Baitul Maal wattamwil harus bertanggungjawab untuk istiqamah terhadap citra diri yang demikian. Tidak saja kepada stakeholder yang bersifat sosiologis, melainkan juga bertanggung jawab kepada Allah Subhanahu wa ta ala. Kehadiran Koperasi Baitul Maal Wattamwil muncul disaat umat islam mengharapkan adanya lembaga keuangan yeng berbasis syariah. Eksistensi lembaga keuangan syariah sejenis Koperasi Baitul Maal Wattamwil, jelas memiliki arti penting bagi pembangunan ekonomi berwawasan syariah terutama dalam memberikan solusi bagi pemberdayaan usaha kecil dan menengah serta menjadi inti kekuatan ekonomi yang berbasis kerakyatan dan sekaligus menjadi penyangga utama sistem perekonomian nasional. Dilihat secara konsepsi, Koperasi Baitul Maal Wattamwil merupakan suatu lembaga yang eksistensinya sangat dibutuhkan masyarakat terutama kalangan mikro. Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini belakangan sangat popular dikalangan masyarakat mengingat dengan tumbuh semangatnya umat islam untuk mencari sebuah model ekonomi pasca krisis tahun 1997. Dengan kemunculannya Koperasi

4 No Nama BMT Baitul Maal Wattamwil ini bertujuan untuk memberdayakan dan memajukan perekonomian masyarakat. Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Indonesia sampai saat ini telah mencapai jumlah jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia dan tampil sebagai pendorong intermediasi usaha kecil (mikro). Perkembangan ini dibuktikan dengan jumlah Koperasi Baitul Maal Wattamwil yang dikembangkan sampai kepelosok Indonesia. Sejak pertama kali Koperasi Baitul Maal Wattamwil pada tahun 1990 diperkenalkan, hanya ada beberapa puluh unit saja, dan pada saat ini jumlah Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Indonesia sudah lebih dari 5.500 (Asosiasi BMT Indonesia/Absindo, 2012). Mengingat mayoritas anggota dan nasabahnya adalah pelaku usaha berskala mikro, yang selama ini tidak diperhitungkan oleh perbankan sebagai target nasabah yang menjanjikan. Masyarakat pun melalui BMT mulai belajar mengakumulasikan modal bagi peningkatan kapasitas bisnis, atau pembuatan bisnis baru. Berikut data mengenai perkembangan Koperasi Banitul Mall Wattamwil (Modal, SHU, dan Omset) tahun 2009-2010, sebagai berikut : Tabel 1.1 Data Perkembangan KBMT Tahun 2009-2010 Modal SHU Omset Perkembangan 2009 2010 2009 2010 2009 2010 Modal SHU Omset Juta Rupiah % 1 BMT A 54.746 78.055 11.010.000 12.462.000 29.279 43.052 42,58 13,19 47,04 2 BMT B 54.563 53.553 790.272 884.333 50.521 51.657-1,85 11,90 2,25 3 BMT C 81.586 54.000 344.524 487.014 64.398 68.867-33,81 41,36 6,94 4 BMT D 282.575 184.281 483.876 1.785.757 55.634 36.070-34,79 269,05-35,17 5 BMT E 126.358 119.428 150.960 227.612 4.448 15.313-5,48 50,78 244,27 6 BMT F 552.279 536.330 138.447 232.122 349.722 22.979-2,89 67,66-93,43 Sumber : Laporan keuangan KBMT

5 Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat terlihat bahwa perkembangan Koperasi Baitul Mall Wattamwil di wilayah Bandung Raya belum berada pada kategori yang berhasil karena hanya beberapa koperasi saja yang mengalami perkembangan yang positif pada koperasinya. Begitu pula perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil khususnya di wilayah Bandung Raya mengalami penurunan dalam perkembangannya yang cukup drastis, sampai tahun 2012 yang terdaftar pada Dinas Koperasi sekitar 54 Koperasi tetapi kini jumlah Koperasi yang masi aktif dalam usahanya hanya 31 saja. Dengan adanya jumlah penurunan tersebut menjadi salah satu indikasi tidak berkembangnya Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya, Koperasi dapat berkembang merupakan tujuan yang diinginkan oleh seluruh anggota dan pelaku kegiatan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Menurut Alfred Hanel Keberhasilan Koperasi dapat terlihat dari tiga komponen yaitu sebagai berikut : 1. Business Succes Yaitu keberhasilan dari suatu Koperasi yang dapat dilihat dari usaha Koperasi itu sendiri seperti sejauh mana Koperasi dikelola secara efisien dalam rangka mencapai tujuan-tujuan sebagai suatu lembaga (ekonomi usaha) yang mandiri. 2. Member Succes Efisiensi yang berorientasi pada anggota, yaitu pelayanan yang bersifat menunjang anggota, yaitu pelayanan yang bersifat menunjang dari perusahaan Koperasi, dalam hal ini kepentingan dan tujuan para anggota. 3. Development Succes Berkaitan dengan dampak secara langsung atau tidak langsung yang ditimbulkan oleh usaha Koperasi sehingga kontribusi Koperasi terhadap pencapaian tujuan-tujuan pembangunan pemerintah.

6 Menurut Ropke (2003:70) keberhasilan sebuah Koperasi dipengaruhi oleh: 1. Faktor internal yang terdiri dari : a. Pengelola (Pengurus dan manajer) b. Pelayanan c. Partisipasi anggota d. Permodalan 2. Faktor eksternal yang terdiri dari : a. Iklim usaha (persaingan) b. Kebijakan pemerintah dan perkembangan teknologi. Dari teori menurut Menurut Bernhard Limbong (2010:99) tingkat keberhasilan Koperasi dilihat dari tiga faktor utama 1) partisipasi anggota, partisipasi anggota adalah pelaksanaan kewajiban dan hak sebagai anggota. Kewajiban anggota adalah penyetoran simpanan pokok, simpanan wajib, dan atau simpanan dari sisa hasil usaha (SHU) sebagai modal kerja. Sedangkan pemanfaatan jasa pelayanan adalah hak sekaligus kewajiban. 2) Profesionalisme manajeman, manajemen disini menyangkut perencanaan bisnis, pengawasan dan pengendalian, hingga evaluasi dan pengendalian keuangan. Mutu manajemen Koperasi sangat ditentukan oleh kapasitas organisasi dan leadership Koperasi, mutu tenaga profesional, ketepatan memilih strategi bisnis, penetrasi pasar, jaringan yang dibangun, pemanfaatan IPTEK, serta riset dan informasi. 3) Faktor yang berasal dari luar, faktor dari luar yang berpengaruh adalah peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah atau kebijakan pemerintah terkait kebijakan dibidang ekonomi. Seperti usaha, UU pajak, UU perbankan, dan lain-lain. UU penanaman modal, UU persaingan Pengurus sebagai pengelola Koperasi Baitul Maal Wattamwil harus mampu memberikan dorongan agar dapat menarik anggota untuk ikut serta dalam pengembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Untuk menarik minat seseorang agar menjadi anggota Koperasi Baitul Maal Wattamwil upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pelayanan yang baik bagi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam segala bidang. Semua

7 hal tersebut akan dapat baik dengan adanya prestasi dan hasil kerja yang baik dari pengurus, dan partisipasi anggota. Dengan kata lain motor penggerak bagi usaha Koperasi Baitul Maal Wattamwil adalah ditangan pengurus. Sehingga dibutuhkan orang-orang yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang luas dalam bidang Koperasi dan dalam hal kemasyarakatan. Kemampuan manajerial pengurus diukur dari proses mempengaruhi, pengambilan keputusan, komunikasi, dan inovatif. Peran pemerintah diukur dari upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan, bimbingan dan kemudahan. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Partisipasi Anggota dan Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya. 1.2 Rumusan Masalah Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil dipengaruhi oleh banyak faktor, namun dalam penelitian ini penulis mengambil faktor partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus yang mempengaruhi perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Adapun rumusan masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya? 2. Bagaimana pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya? 3. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya?

8 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh partisipasi anggota terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya. 2. Pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya. 3. Pengaruh partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya. 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Dengan penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan serta dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal yang sejenis. b. Memberikan sumbangan pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan bagi Prodi Pendidikan Ekonomi pada khususnya, dan Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis serta Universitas Pendidikan Indonesia pada umumnya. c. Memberikan masukan dan diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.