RPA objectives, development, principles, management and food safety

dokumen-dokumen yang mirip
IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

[Pengelolaan Rumah Potong Unggas]

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG

I. PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan yang telah digariskan dalam propenas. Pembangunan

Mutu karkas dan daging ayam

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing berlokasi di Denpasar dan Tabanan, Tempat Pemotongan Ayam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 102 TAHUN 2001 SERI D.99 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG

Waspadai Produk Gunaan dari Babi

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1983 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat umum (SNI, 1999). Tujuan utamanya didirikan RPU adalah untuk

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REGULASI PEMERINTAH TERHADAP RANTAI PASOK DAGING SAPI BEKU

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

Badan Standardisasi Nasional

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI KONTROL VETERINER UNIT USAHA PANGAN ASAL HEWAN

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, rumpun Anatini,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN SURVEILANS RESIDU DAN CEMARAN MIKROBA PADA PRODUK HEWAN

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN LALU LINTAS TERNAK DAN PEREDARAN BAHAN ASAL HEWAN DI KABUPATEN BULUKUMBA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI AYAM ADUAN SEKARAT HASIL KALAH SABUNG AYAM DI KABUPATEN SIDOARJO

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2009 TENTANG

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/PK.230/5/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG ALAT DAN MESIN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN [LN 2009/84, TLN 5015]

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN (DICABUT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG IZIN USAHA PEMOTONGAN HEWAN, PENJUALAN DAGING HEWAN DAN USAHA PEMOTONGAN UNGGAS

Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No.72 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Alat dan mesin peternakan dan kesehatan hewan yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 41 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Regulasi sanitasi Industri Pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009 BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN DAN PENGUJIAN KEAMANAN DAN MUTU PRODUK HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek

KAJIAN HASIL MONITORING DAN SURVEILANS CEMARAN MIKROBA DAN RESIDU OBAT HEWAN PADA PRODUK PANGAN ASAL HEWAN DI INDONESIA

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1983 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih maju, kesadaran kebutuhan nutrisi asal ternak semakin meningkat,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMOTONGAN HEWAN DAN PENANGANAN DAGING

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan untuk penelitian ini adalah Ayam Kampung Unggul

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

WALIKOTA PANGKALPINANG

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perda

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

1 of 5 02/09/09 11:07

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN : 1996 SERI : D NO : 10 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

2 adanya standar alat dan mesin peternakan dan kesehatan hewan yang harus ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pada prinsipnya, setiap orang yang beru

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

Analisa Mikroorganisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Daging

TINJAUAN PUSTAKA. 18,20 Lemak (g) 25,00 Kalsium (mg) 14,00 Fosfor (mg) 200,00 Besi (mg) 1,50 Vitamin B1 (mg) 0,08 Air (g) 55,90 Kalori (kkal)

Transkripsi:

RPA objectives, development, principles, management and food safety

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Peserta dapat menjelaskan tentang prinsip dan manajemen RPA agar menghasilkan daging yang berkualitas dan aman di konsumsi

Kapan Mulai Menyembelih?? Masa food gathering ke food producing Pola Konsumsi Awal 1. Memakan langsung 2. Menyimpan 3. Setelah menyimpan, memasaknya MEMOTONG / MENYEMBELIH

Makna memotong saat itu : mematikan (membunuh / to kill) mengeluarkan darah (meskipun tidak sempurna) memotong menjadi bagian-bagian (parting) untuk kemudian dikonsumsi atau disimpan. perintah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail BUDAYA MEMOTONG SUDAH BERLANGSUNG BERABAD-ABAD

PERKEMBANGAN DI INDONESIA

Komparasi Supply Vs Demand Tabel 1. Populasi Unggas Nasional Berdasarkan Jenis Unggas Tahun Petelur (Layer) dalam 000 ekor Pedaging dalam juta ekor 2014 146.660 1.443,35 2015 155.007 1.528,33 POLA KONSUMSI Total Konsumsi daging ayam 5,4 kg per kapita (2015)

Tingginya konsumsi daging unggas Daging ayam relatif lebih murah dibandingkan dengan yang lainnya Daging ayam lebih baik dari segi kesehatan karena mengandung sedikit lemak dan kaya protein dibandingkan dengan daging sapi, kambing dan babi Tidak ada agama apapun yang melarang umatnya untuk mengonsumsi daging ayam Daging ayam mempunyai rasa yang dapat diterima semua golongan masyarakat dan semua umur Daging ayam cukup mudah diolah menjadi produk olahan yang bernilai tinggi, mudah disimpan dan mudah dikonsumsi

BEBERAPA DEFINISI Rumah Pemotongan Unggas a. Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor 557/kpts/TN. 529 / 1976 Suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong unggas konsumsi masyarakat umum b. Menurut SNI 01-6160-1999 Kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan hygiene tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong unggas bagi konsumen masyarakat umum

Tempat pemotongan unggas adalah suatu tempat/bangunan dg desain dan syarat tertentu, oleh yang berwenang ditunjuk sebagai tempat untuk memotong unggas bagi konsumsi masyarakat umum terbatas dalam suatu wilayah kecamatan atau pasar tertentu dengan kapasitas pemotongan maksimum 500 ekor per hari (Kepmen 557/KPTS/TN.529/1976) Usaha pemotongan unggas adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau badan hukum yang melaksanakan pemotongan unggas milik sendiri atau pihak lain, atau menjual jasa pemotongan unggas (Kepmen 557/KPTS/TN.529/1976)

BAGIAN DARI RPA RUANG PENERIMAAN (RECEIVING AREA) RUANG PEMOTONGAN (SLAUGHTERING ROOM) RUANG PROCESSING (PROCESSING ROOM)

Menyiapkan unggas hidup menjadi bahan siap olah Pemrosesan Penanganan pasca pemrosesan Memilih unggas hidup dan memroses unggas Pendinginan dan pembekuan Penyiapan untuk olahan Parting, deboning, mincing, marinating, pengempukan

TAHAPAN PEMOTONGAN UNGGAS

ALUR PEMROSESAN TERNAK UNGGAS AYAM HIDUP PENGGANTUNGAN PEMERIKSAAN POST MORTEM PEMOTONGAN PENCELUPAN AIR PANAS PENCABUTAN BULU PEMOTONGAN KAKI DAN KEPALA PEMERIKSAAN POST MORTEM PENGELUARAN JEROAN PENCUCIAN DAN PENDINGINAN PEMISAHAN JEROAN GRADING PENGEMASAN CUT-UP

PENERIMAAN UNGGAS HIDUP

ANTE MORTEM INSPECTION

PENGGANTUNGAN AYAM Agar pengeluaran darah (bleeding) sempurna saat dipotong

PEMINGSANAN Air didalam tanki/ember yang telah dialiri listrik Volume minimal 110 v max 120 volt Agar tidak meronta saat dipotong yang dapat menyebabkan penurunan kualitas karkas.

PEMOTONGAN Perbatasan kepala dan leher dengan metode kosher (kosher style). Yang dipotong yaitu vena yugularis, arteri karotidea, Esofagus dan trakhea) Dipotong dibelakan rahang, jarak antara stunning dan pemotongan adalah 15 detik

1. QS Al-Baqarah (2) : 173 Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darahn daging babi dan binatang yang(ketika disembelih) DISEBUT (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak mengiginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang 2 QS Al-Maidah (5) : 3 Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu meneyembelihnya.

BLEEDING Waktu bleeding maksimal 2-3 menit

SCALDING Pencelupan ayam dalam air panas : Suhu: 52-53 0 C Suhu: 59-62 0 C

PENCABUTAN BULU

PEMOTONGAN KEPALA DAN KAKI

EVISERASI

POST MORTEM INSPECTION

CHILLING

CUT UP

CUT UP

Cara memotong karkas menjadi 10 bagian

PENGEMASAN

Penanganan pasca pemrosesan Pencucian karkas terpisah dari jeroan Karkas segera didinginkan Karkas dan jeroan harus selalu dalam keadaan dingin (<4 o C) untuk diproses lebih lanjut/saat akan diolah. Mikroba yang dapat mencemari karkas ada yang memerlukan suhu rendah (sekitar 20 o C) untuk berkembangbiak (bakteri psychrophylic) dan ada yang memerlukan suhu hangat, sekitar 37 o C (bakteri mesophylic). Beberapa bakteri psychrophylic menyebabkan kebusukan, sedangkan dari kelompok bakteri mesophylic terdapat bakteri-bakteri yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pembekuan

FOOD SAFETY Keamanan makanan terhadap berbagai macam bahaya yang menurut jenis penyebabnya dikelompokan menjadi bahaya biologis, kimiawi dan fisik

MENGAPA FOOD SAFETY?? Mencegah penyebaran penyakit yang sangat menular Melindungi kesehatan konsumen Melindungi kesejahteraan hewan Standar kualitas untuk pemasaran dan penjualan

Unfortunately..

URGENSI PEMOTONGAN UNGGAS ASPEK KEAMANAN SOSIAL PSIKOLOGIS ASPEK EKONOMI

BAGAIMANA KEBIJAKAN MENGATUR?

BEBERAPA PERANGKAT HUKUM TERKAIT UU No. 6 / 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan SNI 01-6160-1999 tentang Rumah Pemotongan Unggas SNI 01-3924-1995 tentang Mutu Karkas dan Daging Ayam UU No. 7 / 1996 Tentang Pangan Kepmen Pertanian No. 555 tahun 1986 tentang Syarat-syarat Rumah Pemotongan Unggas dan Usaha Pemotongan Unggas Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

UU No 6 / 1967 Pasal 8 Tentang Tujuan Peternakan Pasal 21 ttg KESMAVET a. b. c. d. e. f. g. pengawasan dan pengujian daging, susu dan telur; mencukupi kebutuhan rakyat akan protein-hewani dan lain-lain bahan, yang berasal dari ternak yang bermutu tinggi; mewujudkan terbentuknya dan perkembangannya industri dan perdagangan bahan-bahan, yang berasal dari ternak; pengawasan pemotongan hewan; pengawasan perusahaan susu, perusahaan unggas, perusahaan babi; pengawasan pengolahan bahan makanan yang berasal dari hewan; pengawasan dan pengujian bahan makanan yang berasal dari hewan yang diolah; pengawasan terhadap bahan-bahan berasal dari hewan yaitu: kulit, bulu, tulang, kuku, tanduk dan lain-lain; dalam pengendalian anthropozoonosis diadakan kerja-sama yang baik antara instansi-instansi yang langsung atau tidak langsung berkepentingan dengan kesehatan umum.

UU No 7 1996 tentang PANGAN 1. Pasal 4 (1) Pemerintah menetapkan persyaratan sanitasi dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran. (2) Persyaratan se(bagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan persyaratan minimal yang wajib dipenuhi dan ditetapkan serta diterapkan secara bertahap dengan memperhatikan kesiapan dan kebutuhan sistem pangan. 2. Pasal 5 (1) Sarana dan atau prasarana yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi. (2) Penyelenggaraan kegiatan atau proses produksi, penyimpangan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan serta penggunaan sarana dan prasarana, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan persyaratan sanitasi.

3. Pasal 6 osetiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, penganggkutan, dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan, dan atau keselamatan manusia;menyelenggarakan program pemantauan sanitasi secara berkala; danmenyelenggarakan pengawasan atas pemenuhan persyaratan sanitasi. 4. Pasal 7 oorang perseorangan yang menangani secara langsung dan atau berada langsung dalam lingkungan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi. 5. Pasal 8 osetiap orang dilarang menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi.

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN Pasal 8 yang berisi tentang : 1. 2. 3. 4. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang : a. b. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan; Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label; Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.

KEPMEN PERTANIAN NO. 557 / Kpts / TN. 529 / 9 / 1976 sebagai perangkat hukum pelaksana dari PP No. 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner tentang syarat-syarat Rumah pemotongan Unggas dan Usaha Pemotongan Unggas Bab I : Ketentuan Umum ( 2 pasal) Bab II : Syarat-syarat Rumah Pemotongan Unggas (4 pasal) Bab III : Syarat-syarat Tempat Pemotongan Unggas (2 Pasal) Bab IV : Usaha Pemotongan Unggas (10 Pasal) Bab V : Pelaporan (1 Pasal) Bab VI : Ketentuan Peralihan (1 pasal) Bab VII : Lain-lain (3 pasal)

SNI 01-6160-1999 tentang RUMAH PEMOTONGAN UNGGAS Standar ini meliputi acuan, definisi, persyaratan lokasi, sarana, bangunan dan tata letak, peralatan, hygiene karyawan dan perusahaan, pengawasan kesehatan masyarakat veteriner, kendaraan pengangkut daging unggas, ruang pembekuan cepat, ruang penyimpanan beku, ruang pengolahan daging unggas, dan laboratorium.

SNI 01-3924-1995 tentang MUTU KARKAS DAN DAGING AYAM Standar ini meliputi, ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi, klasifikasi, penilaian mutu, potongan karkas, pengambilan contoh, metode pengujian, dan rekomendasi.

Kualitas Ayam Hidup Pelacakan dan Penelusuran Identifikasi & Registrasi Riwayat penyakit - pengobatan, vaksinasi Monitoring dan pengawasan Informasi tentang komposisi pakan ternak Biosecurity di tingkat peternak Rekording Transportasi

Rumah Potong - Manajemen & Manajemen dan Organisasi (GMP) Desain, lay-out, material Lantai, dinding, plafon, pintu, Mesin dan peralatan Penggunaan terknologi Kualitas air, pengolahan air limbah Kebersihan dan desinfeksi Pemeriksaan harian, mingguan, bulanan Audit eksternal Kebersihan

Ante-mortem Inspection At farm level oleh dokter hewan Pemeriksaan klinis Pemeriksaan catatan rekording Pengobatan, perawatan Label Pakan Hasil tes laboratorium

Ante-mortem Inspection Saat kedatangan di rumah potong hewan Oleh dokter hewan resmi dan asisten Kontrol dokumen Pemeriksaan klinis Pemeriksaan kesejahteraan hewan: transportasi Kondisi tambahan untuk pemotongan Keputusan untuk disembelih paling akhir Menunda pemotongan

Post-mortem inspection Langsung setelah eviserasi Pemeriksaan meliputi organ internal yang menempel pada karkas Maksimal 100 ekor per menit Pencatatan Dilakukan oleh dokter hewan resmi dan asisten

Kualitas Penjualan Produk Pendarahan saat proses transportasi Patah tulang Terlalu panas saat scalding

Hazard Impact & Frequency Analysis Frequent of Hazard appearance Impact on Quality Low 1 Medium 2 High 3 Low (Exceptional) 1 Medium (Possible) 2 High (Frequent) 3 Final Wash (Contamination from water) Cutting/Packaging (Contamination from handling and workers) Birds Receiving (Injury), Bleeding (Contamination of knife) Birds Receiving (Stress), Postmortem inspection (Diseases) Birds Receiving, (Diseases, Antibiotic Residues), Eviscerating (Contamination), Chilling (Growth of Pathogen), Cold Storage (Growth of pathogen from high temperature)