BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. dimensi, yaitu behavioral engagement (partisipasi, tidak adanya perilaku yang

BAB II LANDASAN TEORI. dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa bagian, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan kondisi yang kaya akan suku bangsa atau sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam

PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan berkualitas agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha mewujudkan suasana belajar bagi peserta

Studi Deskriptif School Engagement Siswa Kelas X, XI Dan XII IPS SMA Mutiara 2 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

School Engagement pada Siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peran penting dalam pembangunan nasional. Melalui pendidikan yang baik, akan lahir manusia Indonesia yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang cacat, termasuk mereka dengan kecacatan yang berat di kelas pendidikan umum,

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam suatu perkembangan bangsa. Oleh karena itu, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

PENDAHULUAN. Layanan pendidikan menyangkut tentang keseluruhan upaya yang. dilakukan untuk mengubah tingkah laku manusia demi menjaga kesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan

Studi Deskriptif Student Engagement pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Pasundan 1 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan/dimanfaatkan; serta (3) Siswa memiliki kesulitan untuk memahami

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena tujuan pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat esensial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah (Echols, 1976). Bullying. ketidakseimbangan kekuatan (Sullivan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. untuk siap menjadi tenaga terampil dan pandai matematika melalui penerapan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rohyan Sosiadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

tindakan kekerasan, diskriminasi, dan bullying, supaya anak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Para pendidik dan tenaga kependidikan di

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu di masyarakat. Kemajuan pada individu bisa dilihat dari seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Hardianto, 2013). Menurut salah seorang tokoh psikologi pendidikan Dewey (dalam Santrock, 2011) mengemukakan bahwa anak-anak harus belajar dengan aktif (active learner), karena anak-anak akan memperoleh hasil belajar lebih baik jika mereka aktif. Pada proses pembelajaran dan kesuksesan siswa di sekolah membutuhkan keterlibatan aktif siswa, yang mana siswa yang terlibat aktif tersebut disebut dengan student engagement (National Research Council & Institute of Medicine, 2004). National Survey on Student Engagement (dalam Barkley, 2010) mendefinisikan student engagement sebagai frekuensi siswa dalam berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengan praktik pendidikan, dan memahami 1

2 itu sebagai pola keterlibatan dalam berbagai kegiatan dan interaksi baik di dalam dan luar kelas selama karirnya di sekolah. Definisi lain dikemukakan oleh Chapman (2003) yang menjelaskan bahwa student engagement merupakan kemauan untuk berpartisipasi dalam kegiatan rutin sekolah dengan indikator kognitif, perilaku, dan afektif dalam melaksanakan tugas-tugas belajar tertentu. Pentingnya student engagement di sekolah sangat disadari oleh para pendidik. Fredricks, dkk (2004) menjelaskan bahwa para peneliti, pendidik dan pembuat kebijakan pendidikan saat ini lebih fokus pada student engagement sebagai kunci untuk mengatasi masalah pada siswa yang berprestasi rendah, bosan dan terasing, dan angka drop out yang tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Connell dan Wellborn (1991) yang menunjukkan bahwa siswa yang terlibat (engagement) akan menunjukkan perilaku keterlibatan dalam belajar dan memiliki emosional yang positif, mereka bertahan dalam menghadapi tantangan. Hasil penelitian oleh Dharmayana dkk (2012) menunjukkan bahwa kompetensi emosi dan keterlibatan pada sekolah, berperan positif terhadap prestasi akademik siswa. Kemudian dari hasil penelitian Fauzie (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pemenuhan kebutuhan untuk kompeten dan keterlibatan siswa dalam belajar. Sedangkan siswa yang tidak terlibat (disengaged) cenderung pasif, tidak berusaha keras, bosan, mudah menyerah, dan menampilkan emosi negatif, seperti marah, menyalahkan, dan penolakan (Skinner dan Belmont, 1993). Marks (2000) berpendapat terdapat penurunan pada student engagement mulai dari SD, SMP dan mencapai tingkat terendah pada tingkat SMA. Dia juga

3 menjelaskan bahwa diperkirakan sampai dengan tingkat SMA sebanyak 40-60 persen siswa tidak terlibat di sekolahnya. Kemudian data terbaru yang dikeluarkan oleh National Center for Education Statistics (2002) menunjukkan tingkat ketidakhadiran siswa di sekolah (yang diukur dengan melihat siswa yang tidak masuk kelas atau tidak hadir di sekolah untuk alasan selain sakit) meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan sekolah, yaitu 11% pada kelas 2 SMP, 17% pada kelas 1 SMA dan 33% pada kelas 3 SMA. Menurut Banks (2007) pendidikan multikultural merupakan sebuah pemikiran dimana semua siswa tanpa memperhatikan gender, kelas sosial, etnis, ras atau budaya yang berbeda harus mendapatkan peluang yang sama untuk belajar di sekolah. Gay (2003) berpendapat bahwa banyak siswa dengan sekolah yang memiliki perbedaan etnis tidak senang dan tidak tertarik dengan sekolahnya. Mereka seringkali merasa tidak ramah dan terasing. Sehingga sekolah dengan perbedaan etnis tersebut lebih mungkin siswanya untuk tidak tertarik dan tidak terlibat dalam proses pembelajaran. Salah satu sekolah yang memiliki sistem pendidikan multikultural yaitu Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan, yang terletak di Jl. Tengku Amir Hamzah Pekan I, Gang Bakul, Medan Sunggal. Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda didirikan pada tanggal 25 Agustus 1987 oleh dr. Sofyan Tan. Sekolah ini mempunyai visi untuk mendidik generasi muda Indonesia menjadi manusia yang religius, humanis dalam bingkai kesetaraan dan keberagaman. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Bancin (2014) pada 100 siswa di SMA Sultan Iskandar Muda menunjukkan bahwa secara umum siswa SMA Sultan

4 Iskandar Muda memiliki sikap positif terhadap pembelajaran bermuatan multikultural. Subjek yang memiliki sikap positif terhadap pembelajaran bermuatan multikultural berjumlah 85 orang (85%). Kemudian subjek yang memiliki sikap netral terhadap pembelajaran bermuatan multikultural berjumlah 15 orang (15%). Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ritonga (2016) tentang gambaran student engagement di sekolah dengan pendidikan multikultural, dalam hal ini SMA Sultan Iskandar Muda Medan, menunjukkan bahwa 133 siswa berada di kategori tinggi, 83 siswa berkategori rendah, dan 28 siswa berkategori tidak tergolongkan. Berdasarkan hal tersebut, berikut adalah hasil wawancara kepada Guru SMA Sultan Iskandar Muda mengenai keterlibatan siswa mereka di sekolah: Siswa SMA-nya untuk secara keseluruhan dapat dikatakan aktif -lah. Mau diskusi, tanya jawab dan memberi pendapat juga. Ada soal-soal tugas yang mereka tidak tahu jawabannya juga mereka inisiatif langsung cari ke perpustakaan dan internet. Kalo ada pun yang tidak aktif hanya 1 atau 2 orang menurut saya biasa lah seperti itu ya. Tapi secara keseleuruhan aktif kok siswanya (Komunikasi Personal, 17 Oktober 2015) Semua anak-anak jadi ikut. Tidak ada ekskul yang tidak diikuti anak-anak dan tidak ada ekskul yang mati. Semua anak-anak aktif mengikuti kegiatan perlombaan diluar maupun kegiatan yang diselenggarakan di dalam sekolah, semuanya sejalan. Jadi karena mereka menjiwai ekskul tersebut, mereka jadi semangat latihan, semangat belajar sehingga berprestasi di ekskul dan di kelas (Komunikasi Personal, 17 Oktober 2015) Untuk menguatkan argumentasi tersebut, peneliti memberikan kuesioner pada 78 siswa SMA Sultan Iskandar Muda yang mana kuesioner ini berisi pernyataan mengenai student engagement berdasarkan teori Fredricks dkk (2004).

5 Dari hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan siswa mereka tidak hanya terlibat aktif di dalam kelas melainkan juga aktif di luar kelas. Hal tersebut dapat dilihat bahwa 83% siswa senang mengikuti kegiatan tambahan di sekolah dan 92% siswa ikut berperan aktif jika ada diskusi dan kerja kelompok. Fredricks dkk (2004) kemudian menjelaskan bahwa siswa yang memiliki student engagement yang tinggi akan berpartisipasi dan ikut terlibat dalam segala kegiatan akademik, sosial atau kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan termasuk juga siswa yang mengerjakan lebih banyak tugas dari yang diperintahkan, atau berinisiatif untuk berdiskusi dengan guru berkaitan dengan materi pelajaran yang dampaknya akan dapat meningkatkan prestasi siswa itu sendiri. Menurut Fredricks, dkk (2004) terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi student engagement, salah satunya yaitu school-level. School-level merupakan hal-hal yang berkaitan dengan ukuran sekolah, peraturan yang diterapkan di sekolah dan lingkungan sekolah. Wang & Halcombe (2010) menjelaskan bahwa persepsi warga sekolah terhadap lingkungan sekolahnya dapat menjadi prediktor terhadap keterlibatan siswanya. Phinney (dalam Matsumoto, 2008) menyatakan bahwa individu dengan etnis atau ras yang berbeda akan menghasilkan perbedaan psikologis pada cognition, emotion, motivation dan health. Menurut Thapa, dkk (2012) perbedaan ras dan etnis di sekolah dapat menjadi prediktor penting di dalam menentukan persepsi iklim sekolah. Dengan demikian lingkungan sekolah tersebut dapat berkaitan dengan iklim sekolah mereka.

6 Iklim sekolah merupakan pola pengalaman hidup orang-orang yang terlibat di sekolah yang mencerminkan norma, tujuan, nilai-nilai, hubungan interpersonal, praktek pengajaran dan pembelajaran dan struktur organisasi di sekolah (National School Climate Council, 2007). Menurut Thapa dkk (2012) iklim sekolah merupakan refleksi dari pengalaman siswa, personil sekolah dan orang tua dalam kehidupan sekolah secara sosial, emosional, etis dan akademis. Iklim sekolah yang positif diakui sebagai sasaran penting dalam perubahan sekolah yang akan menghasilkan peningkatan perilaku, akademik dan kesehatan mental bagi siswa. Iklim sekolah yang positif akan menurunkan tingkat ketidakhadiran pada siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, menurunkan tingkat agresi dan kekerasan siswa, dan tingkat pelecehan seksual (Thapa dkk, 2012). Iklim sekolah yang positif memiliki ciri-ciri di antaranya hubungan baik antar warga sekolah, kemampuan warga sekolah untuk mengatasi kegagalan, metode belajar yang menunjang pembelajaran siswa, kejelasan peraturan, dan kondisi lingkungan sekolah yang nyaman (Hadiyanto, 2004). Kozina dkk (2008) berpendapat bahwa iklim sekolah memiliki hubungan yang kuat terhadap prestasi siswa dan ketika siswa merasa senang berada di sekolah, maka besar kemungkinannya untuk siswa tersebut mengikuti kegiatan kegiatan di sekolah dengan baik. Menurut Thapa dkk (2012) ada beberapa elemen yang membentuk iklim sekolah yaitu safety, relationship, teaching and learning dan institutional environment. Keamanan (safety) dapat berupa aturan dan norma sekolah yang berarti siswa aman secara sosial, emosional, intelektual dan fisik. Hubungan

7 (relationship) yaitu pola dari norma, tujuan, nilai-nilai dan interaksi di sekolah yang membentuk hubungan di sekolah dan memberikan kontribusi yang penting pada iklim sekolah. Siswa mempersespsikan hubungan interpersonal yang positif maka siswa cenderung mau terlibat dan berperilaku yang sesuai aturan. Proses belajar mengajar (teaching and learning) yaitu siswa dengan mengikutsertakan kepala sekolah dan guru dalam mendefinisikan norma-norma, tujuan dan nilainilai yaang membentuk lingkungan pengajaran dan pembelajaran. Lingkungan sekolah (institutional environment) seperti seperti tata letak ruang kelas, jadwal kegiatan dan interaksi siswa dengan guru yang dapat mempengaruhi perilaku dan perasaan aman pada siswa. Siswa sebagai warga sekolah akan mengorganisasikan dan memberi makna kepada lingkungannya, dalam hal ini yaitu lingkungan sekolahnya, yang mana hal tersebut disebut juga dengan persepsi (Robbins, 1996). Menurut Pintrich & Schunk (1996) persepsi terhadap iklim sekolah merupakan proses penginterpretasian terhadap informasi mengenai perasaan pribadi setiap anggota sekolah tentang pengalaman personel terhadap situasi dan kondisi lingkungan sekolah tersebut yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dan guru dalam membentuk tujuan (goal orientation), membantu meningkatkan self efficacy, usaha, ketekunan dan prestasi belajar siswa, serta kepuasan guru atas keberhasilannya mengajar. Persepsi siswa terhadap sekolahnya merupakan suatu hal yang subyektif, sehingga penilaian siswa terhadap norma dan kondisi lingkungan sekolahnya bisa berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Iklim sekolah yang positif dapat dipersepsi siswa secara negatif. Sehingga perbedaan

8 persepsi ini akan mempengaruhi tingkah laku dan perasaan siswa di sekolah (Purwita, 2013). Berdasarkan hal tersebut, peneliti memberikan kuesioner pada 78 siswa SMA Sultan Iskandar Muda yang mana kuesioner ini berisi pernyataan mengenai persepsi iklim sekolah menurut Thapa dkk (2012). Dari hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa siswa SMA Sultan Iskandar Muda mempersepsikan peraturan, lingkungan sekolah, dan hubungan dengan teman sekolahnya secara positif. Hal tersebut dapat dilihat bahwa sebesar 84% siswa merasa peraturan yang diterapkan di sekolahnya cukup adil dan konsisten, 92% siswa merasa nyaman untuk belajar dengan lingkungan sekolahnya dan 91% siswa merasa teman di sekolahnya menyenangkan. Menurut Way dkk (2007) bahwa ada hubungan antara persepsi siswa terhadap iklim sekolah dengan kecenderungan munculnya masalah perilaku siswa di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Hairani (2015) menyebutkan bahwa terdapat pengaruh persepsi terhadap iklim sekolah dengan kecenderungan bullying. Thapa dkk (2012) berpendapat bahwa di dalam iklim sekolah, ketika masyarakat sekolah saling menghargai dan saling berbagi dapat secara positif mempengaruhi keterlibatan siswanya. Dari hasil penelitian Nasution (2015) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh iklim sekolah terhadap school connectedness pada siswa. Kemudian dalam penelitian oleh Purwita (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif pada persepsi iklim sekolah dengan keterlibatan siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu untuk mengetahui pengaruh persepsi iklim sekolah terhadap student engagement pada siswa SMA Sultan Iskandar Muda Medan.

9 B. RUMUSAN MASALAH Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh persepsi iklim sekolah terhadap student engagement pada siswa SMA Sultan Iskandar Muda Medan? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh persepsi iklim sekolah terhadap student engagement pada siswa SMA Sultan Iskandar Muda Medan. D. MANFAAT PENELITIAN Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan akan memiliki dua manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah, dan memberikan informasi agar dapat mengembangkan ilmu Psikologi, terutama Psikologi Pendidikan yang berkaitan dengan persepsi iklim sekolah dan student engagement. b. Hasil penelitian ini bisa bermanfaat untuk dijadikan bahan perbandingan bagi penelitian-penelitian selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan persepsi iklim sekolah dan student engagement.

10 2. Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak SMA Sultan Iskandar Muda Medan mengenai pengaruh persepsi iklim sekolah terhadap student engagement dan memberikan gambaran tentang persepsi iklim sekolah dan gambaran tentang student engagement di SMA Sultan Iskandar Muda Medan. Sehingga hal tersebut akan menjadi masukan sekaligus evaluasi kepada pihak SMA Sultan Iskandar Muda untuk dapat meningkatkan iklim sekolah dan student engagement siswanya. b. Manfaat Bagi Siswa Memberikan informasi mengenai pengaruh persepsi iklim sekolah dan student engagement, sehingga siswa diharapkan dapat memahami pentingnya persepsi siswa terhadap iklim sekolah dalam menciptakan student engagement di sekolah. E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah diadakannya penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

11 Bab II : LANDASAN TEORI Bab ini berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan, landasan teori yang mendasari tiap-tiap variabel, hubungan antar variabel dan pembentukan hipotesa. Bab III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu identifikasi variabel, definisi operasional variabel, populasi dan sampel penelitian, alat ukur yang digunakan, metode pengambilan data dan metode analisis data. Bab IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. diawali dengan analisa data yang disertai gambaran umum subjek penelitian serta hasil penelitian. Selanjutnya, hasil tersebut akan dibahas berdasarkan teori yang telah dipaparkan. Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang didapatkan dari penelitian. Saran-saran yang dikemukakan berupa saran-saran praktis dan metodologis yang berguna pada penelitian selanjutnya.