BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia manapun di planet bumi ini. Untuk menciptakan SDM yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan efesien, peranan guru sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu aset penting negara. Sumber daya manusia yang dimiliki akan menentukan berkembang atau tidaknya suatu negara. Kemajuan suatu negara terjadi dengan adanya pengelolaan SDM yang baik. Hal tersebut dapat dilakukan salah satunya adalah melalui sektor pendidikan.pemerintah terus berupaya mengembangkan sistem pendidikan nasional dalam rangka mewujudkan suatu pendidikan yang bermutu guna melahirkan SDM Indonesia yang berkualitas. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai cara, seperti melakukan penyempurnaan kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sekarang Kurikulum 2013 yang berbasis Karakter. Model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) yang merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Dengan kata lain, model pembelajaran CLIS merupakan model pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan awal siswa menjadi sebuah konsep yang ilmiah. (Driver (dalam Widiyarti, 2012, hlm. 3). Model CLIS merupakan salah satu model pembelajaran yang strateginya berorientasi pada konstruktivisme (Osborne, dalam Trisnowati, 2000, hlm. 6). Menurut Bektiarso (2000, hlm. 742) model pembelajaran CLIS pada prinsipnya merupakan pengembangan dari model pembelajaran generatif. Model CLIS lebih menekankan pada kegiatan siswa untuk menyempurnakan dalam mendapatkan ideide, menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang ada, memecahkan dan mendiskusikan masalah-masalah yang muncul sehingga siswa dapat mengemukakan 1

2 pendapatnya sendiri, sebelum guru memberikan penyempurnaan ide-ide ilmiah, siswa dituntun menuju pembangunan ide baru atau ide yang lebih ilmiah. Model pembelajaran CLIS (children learning in science) siswa dituntut beruhasa mengembangkan ide atau gagasan tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekontruksikan ide tau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau penelitian. Karena menurut Baharudin dan Wahyuni (2010, hlm. 12) belajar dapat membawa perubahan bagi sipelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap,maupun keterampilan. Hal ini di dukung oleh pendapat Asma, Nur (2008, hlm. 3) bahwa Siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Selanjutnya Ari dan Wuryastuti (2007, hlm. 96) berpendapat bahwa Anak-anak lebih mengerti bahasa anak daripada bahasa yang digunakan oleh orang dewasa. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa belajar berkelompok dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran, sehingga yang di pelajari menjadi lebih bermakna bagi dirinya dan bagi orang-orang di sekelilingnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( Menurut UU No. 20 Tahun 2003). Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu ; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sumaatmadja, Tap. MPR RI Nomor II/MPR/1988, hlm. 24) Proses pendidikan digunakan evaluasi, akreditasi dan sertifikasi untuk memantau perkembangan pendidikan. Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian

3 mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Salah satu bentuk evaluasi pendidikan adalah dengan diadakannya ujian nasional baik di jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA. Ujian nasional memang tidak dapat dijadikan satu-satunya tolak ukur kualitas pendidikan disekolah tersebut akan tetapi ujian nasional merupakan indikator pertama dan paling terlihat di masyarakat untuk mengukur kualitas pendidikan. Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggung jawab profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan bertanggungjawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota masyarakat. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran, baik secara eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksetrnal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang kurang menguasai materi dan dalam mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti yang ia jelaskan. Dengan kata lain siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif. Guru juga mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan ia mengetahui perkembangan terakhir dibidangnya (state of the art) dan kemungkinan perkembangn yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang (frontier of knowledge). Sementara itu materi pembelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal (Anggara, 2007, hlm. 100).

4 Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya pembelajaran Geografi tidak dipungkiri bahwa mata pelajaran Geografi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat Indonesia umumnya. Namun sampai saat ini masih terus dipertanyakan keberhasilannya, mengingat fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia khususnya generasi muda makin hari makin diragukan eksistensinya. Dengan kenyataan tersebut artinya ada sesuatu yang harus dibenahi dalam pelaksanaan pendidikan geografi. SMA Pasundan 2 Bandung adalah salah satu satuan pendidikan yang mengadakan pelajaran Geografi dan sebagai tuntutan kurikulum kepada siswa untuk mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu secara khususnya pelajaran geografi. Kelas XII IPS III berjumlah 28 siswa. Dari sejumlah siswa tersebut nilai mata pelajaran geografi masih ada 26 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM (75). Kenyataan yang ada pada siswa kelas XII IPS III khususnya di SMA Pasundan 2 Bandung tahun pelajaran 2014/2015 rata-rata hasil belajarnya yang memperhatinkan, menuntut upaya guru kelas XII IPS III untuk menyiapkan siswanya agar dapat naik kelas dengan nilai yang memenuhi Kriteria Kemampuan Minimal (KKM) untuk seluruh siswanya. Memperhatikan kondisi di atas jelas ada kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan harapan yang diinginkan. Di satu sisi hasil belajar yang rendah dan di sisi yang lain adanya Kriteria Kemampuan Minimal (KKM) dalam kenaikan kelas. Untuk itu sangat perlu diupayakan cara pemecahanya. Mengingat pentingnya mata pelajaran ini, peneliti sangat tertarik dan prihatin terhadap kondisi yang ada pada saat ini. Mata pelajaran geografi begitu sulit di mengerti oleh siswa dapat di lihat dari hasil ulangan Harian semester I yang telah di laksanakan pada bulan September 2014. Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran geografi di kelas XII IPS III peneliti mendapatkan hasil bahwa sebagian besar siswa mempunyai motivasi belajar yang rendah akan mata pelajaran geografi dan itu berdanpak pada hasil belajar siswa ataupun prestasi siswa itu sendiri. Siswa tidak dapat menemukan gagasan sendiri dari

5 pembelajaran yang di sampaikan. Karena itu beliau terus berusaha mencari metodemetode ataupun model-model pembelajaran yang tepat dan efektif untuk bisa memperbaiki kondisi tersebut. Berkaitan dengan hal ini, peneliti mencoba berpartisipasi ikut serta dalam pencarian solusi dari permasalahan- permasalahan tersebut. Peneliti juga mewawancarai siswa kelas XI IPS III, diketahui bahwa pada dasarnya siswa tertarik untuk mempelajari pembelajarn geografi, namun kondisi kelas yang tidak kondusif membuat siswa tak nyaman, serta guru yang lebih banyak bercerita serta terkadang acuh terhadap kondisi kelas yang tak kondusif membuat siswa mengantuk dan merasa pembelajaran geografi membosankan dan akhirnya bisa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penggunaan metode ceramah yang di lakukan guru geografi bukanlah sebagai penggunaan metode yang salah, akan tetapi penggunaan metode yang kreatif akan jauh lebih membangkitkan semangat belajar siswa. Penggunaan metode ceramah yang sering digunakan guru geografi SMA Pasundan 2 Bandung ini sudah menunjukkan bahwa menggunakan metode ceramah pada pelajaran geografi membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, dan tidak mau mendengarkan dengan baik. Hasil studi dokumentasi yang peneliti lakukan di Kelas XII IPS III yang berjumlahkan 28 siswa, yang mendapat nilai antara 0-30 sebanyak 42,8% siswa, yang mendapatkan nilai antara 31-60 sebanyak 50% siswa, yang mendapat nilai antara 61-100 sebanyak 7,2% siswa. Bila di amati motifasi belajar siswa pada umumnya kurang baik hanya sebagian kecil saja yang bergairah belajar yang rata-rata mereka siswa yang tergolong pandai. Ada lima anak perempuan dan satu anak lakilaki yang semangat mendengarkan guru ketika menjelaskan dan ada tiga anak lakilaki yang semangat mendengarkan dan kadang-kadang mengajukan pertanyaan kepada guru. Ada dua anak laki-laki yang suka berbicara sendiri dan mengganggu teman yang lain sehingga suasana menjadi tidak terfokus pada pelajaran. Kebanyakan

6 siswa adalah diam dan mendengarkan tanpa memberi komentar terhadap penjelasan guru. Peneliti juga mendapatkan beberapa dokumen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mata pelajaran Geografi, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah guru siapkan menunjukan bahwa dalam penggunaan metode pembelajaran guru tidak hanya akan menggunakan metode ceramah, melainkan dipadukan dengan metode pembelajaran kooperatif. Selain itu, dalam RPP seharusnya siswa mengumpulkan tugas LKS minggu sebelumnya yang seharusnya telah di isi. Namun pada pelaksanaannya, metode pembelajaran kooperatif atau kegiatan diskusi tidak diterapkan dikelas serta sebagian besar siswa tidak mengerjakan tugasnya, sehingga tugas tersebut kembali di jadikan pekerjaan rumah untuk dikumpulkan minggu selanjutnya. Kelebihan yang di miliki model pembelajaran CLIS dalam meningkatkan hasil belajar yaitu membiasakan siswa belajar mandiri dalam memecahkan suatu masalah, menciptakan kreativitas siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih nyaman dan kreatif, terjlainnya kerja sama sesama siswa dan siswa terli bat secara langsung dalam melakukan kegiatan, menciptakan belajar lebih bermakna, karena timbulnya kebanggaan siwa mewnentukan sendiri konsep ilmiah yang sedang dipelajari dan siswa akan bangga dengan hasil temuanya, guru dalam mengajkar akan lebih mudah, karena dapat menciptakan suasana belajar yang lebih aktif, sehingga guru hanya menyediakan berbagai masalah yang berhubungan dengan konsep yang diajarkannya, sedangkan siswa bisa mencari sendiri jawabannya, guru dapat menciptakan alat-alat atau media pembelajaran yang sederhana yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. (Nuraiman Wijaya, 1997 hlm 21-22) Dari pemaparan permasalah tersebut maka peneliti akan berusaha untuk memperbaiki proses pembelajaran yang membuat hasil belajar siswa menurun dan mampu meningkatkan aktifitas belajar siswa. Peneliti akan mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif. Di dalam model pembejaran kooperatif ini pendekatan pembelajaran berfokus pada kelompok kecil siswa untuk bekerjasama

7 dalam meaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugianto 2010, hlm. 34). Berdasarkan uraian tersebut di atas, sangat penting melakukan penelitian dengan mangambil judul Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS III Di Sma Pasundan 2 Bandung. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran CLIS dalam mata pelajaran geografi kelas XII IPS III SMA Pasundan 2 Bandung? 2. Apakah penggunaan model pembelajaran CLIS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPS III SMA Pasundan 2 Bandung dalam mata pelajaran geografi? C. Tujuan Penelitian 1. Menggunaan model pembelajaran children learning in science (clis) dalam mata pelajaran georafi di kelas XII IPS III SMA Pasundan 2 Bandung 2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran CLIS kelas XII IPS III SMA Pasundan 2 Bandung D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan solusi dalam proses pembelajaran geografi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Manfaat praktis Yang dimaksud manfaat praktis pada Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) ini adalah manfaat yang bisa secara langsung didapat oleh pihak terkait dalam penelitian ini yaitu siswa, guru dan sekolah. a. Bagi siswa

8 Dapat meningkatkan hasil belajar dan dapat menimbulkan kreativitas serta aktivitas belajar siswa, sehingga siswa dapat meningkatkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor b. Bagi Guru Bermanfaat untuk perbaikan dan mengembangkan kemampuan, serta merencanakan penggunaan model pembelajaran CLIS sebagai salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar yang efektif dan menjadikan guru lebih profesional dalam proses pembelajaran. c. Bagi Sekolah Bermanfaat sebagai rujukan, dalam rangka mengefektifkan pembinaan dan pengembangan bagi guru agar dapat lebih profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Dalam jangka panjang di harapkan mampu membangun sekolah yang berkualitas serta memiliki prestasi yang baik yang menjadikan sekolah terfavorit sebagai lembaga pendidikan di masyarakat dan menghasilkan lulusan yang berkualitas

9