BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Monitoring. Aksesibilitas Lingkungan Fisik Balai Desa Plembutan. Sumiyati (Disabilitas)

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA

Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

KAJIAN REFERENSI. 1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 03/PRT/M/2014 TANGGAL : 26 Februari 2014 PEDOMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Perencanaan, Pen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Peta Curah Hujan Kabupaten Magelang

UNIVERSITAS ESA UNGGUL Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

LAMPIRAN. : Hangat/putih, netral K. Lukisan pada umumnya dipasangkan di sepanjang dinding ruang pameran atau

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Nora Tristiana Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan pelanggan dan loyalitas menjadi tujuan utama para perusahaan dan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Suatu hal yang banyak menarik perhatian manusia dewasa ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

BAB II TINJAUAN OBJEK


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG DISABILITAS PADA TERMINAL PURABAYA SURABAYA

Standar Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97).

Persyaratan Teknis jalan

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN... I-1

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang

AKSESIBILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) BAGI PENYANDANG DIFABEL DI KOTA BANDA ACEH MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT

BAB II KAJIAN TEORI 1.9 Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Standar Etika 2.1 (Tata Laku)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini. berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANUAL DESAIN BANGUNAN AKSESIBEL

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

Penempatan marka jalan

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

KAJIAN AKSESIBILITAS KAUM DIFABEL PADA GEDUNG PASAR ACEH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT, LANSIA DAN PENYANDANG CACAT

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bertambahnya jumlah mahasiswa disertai dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis retail merupakan jenis bisnis yang sudah lama ada di dalam pasar. Bisnis

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

LAMPIRAN. xvi. Gb. Peta Pariwisata Kota Semarang. Sumber :

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

INTERIOR PERPUSTAKAAN TK DESIGNED BY. HOLME scompany

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

DAFTAR ISI LAPORAN TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

KAJIAN AKSESIBILTAS DIFABEL PADA KAMPUS I UNIVERSITAS TARUMANAGARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pentingnya Tangga kebakaran. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Spesifikasi geometri teluk bus

AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

SURVEY TC (Traffic Counting) PEJALAN KAKI

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

Aksesibilitas Bagi Difabel pada Bangunan Hotel di Kota Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Angkutan Umum Sarana angkutan umum mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan. Bagian yang membahas mengenai angkutan orang dengan kendaraan bermotor terdapat pada pasal 21 yaitu Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum terdiri atas: 1. Angkutan orang dengan Kendaran Bermotor Umum dalam trayek: dan 2. Angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam trayek. 3.2. Persyaratan Teknis Aksesibilitas Untuk mengetahui mengenai aksesibilitas difabel dalam mendapatkan pelayanan transportasi publik maka hal pertama yang harus dilakukan adalah melihat permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh difabel jika mereka mengakses transportasi publik. Persyaratan teknis aksesbilitas bagi penyandang difabel dalam kemudahan mengakses layanan transportasi publik menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas Dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.03/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfatan 16

Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan dapat ditinjau dari beberapa indikator variabel, yaitu : 3.2.1. Ramp Ramp merupakan jalur sirkulasi yang dimana memiliki kemiringan, dan biasanya digunakan sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. Berikut merupakan teknis ramp berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006. Tabel 3. 1 Indikator Penilaian Ramp Terhadap Akses Kemudahan Penyandang Difabel Menggunakan Transportasi Publik Variabel Sub Variabel Keterangan Teksur lantai Harus memiliki tekstur sehingga tidak licin baik di waktu hujan Derajat kemiringan Maksimum 6, dengan perbandingan antara tinggi dan kelandaian 1:10 Panjang jalur Panjang mendatar dari satu ram dengan perbandingan antara tinggi dan kelandaian 1:8 tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ram dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang. RAMP Lebar jalur Minimum 95cm tanpa adanya tepi pengaman, dan minimum 120 cm dengan tepi pengaman Muka datar/ bordes Bebas dan datar serta pada awal atau akhiran panjang minimum 160 cm Tepi pengaman Lebar 10cm, dirancang untuk menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp Pencahayaan Handrail (pegangan rambatan) Memiliki pencahayaan yang cukup Handrail harus mudah dipegang dengan ketinggian 65-80 cm 17

Ramp yang aksesibel bagi penyandang difabel dapat dilihat pada Gambar 3.1. dan Gambar 3.2. Gambar 3. 1 Kemiringan ramp Sumber :Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006 3.2.2. Tangga Gambar 3. 2 Handrail pada ramp Sumber :Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006 Tangga yaitu fasilitas bagi pergerakan vertikal dengan rancangan yang mempertimbangkan ukuran serta kemiringan pada pijakan dan tanjakan lebar yang memadai. Berikut merupakan teknis tangga berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006. 18

Tabel 3. 2 Indikator Penilaian Tangga Terhadap Akses Kemudahan Penyandang Difabel Menggunakan Transportasi Publik Variabel Sub Variabel Keterangan Dimensi anak Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan tangga yang seragam, tinggi pijakan 15-19 cm dan lebar pijakan 27-30 cm Tekstur lantai Tidak berlubang / rusak yang dapat membahayakan pengguna tangga Derajat Kemiringan tangga kurang dari 60 TANGGA kemiringan Handrail Nosing Dilengkapi handrail minimum pada satu sisi. Memiliki ketinggian 65-80cm. Bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang. Handrail harus ditambah 30cm pada bagian ujungnya. Lebar maksimal yaitu 4cm Untuk ukuran tangga yang aksesibel dapat dilihat pada Gambar 3.3. dan Gambar 3.4 sebagai berikut : Gambar 3. 3 Ukuran dan Detail Penerapan Tangga Standar 19

(a) (b) Gambar 3. 4 (a) Handrail pada Tangga. (b) Desain Profil Tangga 3.2.3. Pedestrian Jalur yang digunakan untuk berjalan kaki serta berkursi roda bagi penyandang difabel secara mandiri serta dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak tanpa hambatan, mudah dan nyaman, serta pedestrian hendaknya dilengkapi dengan jalur pemandu yang berfungsi memandu penyandang difabe untuk berjalan dengan memanfaatkan tekstur ubin pengarah dan ubin peringatan. Berikut merupakan teknis pedestrian yang disertai jalur pemandu berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006. 20

Tabel 3. 3 Indikator Penilaian Pedestrian Terhadap Akses Kemudahan Penyandang Difabel Menggunakan Transportasi Publik Variabel Sub Variabel Keterangan Permukaan Stabil,kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin. Hindari sambungan serta gundukan pada permukaan, kalaupun terpaksa harus tidak lebih dari 1,25cm. Tipe tekstur ubin Tekstur ubin pengarah bermotif garis-garis menunjukka arah perjalanan. Tekstur ubin bulat (peringatan) berarti peringatan adanya perubahan situasi di sekitarnya Penempatan guiding Di depan jalur lalu lintas PEDESTRIAN kendaraan. blocks (ubin tekstur Di depan pintu keluar dan masuk pada pemandu) terminal transportasi publik atau area penumpang Pada pedestrian yang menghubungkan antara jalan dan bangunan Pada pemandu arah dari fasilitas umum ke stasiun transportasi terdekat. Warna Untuk memberikan perbedaan warna antara ubin pemandu dengan ubin lainnya, maka pada ubin pemandu diberi warna kuning atau jingga 21

Untuk ukuran pedestian yang aksesibel dapat dilihat pada Gambar 3.5. dan Gambar 3.6 sebagai berikut : (a) (b) Gambar 3. 5 (a) Prinsip Perencanaan Pedestrian sebagai Pemandu Akses Penyandang Difabel, (b) Tipe-tipe tekstur ubin pemandu (c) (d) Gambar 3. 6 (c) Susunan Ubin Pemandu pada Belokan, (d) Penempatan Ubin Pemandu pada Anak Tangga atau Ramp 22

3.2.4. Jalur penyeberangan Fasilitas jalur penyeberangan yaitu fasilitas yang memberikan manfaat yang maksimal, baik dari segi keamanan, kenyamanan ataupun kelancaran bagi pengguna penyeberang jalan khususnya penyandang difabel untuk berpindah lokasi yang terdapat prasarana umumnya. Untuk jalur penyeberangan, dapat dibagi menjadi : 1. Penyeberangan Zebra yaitu fasilitas penyeberangan bagi pejalan kaki sebidang yang dilengkapi marka untuk memberikan batas dalam melakukan lintasan 2. Penyeberangan Pelikan yaitu fasilitas untuk penyeberangan pejalan kaki sebidang yang dilengkapi dengan marka dan lampu pengatur lalu lintas. Berikut merupakan teknis jalur penyeberangan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.03/PRT/M/2014. Tabel 3.4. Indikator Penilaian Jalur Penyeberangan Sebidang Terhadap Akses Kemudahan Penyandang Difabel Menggunakan Transportasi Publik. Variabel Sub Variabel Keterangan Letak Terletak pada kaki persimpangan jalan tanpa atau dengan pemberi isyarat lalulintas Waktu penyeberangan Penyeberangan Zebra Batas Kecepatan kendaraan bermotor Pemberian waktu penyeberangan bagi pejalan kaki menjadi satu kesatuan dengan lampu pengatur lalu lintas persimpangan pada persimpangan yang memiliki lampu pengatur lalu lintas Jika terletak pada kaki persimpangan jalan tanpa alat pemberi isyarat lalulintas, maka kriteria batas kecepatan kendaraan bermotor <40 km/jam 23

Tabel 3. 4 Lanjutan Indikator Penilaian Jalur Penyeberangan Sebidang Terhadap Akses Kemudahan Penyandang Difabel Menggunakan Transportasi Publik. Variabel Sub Variabel Keterangan Penyeberangan Pelican Letak Terletak pada ruas jalan dengan jarak minimal 300 meter dari persimpangan. Kelengkapan Untuk membantu para tuna netra, penyeberangan pelican dilengkapi dengan suara/bunyi yang berintegrasi dengan pemberi syarat lalu lintas Batas Kecepatan kendaraan bermotor Kecepatan rata-rata lalu lintas kendaraan >40 km/jam Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.03/PRT/M/2014. 3.3. Dimensi Kualitas Pelayanan Parasuraman et al., (1998) Dalam studinya menemukan bahwa ada 5 (lima) dimensi yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan, yang dikenal dengan istilah SERVQUAL. Kelima dimensi tersebut yaitu : 1. Tangibles atau bukti fisik, yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Fasilitas fisik meliputi perlengkapan, peralatan, teknologi, serta penampilan pegawai. 2. Reliability atau kehandalan, yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan. 24

3. Responsiveness atau daya tanggap, yaitu suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. 4. Assurance atau jaminan, yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan terhadap perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen yaitu komunikasi, kredibilitas, keamanan,kompetensi, dan sopan santun. 5. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan. Perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan. 25