ANAK SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN BUNAKEN KECAMATAN BUNAKEN KEPULAUAN KOTA MANADO RELATIONSHIP BETWEEN NUTRITION STATUS OF CHILDREN WITH LEARNING ACHIEVEMENT IN WARD ELEMENTARY SCHOOL DISTRICT BUNAKEN ISLANDS MANADO CITY Pingkan Ch. Kaligis, Nova H. Kapantow, Anita Basuki Bidang Mina t Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Abstrak: Status gizi adalah keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Anak-anak sekolah dasar di negara-negara berkembang menunjukkan prevalensi anak pendek 48-56% dan prevalensi anak kurus 34-62%. Suatu penelitian telah dilaksanakan dengan tujuan mengetahui apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar pada anak Sekolah Dasar di Kelurahan Bunaken. Jenis penelitan ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak kelas IV dan V SD yang berjumlah 96 responden, yang berada di SD Negeri 1 dan SD Negeri Inpres Kelurahan Bunaken. Sampel penelitian ini adalah seluruh anak kelas IV dan V SD yang memenuhi kriteria penelitian yaitu sebanyak 75 orang. Status gizi dilihat melalui pengukuran antropometri. Indeks status gizi yang digunakan BB/U, TB/U, IMT/U, BB/TB. Prestasi belajar didapat dari mata pelajaran matematika berdasarkan ujian semester. Untuk melihat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar digunakan analisi bivariat dengan menggunakan fisher s exact test. Selanjutnya hasil uji dengan fisher exact pada tingkat kemaknaan 95% berdasarkan uji fisher exact tidak ada hubungan antara status gizi (TB/U) dengan prestasi belajar anak (p=0,198). tidak ada hubungan antara status gizi (BB/U) dengan prestasi belajar anak (p=0,703). tidak ada hubungan antara status gizi (IMT/U) dengan prestasi belajar anak (p=1,000). tidak ada hubungan antara status gizi (BB/TB) dengan prestasi belajar anak (p=1,000). Kata Kunci: Status, Abstract: Nutritional status is the state of the body due to the consumption of food and use of nutrients. Elementary school children in developing countries showed 48-56% prevalence of short children and the prevalence of underweight children 34-62%. A study has been conducted in order to know whether there is a relationship between the nutritional status of student achievement in elementary school children in the Village Park. This type of research is observational analytic cross sectional approach. The study population was all children classes IV and V SD, amounting to 96 respondents, who are in elementary school SD Negeri 1 and Instruction Village Bunaken. The sample was all class IV and V children who met the study criteria SD as many as 75 people. Nutritional status seen through anthropometric measurements. Index of nutritional status used BB / U, TB / U, IMT / U, BB / TB. Learning achievement derived from mathematics courses based on semester exams. To see the relationship between the nutritional status of student achievement used bivariate analysis using Fisher's exact test. Further test results with exact fisher at 95% significance level based on Fisher's exact test of no association between nutritional status (TB / U) with the learning achievement of children (p = 0.198). no association between nutritional status (weight / age) with learning achievement of children (p = 0.703). no association between nutritional status (BMI / U) with the learning achievement of children (p = 1.000). no association between nutritional status (weight / height) with the learning achievement of children (p = 1.000). Keywords: Nutritional Status, Learning Achievement
PENDAHULUAN Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2010). Rendahnya status gizi pada anak-anak sekolah akan membawa dampak negative pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kurang gizi kronis berhubungan erat dengan pencapaian akademik murid sekolah yang semakin rendah (Khomsan, 2012). Kondisi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrem. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan tinggi kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai kegemukan. Hal ini sama juga terjadi di Indonesia. Sebagian besar bangsa Indonesia masih menderita kekurangan gizi terutama pada ibu, bayi dan anak-anak secara bersamaan timbul masalah gizi lain yaitu gizi lebih yang berdampak pada obesitas (Mustika, 2012). Studi antropometri (status gizi) yang dilakukan pada anak-anak sekolah dasar di negara-negara berkembang menunjukkan prevalensi anak pendek berkisar 48-56% dan prevalensi anak kurus 34-62% (Khomsan, 2012). Prevalensi nasional status gizi anak usia sekolah berdasarkan Riskesdas 2010 di tinjau dari indikator tinggi badan menurut umur (TB/U), status gizi pendek 20,5%, dan sangat pendek 15,1%. Sementara menurut indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) status gizi kurus 7,6%, sangat kurus 4,6% sedangkan yang status gizi gemuk 9,2%. Di Sulawesi Utara prevalensi status gizi pendek (TB/U) 19,9%, dan sangat pendek 8,0%. Sedangkan yang berstatus gizi gizi kurang 5,4%, sangat kurus 2,1% dan gizi gemuk 6,4 (Depkes RI, 2010). Di Sulawesi Utara, pada penelitian Pinasang (2011) mengenai hubungan antara infestasi cacingan dengan status gizi pada anak sekolah dasar Negeri 119 Manado mengemukakan bahwa berdasarkan IMT/U yang berstatus gizi kurang 10,5% dan yang berstatus gizi lebih 4%, sedangkan berdasarkan TB/U yang berstatus gizi pendek sebanyak 39,5%. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional stud. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 dan SD Inpres Kelurahan Bunaken Kota Manado dan dilakukan pada bulan februari sampai dengan april 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV dan V SD negeri 1 dan SD Inpres Kelurahan Bunaken yang berjumlah 96 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yang telah memenuhi kriteria sampel, yaitu a) kriteria inklusi: siswa yang bersedia dan mendapat persetujuan orang tua dengan mengisi informed consent menjadi responden. b) kriteria eksklusi: responden yang tidak hadir dalam penelitian. Berdasarkan kriteria sampel tersebut, maka diperoleh sampel yaitu sebanyak 75 orang. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini yaitu 75 orang yang mengikuti penelitian ini sampai selesai dan memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian pada tabel karakteristik responden menunjukkan bahwa kelompok umur terbanyak dalam penelitian ini berumur 10 tahun yaitu sebanyak 35 orang (46,7%). Untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 38 orang (50,7%) dan untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 37 orang (49,3%). Berdasarkan tingkat pendidikan orang tua responden paling banyak pada tingkat SMP yaitu sebanyak 37 orang (49,3%). Paling banyak orang tua responden bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 31 orang (41,3%). Gambaran Status Pengukuran antropometri tinggi badan menurut umur (TB/U) diperoleh hasil responden penelitian dengan status gizi normal sebanyak 69 orang (92%), status gizi pendek sebanyak 6 orang (8%).
Jumlah responden dengan status gizi kurang berdasarkan BB/U sebanyak 8 orang (10,7%). Responden dengan status gizi kurus berdasarkan IMT/U sebanyak 8 orang (10,7), dan responden dengan status gizi baik sebanyak 67 (89,3). Jumlah responden dengan status gizi kurus berdasarkan BB/TB sebanyak 2 orang (2,7%). Prestasi belajar responden berada pada kategori kurang (< 60) yaitu sebanyak 29 orang (38,7%). Hubungan Status (TB/U) dengan Tabel 1. Hubungan Status TB/U dengan Status Normal Pendek 44 25 (63,8%) (36,2%) 2 4 (33,3 %) (66,7 %) 69 6 0,198 Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa responden dengan status gizi pendek terdapat 2 orang (33,3%) yang prestasi belajarnya baik dan sebanyak 4 orang (66,7%) dengan prestasi belajar kurang. Sedangkan dari 69 orang yang status gizi normal terdapat 25 orang (36,2%) dengan prestasi belajar kurang dan sebanyak 44 orang (63,8%) dengan prestasi belajar baik. signifikansi atau nilai p sebesar 0,198 yakni status gizi (TB/U) dengan prestasi belajar Hubungan Status (BB/U) dengan Tabel 2. Hubungan Status BB/U dengan Status Baik Kurang 42 25 (62,7%) (37,3%) 67 (100 %) 0,703 4 4 8 (50%) (50%) Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa responden dengan status gizi kurang terdapat 4 orang (50%) yang prestasi belajarnya baik dan sebanyak 4 orang (50 %) dengan prestasi belajar kurang. Sedangkan dari 67 orang yang status gizi baik terdapat 42 orang (62,7%) dengan prestasi belajar baik dan sebanyak 25 orang (37,3%) dengan prestasi belajar kurang. signifikansi atau nilai p sebesar 0,703 yakni status gizi (BB/U) dengan prestasi belajar Hubungan Status (IMT/U) dengan Tabel 3. Hubungan Status IMT/U dengan Status Normal Kurus 41 26 (61,2%) (38,8%) 5 3 (62,5%) (37,5%) 67 8 1,000 Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa responden dengan status gizi kurus terdapat 5 orang (62,5%) yang prestasi belajarnya baik dan sebanyak 3 orang (37,5%) dengan prestasi belajar kurang. Sedangkan dari 67 orang yang status gizi normal terdapat 41 orang (61,2%) dengan prestasi belajar baik dan sebanyak 26 orang (38,8%) dengan prestasi belajar kurang. signifikansi atau nilai p sebesar 1,000 yakni status gizi (IMT/U) dengan prestasi belajar Hubungan Status (BB/TB) dengan Tabel 4. Hubungan Status BB/TB dengan
Status Normal Kurus 45 28 (61,6 (38,4%) %) 1 (50 1 (50 %) %) 73 2 1,000 Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa responden dengan status gizi kurus terdapat 1 orang (50%) yang prestasi belajarnya baik dan terdapat 1 orang (50%) yang memiliki prestasi belajar kurang. Sedangkan dari 73 orang yang status gizi normal terdapat 45 orang (61,6%) dengan prestasi belajar baik dan sebanyak 28 orang (38,4%) dengan prestasi belajar kurang. signifikansi atau nilai p sebesar 1,000 yakni status gizi (BB/TB) dengan prestasi belajar PEMBAHASAN Hubungan Status (TB/U) dengan Status gizi yang rendah dapat menyebabkan penurunan konsentrasi belajar. Menunjukkan ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan kognitif atau nilai prestasi di sekolah. Status gizi yang rendah atau gizi kurang menyebabkan anak-anak akan menurunkan IQ menyebabkan tidak bisa berkonsentrasi secara maksimal (Devi, 2012). Status gizi mempengaruhi kecerdasan atau prestasi belajar anak (Khomsan, 2012). Hasil penelitian tidak ada hubungan antara status gizi (TB/U) dengan prestasi belajar pada anak sekolah dasar (p = 0,198). Tinggi badan menurut antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan Nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa, 2002). Hubungan Status (BB/U) dengan Berdasarkan hasil analisis statistik dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara status gizi BB/U dengan prestasi belajar pada anak (p = 0,703). Berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan yaitu berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Supariasa, 2002). Hubungan Status (IMT/U) dengan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara status gizi (IMT/U) dengan prestasi belajar (p = 1,000). Indeks massa tubuh perlu dilakukan secara berkesinambungan. Sala satu caranya adalah mempertahankan berat badan normal, pada anak harus dikolaborasi dengan parameter umur (Supariasa, 2002). Hubungan Status (BB/TB) dengan Berdasarkan hasil analisis statistik dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara status gizi BB/TB dengan prestasi belajar pada anak (p = 1,000). Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks berat badan per tinggi badan merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang) (Supariasa, 2002). Hal di atas tidak sesuai dengan teori yang menyatakan status gizi yang normal akan meningkatkan prestasi akademik murid (Khomsan, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SD Taqwiyatul Wathon
Tambak Lorong Semarang Utara mengenai hubungan kecukupan asam eikosapentanoat (EPA), asam dokosaheksanoat (DHA) ikan dan status gizi dengan prestasi belajar didapatkan tidak memiliki hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa (Zulaihah, 2006). Anak dengan IQ yang tinggi karena selalu mengkonsumsi gizi secara cukup dan berstatus gizi baik bukan juga merupakan jaminan untuk meraih prestasi akademik di sekolah (Khomsan, 2012). Kemungkinan ada faktor lain yang lebih berhubungan dengan prestasi belajar anak sekolah seperti : faktor internal, yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri, antara lain yaitu kemampuan yang dimilikinya, minat dan motivasi serta faktor-faktor lainnya. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berada di luar individu diantaranya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat (Herijulianti dkk, 2002). Menurut Khomsan (2004) ada tiga hal yang mempengaruhi kecerdasan seorang anak yaitu genetik, lingkungan dan gizi. Faktor genetik merupakan potensi dasar dalam perkembangan kecerdasan. Pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak dan lembaga sekolah yang terpenting dalam mengembangkan kecerdasan dan meningkatkan prestasi akademik anak (Herijulianti dkk, 2002). Seperti dalam penelitian mengenai Hubungan Kesegaran Jasmani, Hemoglobin, Status dan Makan Pagi terhadap bahwa dalam penelitian ini tidak terbukti secara signifikan adanya hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa (Annas, 2011). Dalam penelitian Puspitasari (2011), mengenai hubungan status gizi dan faktor sosiodemografi dengan kemampuan kognitif anak sekolah dasar di daerah endemis GAKI bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara status gizi dengan nilai IQ anak. Anak malnutrisi memiliki rata-rata nilai IQ 22,6 poin lebih rendah dibandingkan anak berstatus gizi baik. Karna malnutrisi pada anak akan mengganggu sistim informasi di dalam otak, sehingga berpengaruh pada IQ anak. Penelitian yang lain, yaitu yang dilakukan di Arjowinangun I Pacitan mengenai hubungan asupan energy protein, status gizi dan prestasi belajar anak sekolah dasar Arjowinangun I Pacitan, didapatkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak sekolah dasar di Arjowinangun I Pacitan. Prestasi belajar menurun dapat disebabkan karena status gizi buruk dan juga asupan energi dan protein yang tidak mencukupi. Akibat dari status gizi kurang adalah perkembangan otak yang tidak sempurna yang menyebabkan kognitif dan kemampuan belajar terganggu (Isdaryanti, 2007). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Status gizi anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken sebagian besar berstatus gizi normal : IMT/U (89,3%), BB/TB (97,3%), BB/U (89,3%) dan TB/U (92%). 2. Prestasi belajar anak sekolah dasar di kelurahan Bunaken sebagian besar masuk dalam kategori kurang (38,7%). 3. Tidak terdapat hubungan antara status gizi (BB/U) dengan prestasi belajar pada anak 4. Tidak terdapat hubungan antara status gizi (TB/U) dengan prestasi belajar pada anak 5. Tidak terdapat hubungan antara status gizi (IMT/U) dengan prestasi belajar pada anak 6. Tidak terdapat hubungan antara status gizi (BB/TB) dengan prestasi belajar pada anak SARAN 1. Perlu adanya kerjasama lintas sektor antara pihak sekolah, masyarakat, dan Dinas Kesehatan atau Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, terutama penilaian status gizi agar dapat mengetahui perkembangan tubuh anak sekolah. 2. Pemberian motivasi belajar kepada siswa perlu ditingkatkan terus, baik orang tua, maupun dari guru-guru agar prestasi belajar siswa bisa mencapai pada kategori baik. 3. Perlu diadakan penelitian mengenai hubungan status gizi dengan prestasi belajar anak sekolah dasar dengan jumlah sampel yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA Adriani, M, Wirjatmadi, B. 2012. Pengantar Masyarakat. Jakarta : Kencana. Adriani, M, Wirjatmadi, B. 2012. Peranan dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : Kencana. Akbar, R, Hawadi. 2006. Akselerasi A-Z Informasi Program Percepatan Balajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta : Grasindo. Almatsier S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu. Edisi kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Annas M. 2011. Jurnal. Hubungan Kesegaran Jasmani, Hemoglobin, Status dan Makan Pagi terhadap. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. Vol. 1. Edisi 2. Desember 2011. (http://journal.unnes.ac.id diakses pada tanggal 15 maret 2013). Arisman. 2007. dalam Daur Kehidupam. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Devi, N. 2012. Anak Sekolah. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara. Gibney M, Margetts B.M, Kearney J.M, Arab L. 2009. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Herlijulianti, E, Indriani, T, S, Artini, S. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Isdaryani, Ch. 2007. Skripsi. Hubungan Asupan Energi Protein, Status dan Anak Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan. Yogjakarta : Fakultas Kedokteran UGM. Kementerian Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar. (http://www.riskesdas.litbang.depkes.g o.id/2010.pdf diakses tanggal 15 Maret 2013) Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Khomsan, A. 2012. Ekologi Masalah Pangan dan Kemiskinan. Bandung : Penerbit Alfabeta. Krisnawati, Endang dan Soelistyowati. 2009. Jurnal. Hubungan Status dengan Anak Kelas I Sekolah Dasar Negeri Trosobo II Sidoarjo. Jurnal Keperawatan Vol. II. No.3. Sidoarjo : Keperawatan. Mariaal, N. 2011. Jurnal. Hubungan Antara Kejadian Anemia dengan Hasil Belajar Siswi SMP Negeri 11 Manado. Buletin Idi Manado Vol.1 No.5 hal. 39-40. Maulana, H, D, J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Mustika, D, C. 2012. Bahan Pangan, dan Kesehatan. Bandung : Penerbit Alfabeta. Puspitasari F. D, Sudargo T, Gamayanti I. L,. 2011. Jurnal. Hubungan Antara Status dan Faktor SosioDemografi dengan Kemampuan Kognitif Anak Sekolah Dasar di Daerah Endemis GAKI. Indonesia 2011, 34 (1):52-60. Sirajuddin S, Najamuddin U, dan Permana A. G, Faisal M. 2012. Jurnal. Hubungan Asupan Zat dengan Status Siswa SD Inpres 2 Pannampu Kec. Tallo Kota Makasar. Media Pangan vol. XIV, Edisi 2. (https://docs.google.com/file/d/0b3mpw ptvboq7ul9mrejizldluzg/edit?pli=1 diakses 25 Juni 2013). Sulistyoningsih, H. 2011. untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Graha Ilmu. Supariasa N. D, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status. Jakarta: EGC. Waryana. 2012. Reproduksi. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Rihama. Zaeni, dan Subiono H. S. 2011. Jurnal. Kondisi dan Siswa (Studi Kasus di Mts Al Asror Gunungpati Semarang). Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Vol.1. Edisi 1. (http://journal.unnes.ac.id diakses pada tanggal 15 maret 2013). Zulaihah dan Widayanti. 2006. Jurnal. Hubungan Kecukupan Asam Eikosapentanoat (EPA), Asam Dokosaheksanoat (DHA) Ikan Dan Status Dengan PrestasiBelajarSiswa. Jurnal Indonesia Vol 1 No. 2 (http://ejournal.undip.ac.id/index.php/j
gi/article/view/3241.pdf diakses pada tanggal 15 maret 2013).