BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka melaksanakan pembangunan desa, pembinaan

dokumen-dokumen yang mirip
2 atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Mengingat : 1. Pasal 5 a

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2014

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

ANALISIS PENGELOLAAN DANA DESA 2015 (STUDI KASUS DI DESA ARJOSARI, KECAMATAN ARJOSARI, KABUPATEN PACITAN) SKRIPSI

2016, No Dana Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, per

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIBfUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 10 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang

TATA CARA PENGANGGARAN, PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, MONITORING DAN EVALUASI DANA DESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

Sumber: I. PENDAHULUAN

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDHULUAN. memegang teguh adat-istiadat setempat, sifat sosialnya masih tinggi dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Peran BPK Dalam Mewujudkan Akuntabilitas Dana Desa z. Pekanbaru, 16 Nopember 2017

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26

BUPATI BOGOR. Cibinong, Desember 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

POTENSI KORUPSI DANA DESA DAN SANKSI HUKUMNYA pada

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU NOMOR : 13 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, PEMANTAUAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

KEBIJAKAN DANA INSENTIF DAERAH (DID) TAHUN 2016

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 4 TAHUN 2O17 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DANA DESA DI KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 14 TAHUN 2017

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon

BAB V KONKLUSI DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA DESA; PENGALOKASIAN, PENYALURAN, MONITORING DAN PENGAWASAN

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA 4 MENTERI TENTANG PENYELARASAN DAN PENGUATAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

2 Dana Desa mengingat anggaran Dana Desa yang dialokasikan dalam APBN Tahun Anggaran 2015 masih belum mencapai 10% (sepuluh per seratus) dari Dana Tra

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu hal yang menjadi tuntutan dalam pemerintahan saat ini

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2009 NOMOR 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

SALINAN WALIKOTA BATU

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. klikkabar.com

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut. demokratis sehingga dapat menciptakan kesejahteraan rakyat.

BAB IV GAMBARAN UMUM

MAKALAH DANA DESA. Mata Ajaran : Akuntansi Pemerintahan Dosen : M. Yusuf John Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket. undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 25 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BPKP PERWAKILAN SUMATERA UTARA

-2- No.1934, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tenta

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI NATUNA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN TRANSFER KE DESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat, sehingga pada tahun

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 39 Tahun 2012 (Permendagri 39/2012) Perubahan atas Peraturan. Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 (Permendagri 32/2012)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

WARGA KALBAR DIMINTA IKUT AWASI ADD

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan, penyelenggaraan pemerintahan, serta pemberdayaan masyarakat desa oleh Pemerintah Desa, Pemerintah Pusat menganggarkan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang selanjutnya disebut Dana Desa. Dana Desa merupakan kebijakan baru dari Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk periode kepemimpinan 2014-2019 dan mulai dilaksanakan pada tahun 2015, setiap desa direncanakan mendapatkan dana maksimal 1,4 miliar rupiah yang bersumber dari APBN. Pada tahun-tahun sebelumnya, Pemerintahan Desa hanya menerima pendapatan transfer berupa bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota, Alokasi Dana Desa (ADD), dan bantuan keuangan. ADD adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, ADD paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam APBD kabupaten/kota. Pengalokasian ADD mempertimbangkan 2 hal, yaitu yang pertama kebutuhan penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa dan yang kedua yaitu jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas 1

2 wilayah desa, dan tingkat kesulitan geografis desa. Bupati/walikota menginformasikan rencana ADD kepada Kepala Desa yang menjadi bahan penyusunan rancangan APB Desa (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa). Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APB Desa kepada bupati/walikota setiap semester tahun berjalan, dan juga laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa setiap akhir tahun anggaran. Dalam pelaporan dan pertanggungjawaban diharapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dapat dipertanggungjawabkan. Thomas (2013), melakukan penelitian tentang Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan Di Desa Sebawang, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan alokasi dana desa (ADD) dalam pembangunan yang dilaksanakan untuk 30% dari dana ADD bisa berjalan sesuai dengan petunjuknya kemudian untuk 70% dari ADD berjalan kurang optimal karena lebih direalisasikan pada pembangunan fisik pada tahun 2010 dan 2011 sedangkan untuk tahun 2012 lebih kepada pengadaan barang. Rendahnya sumber daya manusia aparat desa dan kurangnya koordinasi tentang pengelolaan ADD menjadi hambatan dalam proses pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Sebawang. Sanusi et al. (2014), melakukan penelitian tentang Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Desa Balansiku, Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan ADD ternyata mempunyai implikasi dalam mendorong perubahan atau peningkatan

3 pembangunan desa. Meskipun secara implementatif pengelolaan alokasi dana desa di situs penelitian belum efektif tetapi telah menunjukkan adanya perubahan yang berarti terhadap kesejahteraan masyarakat. Meskipun dalam proses dihadapkan pada persoalan administratif, tetapi secara akumulatif pengelolaan ADD mencapai sasaran (rencana kerja) dan kontribusinya sangat jelas yaitu dapat memperbaiki dan meningkatkan pembangunan desa. Alokasi dana desa secara implementatif masih menghadapi persoalan terutama yang berkenaan dengan pencairan dana yang tidak selalu selaras/sinkron terhadap rencana kegiatan yang diprogramkan. Hal ini disebabkan adanya keterlambatan dana pada Tahap II oleh Pemerintah Kabupaten Nunukan, yang disebabkan terbatasnya tenaga yang terampil dan berpengalaman mentalitas aparat desa yang kurang disiplin dalam bekerja. Sisianto (2015), dalam penelitiannya yang dilakukan di Desa Tinting Boyok Kecamatan Sekadau Hulu menjelaskan bahwa pada Desa Tinting Boyok secara garis besar telah melaksanakan pengelolaan keuangan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Hanya saja dalam pelaksanaannya belum optimal. Salah satu elemen manajemen keuangan yang belum optimal berada pada tahap perencanaan. Terbukti dengan timbulnya pembekuan anggaran Alokasi Dana Desa periode 2 tahun 2013 sebagai akibat terlambatnya pelaporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang mana di dalamnya terdapat lampiran pertanggungjawaban keuangan pada periode sebelumnya.

4 Dana Desa merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang digunakan untuk pembangunan desa. Dana Desa disalurkan kepada setiap desa melalui beberapa tahap pencairan, ada 3 tahap pencairan yang harus dilakukan pada tahun anggaran berjalan. Untuk tahun 2015, yang merupakan masa transisi karena tahun pertama berlakunya kebijakan pemerintah mengenai Dana Desa ini, pencairan dilakukan selama rentang waktu 3 bulan, yaitu bulan Oktober sampai dengan Desember 2015. Salah satu persyaratan untuk bisa mencairkan dana desa adalah tersusunnya APB Desa (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) di masing-masing desa. Dana Desa yang dialokasikan oleh pemerintah ini diharapkan mampu memasuki sektor riil dalam pengembangan desa sesuai dengan potensi yang ada dalam desa tersebut, serta menunjang perekonomian desa dengan membangun infrastruktur desa sehingga dampaknya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat desa. Menurut Peraturan Menteri Desa Nomor 5 tahun 2015, Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai belanja pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Besarnya jumlah Dana Desa disesuaikan dengan profil desa, yaitu dilihat dari besarnya jumlah penduduk, tingkat kesulitan geografis, luas wilayah, serta angka kemiskinan. Sehingga dana yang diterima setiap desa berbeda-beda. Agar dana desa tepat sasaran, maka pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meminta BPS (Badan Pusat Statistik) untuk menyediakan data terkait dengan tingkat kesulitan geografis yaitu berupa Indeks Kesulitan Geografis (IKG) yang menjadi salah satu sumber perhitungan

5 besaran dana desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2015, IKG Desa ditentukan oleh faktor yang terdiri atas ketersediaan prasarana pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, aksesibilitas/transportasi. Data IKG nantinya akan dibuat kategorisasi yang lebih detail untuk menentukan kabupaten maju dan kabupaten tertinggal. Kemenkeu juga meminta kepada BPS untuk melakukan penghitungan IKG setiap tahunnya dan memperbaharui data yang ada. Dengan besarnya dana yang diterima di setiap desa, hal yang dikhawatirkan ialah terseretnya para elit desa pada tindak pidana korupsi dikarenakan rendahnya tingkat SDM (Sumber Daya Manusia) dan juga ketidaksiapan mental aparatur desa dalam hal pengelolaan dana desa, maka dibutuhkan pendamping dana desa sebagai fasilitator penerimaan dana desa. Oleh karena itu Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi merekrut pendamping dana desa. Pendamping dana desa bertujuan sebagai pengawasan dalam mengawal kepala daerah/desa menggunakan anggaran, sekaligus berfungsi memastikan penyerapan anggaran desa berjalan baik dan tidak menimbulkan masalah hukum, serta dalam kewajiban pemerintah desa dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan berbasis akrual yang belum begitu dipahami. Dalam hal ini KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) melakukan kajian Sistem Pengelolaan Keuangan Desa agar implementasi UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dapat berjalan dengan lancar. Maka dari itu pemerintah desa harus dengan bijak mengatur serta melaksanakan anggaran dana desa yang

6 diberikan sehingga menghasilkan akuntabilitas pelaporan pengelolaan dana desa yang dapat mengembangkan desa serta masyarakat yang ada di dalamnya. Dalam penelitian ini difokuskan pada pengelolaan Dana Desa yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Arjosari, serta laporan realisasi atas dana desa sampai dengan laporan pertanggungjawaban atas dana tersebut yang dilakukan secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini belum pernah dilakukan karena Dana Desa merupakan kebijakan baru Pemerintah Pusat di tahun 2015. Pentingnya dilakukan penelitian dalam hal ini untuk melihat kesiapan aparatur desa dalam mengelola Dana Desa serta mengetahui faktor yang menjadi kendala dalam pengelolaan Dana Desa. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana implementasi atas pengelolaan Dana Desa di Desa Arjosari? 2. Apa faktor-faktor yang menjadi kendala dalam implementasi pengelolaan Dana Desa di Desa Arjosari? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis implementasi atas pengelolaan Dana Desa di Desa Arjosari. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam implementasi pengelolaan Dana Desa di Desa Arjosari.

7 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat atau kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perkembangan Kajian Akuntansi Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan tentang Dana Desa yang merupakan kebijakan baru dari Pemerintah Pusat untuk melaksanakan pengembangan desa. 2. Bagi Instansi Terkait a. Pemerintah Desa Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi Pemerintah Desa untuk mengelola keuangan desa sesuai dengan kebijakan yang ada dan disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku. b. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan acuan dalam melakukan fungsi pengawasan oleh Pemerintah Daerah di tingkat kabupaten/kota dalam hal ini Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (Bapemas dan Pemdes) sebagai instansi yang menangani perihal dana Desa untuk mengawasi dan mengevaluasi pengelolaan Dana Desa di Kabupaten Pacitan.

8 3. Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan ataupun masukan untuk melakukan penelitian mengenai Dana Desa bagi peneliti selanjutnya.