BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara ), hlm. 35. Multidimensional, hlm 1

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR KEPUSTAKAAN. Achmadi, Idiologi Pendidikan Islam;Paradigma humanisme Teosentris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak bisa terlepas dari hidup bermasyarakat karena, hanya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nusantara ini kemungkinan juga berkembang dari keterampilan suku-suku

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

APLIKASI NILAI-NILAI LUHUR PENCAK SILAT SARANA MEMBENTUK MORALITAS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

2 Jepang, Belgia, dan Prancis, pada setiap cabang mempunyai satu atau lebih dari satu rayon sebagai tempat pelatihan bagi siswa, setiap rayon mempunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB IV BELA DIRI. 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan ilmu beladiri warisan budaya nenek moyang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. Salah satu wacana yang menarik dalam studi globalisasi adalah hipotesis tentang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2010), hlm

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa

2015 D AMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT TAD JIMALELA TERHAD AP KEBUGARAN JASMANI D AN PERILAKU SOSIAL SISWA SMP NEGERI 1 CILEUNYI

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus, pemuda harus dibina dan dipersiapkan sebaik baiknya untuk

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembentukan watak atau karakter (character building), yang mencakup sikap

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

PENDAHULUAN. Pencak silat telah kita akui sebagai cabang olahraga tradisional, warisan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. jauh lebih banyak dan lebih komplek dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beladiri pencak silat merupakan warisan kebudayaan beladiri asli bangsa Indonesia, 1 yang patut dibanggakan dan dikembangkan sebagai aset budaya bangsa. Sebagai sebuah budaya, pencak silat mengandung beraneka ragam nilai yang membentuk suatu kaedah yang khas, sehingga tidak kalah menarik dibandingkan dengan berbagai beladiri yang berasal dari negara lain seperti Karate, Kempo, Judo dan Taekwondo. Sekilas pencak silat memang seperti pendidikan olahraga pada umumnya yang mengutamakan kegiatan dan kekuatan fisik saja, namun apabila diteliti dan dikaji secara mendalam ternyata pencak silat juga bersangkut paut dengan berbagai aspek kehidupan manusia baik sebagai individu maupun masyarakat, hal ini seperti yang ditegaskan Eddy M. Nalapraya. 2 Pernyataan senada juga diungkapkan pada sambutan Henri Chambert-Loir, direktor Ecole Francaise D Extreme-Orient, pada buku yang sama, bahwa pencak silat bersangkut paut dengan olahraga, seni, kehidupan ruhani, pendidikan dan dengan kesatuan masyarakat. 3 Sehingga pendidikan pencak silat tidak lagi bersifat ketrampilan saja, melainkan bertujuan untuk membentuk kualitas kepribadian manusia. 4 1 Definisi pencak silat selengkapnya di buat oleh pengurus besar IPSI bersama BAKIN pada tahun 1975, sebagai berikut: pencak adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk mempertahankan eksistensi (kemandirian dan integritas manunggalnya) terhadap lingkungan hidup untuk mencapai keselarasan hidup guna peningkatan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam Sucipto, Materi Pokok Pencak Silat, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2009 ), hlm. 1.20. 2 Beliau adalah ketua umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI),, mengemukakan bahwa pencak silat memiliki wajah yang multidimensi, karena mengandung tidak hanya aspek olahraga, beladiri, seni tetapi juga sejarah, sosial dan kemasyarakatan. dalam O ong Maryono Pencak Silat Merentang Waktu,(Yogyakarta: Galang Press, 2000), hlm. xii. 3 O ong Maryono, Pencak Silat, hlm. xvi. 4 O ong Maryono, Pencak Silat, hlm. 51. 1

Pada perkembangan selanjutnya, latihan beladiri merupakan sarana yang ampuh untuk pembinaan mental spiritual, terutama untuk mewujudkan budi pekerti yang luhur. Pencak silat telah menunjukkan jati dirinya dan telah terbukti membentuk kepribadian yang kokoh bagi para pengikutnya. Penerapan pencak silat yang dilaksanakan dalam dunia pendidikan yang dimulai dari tingkat dasar akan sangat membantu dalam membentuk kader bangsa yang berjiwa patriotik, berkepribadian luhur, disiplin dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 5 Para pendekar dan guru pencak silat dengan tekun memberi ajaran keagamaan, etika moral kepada anak didiknya agar menjadi manusia yang ideal yang memiliki sifat takwa, tanggap dan tangguh, yang mampu mengendalikan diri dan berusaha mewujudkan sebuah masyarakat yang damai dan sejahtera amar makruf nahi mungkar dan beriman kepada Tuhan. Selain hal tersebut di atas pencak silat juga mencetak insan yang berprikemanusiaan, jujur, berbudi pekerti luhur, tidak takabur dan peka terhadap penderitaan orang lain, nilai-nilai inilah yang harus dimiliki seorang pendekar. 6 Indonesia memiliki beraneka ragam aliran pencak silat yang berkembang selama berabad-abad, dan tiap aliran ini bercabang-cabang lagi menjadi banyak perguruan. Salah satu aliran yang masih berkembang di Indonesia adalah PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate), aliran pencak silat ini didirikan oleh Ki HadjarHarjo Oetomo tahun 1922 di Pilangbango Madiun. PSHT mengandung lima aspek ajaran yaitu persaudaraan, olahraga, beladiri, seni dan kerohanian atau spiritual. Aspek persaudaraan akan dapat membantu seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat, aspek olahraga dan beladiri akan membantu seseorang untuk mendapatkan kesehatan jasmani, semangat dan pemberani, aspek seni berkaitan dengan estetika, hal ini dapat membuat jiwa menjadi indah, sedangkan aspek spiritual dapat meningkatkan religiusitas. Jadi setiap aspek yang terkandung pada pencak silat sangat penting artinya untuk melengkapi upaya pembentukan karakter generasi muda yang memiliki budi pekerti luhur tahu benar dan salah. 5 Sucipto, Materi, hlm. 1.21. 6 O ong Maryono, Pencak Silat, hlm. 114. 2

Akan tetapi, yang menjadi permasalahannya, banyak anggota beladiri pencak silat PSHT yang belum bisa menjadi manusia sesuai dengan tujuan di atas, yaitu menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur tahu salah. Hal ini dilihat dari belum mampunya anggota PSHT memanifestasikan budi pekerti luhur dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dalam hubungan sosial kemasyarakatan, PSHT masih sering konflik dengan aliran pencak silat lainnya. Data menyebutkan kurun waktu lima tahun terahir telah terjadi benturan dan konflik sosial di Madiun sebagai tempat dilahirkannyapsht. Diantaranya, pada tanggal 13 Februari 2006 bertempat di Padepokan SH Winongo, Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun telah dilaksanakan Suran Agung, saat konvoi selesai kegiatan Suran Agung rombongan dari cabang Ngawi yang berjumlah 30 orang dihadang oleh 10 anggota warga PSHT sehingga terjadi perkelahian massal yang mengakibatkan 7 orang mengalami luka parah. Tanggal 16 Februari 2007 di Padepokan PSHT Kota Madiun telah dilaksanakan pengesahan warga baru, setelah selesai pengesahan mengadakan konvoi dan dihadang oleh sekelompok orang yang tidak dikenal dan terjadi perkelahian sehingga menimbulkan 4 orang korban luka parah. Tanggal 10 Januari 2008 di Makam Hardjo Utomo Kelurahan Pilangbango Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun dan makam Imam Supangat Kelurahan Taman Kota Madiun telah dilaksanakan tabur bunga oleh PSHT, kemudian terjadi gangguan Keamanan dan ketertiban masyarakat. 7 Terakhir tanggal 14 November 2011 terjadi bentrokan dengan anggota pencak silat IKS di kawasan hutan Sukodadi Kecamatan Kabuh kabupaten Jombang. 8 Menurut C. Dayat, hal ini dikarenakan anggota kurang mengasah diri dalam mengembangkan ajaran PSHT. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya proses yang panjang dan penuh perjuangan dalam memahami ajaran PSHT. Sedangkan menurut Zen Muhammad, anggota PSHT harus menanamkan nilai-nilai ahlakul karimah dalam kehidupan bermasyarakat. Dari temuan di atas dapat dihasilkan, bahwa anggota PSHT harus memahami secara komprehensif ajaran panca dasar PSHT, serta mampu menerapkan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga nantinya PSHT akan 7 Binter korem 081/Djs, Optimalisasi Peran Binter Korem 081/Dsj Dalam Rangka Mewujudkan Rasa Aman Dan Nyaman, Dalam http://korem081madiun.com diakses tanggal 30 Maret 2012 8 Yusuf Wibisono, Pasca Penyerangan Pesilat Kera Sakti Anggota Sh Terate Juga Ada Yang Terluka, Dalam Http://Beritajatim.Com diakses tanggal 30 Maret 2012. 3

semakin berkembang dan mengantarkan kepada tujuan mulia, yaitu membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, tahu benar dan salah serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan memahami dan melaksanakan ajaran panca dasar PSHT tersebut anggota PSHT akan mendapatkan manfaat yang sangat besar dalam membentuk pribadi-pribadi yang tangguh dan siap menghadapi segala sesuatu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama. Aspek persaudaraan diharapkan akan membantu seseorang untuk hidup bermasyarakat, aspek olahraga dan beladiri akan membantu seseorang untuk mendapatkan kesehatan jasmani, semangat dan pemberani, aspek seni berkaitan dengan estetika, hal ini bisa membuat jiwa menjadi indah sedangkan aspek spiritual dapat meningkatkan religiusitas. Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui bagaimana cara penerapan disiplin pada anggota, baik penyampaian teknik beladiri pada latihan, maupun proses penanaman nilai-nilai luhur melalui pelaksanaan ajaran panca dasar bela diri pencak silat di UKM PSHT Komisariat IAIN Walisongo Semarang yang mempunyai peranan penting pada pembentukan watak dan kepribadian anggota. Untuk itu peneliti tertarik untuk membahas dan mengkaji pelaksanaan ajaran panca dasar Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dalam perspektif pendidikan Islam, karena antara tujuan pencak silat dan pendidikan Islam keduanya ada relevansi. Tujuan pendidikan Islam bertujun mengarahkan dan membimbing manusia agar mereka mampu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta meningkatkan pemahaman penghayatan, sehingga menjadi manusia muslim yang berakhlakul karimah dalam kehidupan, baik secara pribadi, bermasyarakat, dan berbangsa. Sedangkan pencak silat bertujuan untuk pembinaan mental spiritual, terutama untuk mewujudkan budi pekerti yang luhur. Pencak silat membentuk pribadi yang kokoh, tidak hanya pembinaan terhadap aspek olahraganya, seni dan bela diri semata, melainkan dapat mengembangkan 4

watak luhur, sikap kesatria, percaya diri sendiri dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 9 Berangkat dari latar belakang tersebut peneliti memilih judul penelitian, Pelaksanaan Ajaran Panca Dasar Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate dalam perspektif Pendidikan Islam (Studi Pada Unit Kegiatan Mahasiswa Persaudaraan Setia Hati Terate Komisariat IAIN Walisongo Semarang). B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan ajaran panca dasar bela diri Pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate Komisariat IAIN Walisongo Semarang? 2. Bagaimana pelaksanaan ajaran panca dasar bela diri Pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate Komisariat IAIN Walisongo Semarang dalam perspektif pendidikan Islam? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan ajaran panca dasar bela diri Pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate Komisariat IAIN Walisongo Semarang 2. Untuk mengetahui pelaksanaan ajaran panca dasar bela diri Pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate Komisariat IAIN Walisongo Semarang dalam perspektif pendidikan Islam Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti a. Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti, serta tambahan pengetahuan sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan dan kerangka teoritis yang ilmiah. 9 Sucipto, Materi Pokok Pencak Silat,(Jakarta : Universitas Terbuka, 2009 ), hlm. 1.21. 5

b. Untuk memenuhi beban Sistem Kredit Semester (SKS) dan sebagai bahan penyusunan skripsi serta ujian munaqasah yang merupakan tugas akhir penulis untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam. 2. Bagi Obyek Penelitian a. Sebagai sumbangan pemikiran tentang pendidikan Islam dengan pelaksanaan ajaran pencak silat panca dasar pada Unit Kegiatan Mahasiswa Persaudaraan Setia Hati Terate Komisariat IAIN Walisongo Semarang b. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu pada Unit Kegiatan Mahasiswa Persauaraan Setia Hati Terate Komisariat IAIN Walisongo Semarang 3. Bagi masyarakat umum a. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang pendidikan Islam. b. Untuk membangun kerangka berfikir aplikatif yang bersesuaian dengan kondisi saat ini. c. Komprehensif dan integral memaknai pendidikan Islam dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai motivasi dalam melestarikan kebudayaan asli Indonesia yaitu bela diri pencak silat. 6