BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini berfokus pada Strategi Komunikasi BP3AKB dalam mensosialisasikan perlindungan anak kepada masyarakat di Kota Bekasi, dan bertujuan untuk memberikan gambaran dan analisis mengenaistrategi komunikasi dalam sosialisasi perlindungan anak kepada masyarakat Kota Bekasi yang dilakukan oleh BP3AKB. Dalam mengumpulkan data penelitian, penulis menggunakan metode wawancara mendalam yang dilakukan kepada pihak-pihak BP3AKB yang bersinggungan dengan bidang perlindungan anak dan perencanaan programnya, serta dengan melaksanakan observasi dan melalui dokumentasi. Pada bagian penutup ini, penulis akan merangkum pembahasan yang terdapat di BAB IV. Sementara pada bagian saran, akan terdapat rekomendasi, yakni bagi BP3AKB terkait pelaksanaan strategi komunikasi dalam sosialisasi perlindungan anak, serta bagi penelitian selanjutnya. A. Kesimpulan Dari hasil analisis berbagai data yang diperoleh, ada beberapa hal yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini: 1. Dalam melakukan sosialisasi perlindungan anak kepada masyarakat Kota Bekasi, BP3AKB memiliki strategi komunikasi, yakni formulasi kegiatan komunikasi yang terfokus pada komunikasi secara langsung yang diteruskan dengan word of mouth dengan menggunakan media-media lainnya sebagai media pendukung. Adapun kegiatan sistematis tersebut dilakukan dengan menjabarkan (1) komunikator, yang di dalamnya mencakup analisis perencanaan dan penyusunan strategi, dan perumusan tujuan. (2) strategi komunikasi yang di dalamnya terdapat analisis komunikan, formulasi pesan, metode penyampaian pesan, pemilihan media, peranan komunikator yang berujung kepada implementasi program berdasarkan perencaan sebelumnya. Yang terakhir adalah (3) komunikan, 151
yang di dalamnya mencakup obstacles yang berakhir dengan (4) evaluasi, yang menjelaskan tentang feedback. 2. Khalayak yang disasar oleh BP3AKB dalam sosialisasi perlindungan anak merupakan seluruh warga Kota Bekasi, yang dengan berbagai pertimbangan dibagi menjadi beberapa kategori, yakni: (1) anak, (2) orangtua, (3) masyarakat, (4) guru, (5) pemerintah. Dalam pelaksanaannya, BP3AKB menyusun skala prioritas pelaksanaan sosialisasi. BP3AKB memberikan prioritas kepada beberapa pihak, yakni daerah-daerah yang terdapat kasus pelanggaran perlindungan anak, serta daerah yang terdapat laporan-laporan dari masyarakat. 3. Pesan utama yang disampaikan oleh BP3AKB adalah perlindungan anak, dan dengan memandang masalah dan fakta yang ada, BP3AKB memecah pesan itu menjadi beberapa pesan kecil, yakni Stop Kekerasan terhadap Anak, 31 Hak Anak, Edukasi Pencegahan Kekerasan, dan Ketahanan Keluarga. Pemecahan pesan tersebut juga didasarkan dengan kebutuhan dan karakteristik dari khalayak yang disasar oleh BP3AKB dalam sosialisasi perlindungan anak. 4. Dalam menyampaikan pesan kepada khalayak, BP3AKB menggunakan metode redundancy. Tujuan BP3AKB dalam pelaksanaan sosialisasi adalah untuk penyadaran dan merubah perilaku, maka penyampaian pesan dimaksudkan agar dapat lekat di dalam ingatan khalayak. Pada pelaksanaannya, metode berulang ini dilakukan di dalam media yang berbeda. Pesan-pesan yang disampaikan oleh BP3AKB dirancang untuk berbentuk informatif, persuasif, dan edukatif, pemilihan tersebut didasarkan pada masalah yang ada di masyarakat. Metode informatif bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman kepada masyarakat mengenai perlindungan anak. Tujuan yang ingin dicapai oleh BP3AKB adalah selain pemahaman namun juga penerapan perlindungan anak di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga BP3AKB mengajak masyarakat dengan menggunakan metode persuasif. Terakhir, BP3AKB menggunakan metode edukatif yang dikhususkan untuk menyasar para anak, yakni untuk 152
mengajarkan anak mengenai perlindungan anak dan cara-cara untuk menghindari pelanggaran dan hal yang tidak diinginkan. 5. Dalam sosialisasi, BP3AKB menggunakan media tatap muka, media cetak, media massa, serta media luar ruang. Media yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan sosialisasi adalah tatap muka, yang pada berlanjut dengan word of mouth.aktivitas word of mouth dijalankan oleh Satgas Ramah Anak, Forum Anak, dan Pemerintah yang merupakan ujung tombak BP3AKB dalam pelaksanaan sosialisasi. Prakteknya adalah BP3AKB melaksanakan sosialisasi kepada ketiga pihak tersebut, setelah itu ketiga pihak tersebut meneruskan pesan yang diberikan oleh BP3AKB kepada lingkungan di sekitarnya. Prioritas tersebut pun didasari oleh efisiensi yang dirasakan oleh BP3AKB dan berdasarkan budaya dan karakteristik khalayak. Media-media lainnya seperti pamphlet, leaflet, serta radio dan televisi, juga internet dan media luar ruang hanya menjadi media pendukung yang membantu pengulangan pesan dan untuk menjangkau masyarakat Bekasi yang belum tersentuh secara langsung oleh BP3AKB. 6. Hambatan yang dihadapi oleh BP3AKB dalam melaksanakan sosialisasi perlindungan anak adalah; masalah waktu, wilayah yang cukup luas, serta masyarakat yang cukup beragam. Ketiga masalah tersebut merupakan masalah yang mendasar dan di luar kuasa BP3AKB. Masalah-masalah tersebut seharusnya sudah dipetakan sejak awal sehingga pada pelaksanaan sosialisasi, masalah-masalah tersebut sudah bukan menjadi hambatan. 7. Tujuan yang ingin dicapai oleh BP3AKB tidak spesifik dan tidak memiliki angka yang konkret. Hal tersebut mempersulit BP3AKB dalam pelaksanaan evaluasi. Tujuan menjadi indikator kesuksesan yang digunakan dalam evaluasi, namun dengan indikator yang tidak memiliki angka konkret, tentu mengukur kesuksesan dan efektivitas strategi komunikasi dalam sosialisasi perlindungan anak ini akan sulit. Untuk mengakalinya, dalam mengevaluasi sosialisasi perlindungan anak, 153
BP3AKB melihat angka kekerasan yang terjadi kepada anak dalam kurun waktu tertentu. Serta untuk melihat kesadaran masyarakat mengenai perlindungan anak dan mengenai terpenuhinya hak-hak anak, BP3AKB mengukurnya dengan merasakan perubahan-perubahan yang ada di masyarakat. 8. Secara keseluruhan, BP3AKB konsisten dengan duduk permasalahan. BP3AKB menjadikan masalah sebagai dasar dalam pertimbangan perencanaan strategi komunikasinya, sehingga strategi komunikasi yang disusun oleh BP3AKB ingin menjawab permasalahan yang ada di masyarakat. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh BP3AKB juga telah didasari oleh fakta-fakta yang ada, seperti karakteristik masyarakat, karakteristik media, sehingga BP3AKB dapat menyesuaikan antara khalayak, metode, media, komunikator dan aspek lain yang dibutuhkan dalam strategi komunikasi. 9. Masih terdapat beberapa hal yang luput untuk menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi komunikasi dalam sosialisasi perlindungan anak oleh BP3AKB. Seperti contohnya, kecenderungan kekerasan anak terjadi kepada masyarakat yang tingkat ekonominya cukup rendah. Mengetahui fakta tersebut, BP3AKB tidak lantas mengambil langkah untuk menjadikannya kategori baru dalam segmentasi khalayak sasaran, dan tetap memandang rata seluruh masyarakatnya 154
B. Saran Setelah melakukan penelitian mengenai strategi komunikasi dalam sosialisasi perlindungan anak yang dilakukan BP3AKB ini, peneliti memberikan saran kepada BP3AKB mengenai pelaksanaan sosialisasi ini yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan sosialisasi ke depannya, sertabagi penelitian selanjutnya. Beberapa saran tersebut antara lain; 1. Saran untuk BP3AKB Kota Bekasi Penyusunan strategi komunikasi dalam sosialisasi perlindungan anak harus dilakukan lebih matang dan lebih mendalam. Masih ada beberapa hal yang bisa menjadi bahan pertimbangan bagi BP3AKB dalam pengambilan keputusan dalam strategi komunikasi sosialisasi perlindungan anak namun terabaikan. Seperti contohnya pada saat analisis perencanaan, BP3AKB tidak melaksanakan penelitian lebih mendalam, padahal dengan adanya penelitian lebih mendalam, BP3AKB dapat melihat insight masyarakat. Sama halnya dengan fakta mengenai kecenderungan kekerasan anak terjadi kepada masyarakat yang tingkat ekonominya cukup rendah. Fakta tersebut ada baiknya menjadi salah satu acuan dalam pengambilan keputusan dalam pengkategorian khalayak. Selain itu, BP3AKB masih perlu memperbaiki sistem evaluasi program, karena data evaluasi yang didapat melalui pelaporan masih belum dapat menjelaskan keseluruhan kondisi sehingga kurang efektif. 2. Saran untuk penelitian selanjutnya Penelitian ini tentu masih memiliki banyak celah. Dalam hal ini karena keterbatasan penulis, ada beberapa aspek yang terkait dengan topik penelitian yang belum sempurna dalam pemaparannya. Pemaparan yang dilakukan penulis merupakan sebuah paparan yang deskriptif yang hanya ingin menggambarkan sebuah topik. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya diharapkan untuk cermat dan akan lebih baik jika data yang diperoleh dijelaskan dengan lebih komprehensif dan diarahkan pada eksplanasi atau eksplorasi kasus secara lebih mendalam. 155