PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT DARI SABUT KELAPA DAN LIMBAH PLASTIK BERLAPIS BAMBU DENGAN VARIASI KERAPATAN DAN LAMA PERENDAMAN

Kiki Sinaga, M. Dirhamsyah Dan Ahmad Yani Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun seluas 8,91 juta

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate)

BAB III BAHAN DAN METODE

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

III. METODOLOGI PENELITIAN

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL BERBAHAN DASAR KULIT DURIAN (Durio zibethinus murr.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : Febriana Tri Wulandari Prodi Kehutanan Faperta Unram

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Penelitian di laksanakan bulan September - November Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Suherti, Farah Diba, Nurhaida Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jln Imam Bonjol Pontianak

Medan (Penulis Korespondensi : 2 Staf Pengajar Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Kadar Selulosa Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC)

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU

KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL DARI BATANG PANDAN MENGKUANG (Pandanus atrocarpus Griff) BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL DAN KONSENTRASI UREAFORMALDEHIDA

PEMANFAATAN LIMBAH PENGOLAHAN KAYU JATI SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN PARTIKEL NON PEREKAT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Bahan

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL

SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN PARTIKELDARI KAYU SENGON (PARASERIANTHES FALCATARIA. L) DAN SERBUK SABUT KELAPA (COCOS NUCIFERA.L)

Sifat-sifat papan semen partikel yang diuji terdiri atas sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal dan

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

BAB V ANALISIS HASIL

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics (MoE And MoR) Of Particle Board Of Ulin Wood (Eusideroxylon Zwageri T.Et.B)

SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT DARI BATANG SINGKONG DAN LIMBAH PLASTIK BERDASARKAN PELAPISAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN PARTIKEL

TINJAUAN PUSTAKA. Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel

3 PENGARUH JENIS KAYU DAN KADAR PEREKAT TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract

PENGGUNAAN SEKAM PADI DENGAN ANYAMAN BAMBU SEBAGAI PAPAN SEMEN DEKORATIF

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN DAN WAKTU KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL SERUTAN BAMBU PETUNG BERLAPIS MUKA PARTIKEL FESES SAPI

17 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(1), 16-20

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT SERAT KULIT BATANG SAGU DAN PLASTIK POLIPROPILENA (PP) BERLAPIS FINIR DAN BAMBU

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN SIKLIS PAPAN PARTIKEL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

PENGARUH PROPORSI LAPISAN DAN BAHAN BAKU TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL LAPIS TANPA PEREKAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Pembuatan Oriented Strand Board (OSB) Persiapan Bahan 3.3.

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALITAS PAPAN PARTIKEL TANDAN KOSONG SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGGUNAKAN PEREKAT LIKUIDA DENGAN PENAMBAHAN RESORSINOL YULIANI

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku.

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

Transkripsi:

SINTESIS DAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT DARI LIMBAH PELEPAH SAWIT DAN SABUT KELAPA Erwan 1), Irfana Diah Faryuni 1)*, Dwiria Wahyuni 1) 1) Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura *Email : Irfana@physics.untan.ac.id Abstrak Telah dilakukan sintesis papan komposit dari pelepah sawit dan sabut kelapa menggunakan perekat urea formaldehide (UF), parafin dan katalis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat fisik dan mekanik pada papan komposit homogen dan berlapis. Variasi komposisi pelepah sawit : sabut kelapa adalah (100:0, 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70, 20:80, 10:90, 0:100)% dengan nama sampel berturut-turut adalah A, B, C, D, E, F, G, H, I, J dan K. Penelitian diawali dengan pencampuran bahan dengan perekat, kemudian bahan dikempa dengan tekanan 30 kg/cm 2 pada suhu 150 C selama 8 menit. Hasil uji sifat fisis dan mekanis papan komposit mengacu pada standar JIS A 5908-2003. Semua sampel memenuhi standar untuk kerapatan dan kadar air masing-masing dengan rentang nilai 650,2-765,3 kg/m 3, dan 5,6-11,3 %. Empat sampel yang memenuhi standar untuk internal bonding yaitu sampel A, B, C, dan D dengan nilai pada rentang 14,8 x 10 4 N/m 2-32,9 x 10 4 N/m 2. Sedangkan untuk uji kuat pegang sekrup dan keteguhan patah, semua sampel memenuhi standar masing-masing rentang nilai 332,2-896,7 N, dan 1,03 x 10 7-2,02 x 10 7 N/m 2. Hasil uji pengembangan tebal dan keteguhan elastisitas semua sampel tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. Kata kunci : pelepah sawit, sabut kelapa, urea formaldehyde, dan papan komposit. 1. Latar Belakang Potensi perkebunan kelapa sawit khususnya di Kalimantan Barat mengalami peningkatan pertahun. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kalbar, perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat pada tahun 2009 adalah 602.124 Ha dan mengalami peningkatan sebesar dua kali menjadi 1.221.424 Ha pada tahun 2013. Peningkatan luas kebun kelapa sawit berbanding lurus dengan sampah organik yang dihasilkan yaitu pelepah sawit. Pelepah sawit sebagai hasil limbah padat perkebunan sawit merupakan sumber bahan berlignoselulosa yang sangat potensial sebagai papan komposit dan tersedia sekitar 10 ton/ha/tahun limbah kering hasil pemangkasan (Wardani, 2012). Pemanfaatan limbah pelepah sawit diharapkan mampu mengurangi sampah dan menjadi barang yang dapat digunakan atau dijual. Serat sabut kelapa atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai coco fiber, coir fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs merupakan produk samping hasil pengolahan sabut kelapa. Serat sabut kelapa jarang dimanfaatkan karena kondisi serat yang kusut dan ukuran panjang serat yang tidak seragam. Komposit merupakan gabungan dua atau lebih material yang dicampurkan dengan suatu matriks. Komposit partikel ataupun papan partikel adalah lembaran bahan yang mengandung lignoselulosa seperti keping, serpih ataupun serbuk yang disatukan dengan menggunakan bahan pengikat organik dan dengan memberikan perlakuan panas, tekanan, dan kadar air. Sedangkan komposit serat dibentuk dari serat dan material (matriks). Orroh, dkk. (2012) membuat material komposit dari serat sabut kelapa dengan membandingkan pengaruh antara serat sabut kelapa yang direndam dalam larutan NaOH selama 2 jam dan serat yang tanpa direndam NaOH. Dalam penelitian ini diperoleh peningkatan nilai kekuatan bending pada serat yang direndam dengan NaOH. Aini, dkk. (2009) membuat papan partikel dari pelepah kelapa sawit dengan menggunakan perekat urea formaldehide dengan konsentrasi 10% dan 12%. Sifat fisis papan partikel kadar air, kerapatan, dan pengembangan tebal berturut-turut sebesar 12,60 %, 0,52 g/cm 3 dan 21,2 % untuk persentase perekat 10 % dan modulus patah untuk persentase perekat 10 % sebesar 24,2 kg/cm dan persentase perekat 12 % sebesar 51,5 kg/cm 2. Modulus elastisitas untuk persentase perekat 10 % sebesar 5.041 kg/cm 2 dan persentase perekat 12 % sebesar 8.906 kg/cm 2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa papan partikel yang dihasilkan mengalami peningkatan pada hampir seluruh sifat fisis dan mekanis seiring bertambahnya kadar perekat yang digunakan. Penelitian ini memanfaatkan pelepah sawit dan 93

sabut kelapa dengan variasi sampel menjadi papan komposit partikel, serat, dan lapis. 2. Metodologi Material dan Peralatan Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelepah kelapa sawit, serat sabut kelapa, akuades, urea formaldehyde(uf), parafin, katalis, dan larutan NaOH. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah alat press hidrolik panas (hot press), alat uji MOE dan MOR, alat uji IB dan kuat pegang sekrup, ayakan 0,63 mm, bak plastik, batang pengaduk, cetakan, gelas kimia, lempeng alumunium, oven, pemotong (hammer mill), plat besi, dan timbangan digital. Persiapan Bahan Baku Penelitian diawali dengan pengambilan bahan baku yaitu serat sabut kelapa dan pelepah sawit. Serat sabut kelapa dipotong masing-masing sekitar ± 3 cm, lalu direndam dalam larutan NaOH 5% selama 2 jam, kemudian dibilas dengan akuades hingga serat bersih lalu dijemur selama tiga hari per bahan setiap rendaman. Sementara itu pelepah sawit dipotong menjadi ukuran kecil dan dijemur selama 2 minggu. Sampel pelepah sawit yang telah kering, kemudian digiling dengan hammer mill. Pelepah yang telah digiling. Kemudian dipisahkan berdasarkan ukuran butir pelepah dengan menggunakan ayakan berukuran 0,63 mm. Masing-masing bahan kemudian dioven dengan target kadar air 5%. Pembuatan Papan Komposit a. Papan Komposit Homogen Langkah awal pembuatan papan komposit adalah melakukan penimbangan massa bahan dan perekat, yaitu 585,4 gram untuk massa bahan baku, 135 gram untuk perekat jenis UF, 11,7 gram untuk perekat jenis parafin, dan 4,68 gram untuk perekat jenis katalis. Sebelum pencampuran perekat, massa serbuk kasar dan halus pada pelepah sawit ditimbang, yaitu 292,7 gram. Serbuk kemudian dimasukkan ke bak dan dicampur dengan campuran perekat, dan diaduk secara manual sampai perekat dan serbuk tercampur secara merata. Adonan papan ini kemudian dimasukkan ke dalam cetakan berukuran 30 cm x 30 cm x 1 cm, serta disusun secara teratur agar ketebalannya merata. Kemudian cetakan ditutup dan ditekan secara manual hingga penutup cetakan menekan bahan secara merata. Bahan yang sudah dicetak kemudian dimasukkan ke dalam hot press yang sebelumnya telah dipanaskan selama 15 menit dengan tekanan 30 kg/m 2 pada suhu 150 C selama 8 menit. Papan partikel yang sudah dicetak kemudian dikondisikan selama 8 hari sebelum dilakukan pengujian. Proses yang sama dilakukan untuk bahan serat sabut kelapa yaitu sampel K. b. Papan Komposit Lapis Langkah awal pembuatan papan komposit berlapis adalah melakukan penimbangan massa bahan dan perekat. Perbandingan massa bahan dan ketiga jenis perekat sama dengan massa pada pembuatan papan komposit homogen, namun massa bahan dibagi berdasarkan variasi sampel serat dan partikel. Untuk pembuatan komposit papan partikel, massa partikel kasar dan halus pada pelepah sawit ditimbang terlebih dahulu dengan perbandingan antara partikel kasar dan halus sebesar 50:50. Partikel kemudian dimasukkan ke bak bersama campuran perekat, lalu diaduk secara manual sampai perekat dan serbuk tercampur secara merata. Pada pembuatan komposit dengan bahan baku serat diberikan perlakuan yang sama seperti pada bahan serbuk. Kemudian dilakukan pencetakan yang disesuaikan dengan variasi komposisi (90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70, 20:80, 10:90) dengan nama sampel berturut-turut adalah B, C, D, E, F, G, H, I dan J. Setelah kedua bahan siap, dilakukan penyusunan tiga lapisan saat dimasukkan ke dalam cetakan ukuran 30 cm x 30 cm x 1 cm. Susunan lapisan yaitu lapisan face (luar atas dan luar bawah) berupa serat sedangkan lapisan core (tengah) berupa serbuk. Setelah tersusun secara merata kemudian cetakan ditutup, lalu penutup cetakan ditekan secara manual. Bahan yang sudah dicetak kemudian dimasukkan ke dalam hot press dengan tekanan 30 kg/m 2 pada suhu 150 C selama 8 menit. Karakterisasi Papan Komposit a. Uji Fisis 1. Kerapatan Contoh uji berukuran (10 x10) cm dalam keadaan kering udara, diukur panjang, lebar dan tebalnya untuk menentukan volume contoh uji. m (1) V = kerapatan contoh uji (kg/m 3 ) m = massa contoh uji (kg) V = volume contoh uji (m 3 ) 2. Kadar Air Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm ditimbang berat awalnya (BA), kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 103±2 C. Contoh uji dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit kemudian ditimbang. Kadar air papan dihitung sesuai dengan persamaan 2. 94

KA = m _ m 1 2 m 2 x 100% (2) KA = kadar air (%) m 1 = massa awal (kg) m 2 = massa akhir (kg) 3. Pengembangan Tebal Perhitungan untuk pengujian pengembangan tebal dapat diketahui melalui tebal sebelum perendaman air (t1) dan setelah perendaman selama 24 jam (t2) dengan menggunakan contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm dengan persamaan 3. t _ t PT = 1 2 x100% t 2 (3) PT = pengembangan tebal (%) t 2 = tebal akhir (m) t 1 = tebal awal (m) b. Uji Mekanis 1. Keteguhan Lentur (MoE) Pengujian keteguhan lentur papan partikel dilakukan secara bersamaan dengan pengujian modulus patah, namun yang dicatat dalam pengujian ini adalah perubahan defleksi setiap perubahan beban dengan persamaan 4: MoE= 3 pl g 3 (4) 4 ybh MoE = modulus elastisitas (N/ ) P = beban sampai batas proporsi (kg) l = panjang bentangan contoh uji (m) = perubahan defleksi setiap perubahan beban (m) = lebar contoh uji (m) = tebal contoh uji (m) g = percepatan gravitasi (m/s 2 ) 2. Keteguhan Patah (MoR) Pengujian dilakukan dengan mesin uji universal dengan contoh uji berukuran 20 cm x 5 cm. Jarak penyangga yang digunakan adalah 15 cm. nilai MOR dihitung dengan persamaan 5 : 3Pl MoR = g 2bh MoR = modulus patah (N/ ) P = berat beban maksimum (kg) l = panjang betangan contoh uji (m) 2 (5) b = lebar contoh uji (m) h = tebal contoh uji (m) g = percepatan gravitasi (m/s 2 ) 3. Keteguhan rekat Internal (IB) Contoh uji 5 cm 5 cm dalam kondisi kering udara direkatkan pada dua blok kayu dengan perekat epoxy dan dibiarkan selama±15 menit sampai mengeras. Kedua blok kayu ditarik tegak lurus permukaan contoh uji sampai beban maksimum (contoh uji rusak). Nilai keteguhan rekat internal dihitung dengan rumus : P IB= g (6) 2A Keterangan: IB = keteguhan rekat internal(n/m 2 ) P = beban maksimum (kg) A = luas permukaan ( ) g = percepatan gravitasi (m/s 2 ) 4. Kuat pegang Sekrup Pengujian menggunakan contoh uji berukuran 5 cm 10 cm dan sekrup berdiameter 2,7 mm dengan panjang 16 mm. Sekrup dipasang pada contoh uji sampai kedalaman 8 mm. Nilai kuat pegang sekrup merupakan beban maksimum saat sekrup tercabut dari contoh uji (dalam kg) (Wastu, 2011). c. Standar Contoh Uji Standar yang digunakan untuk pembuatan contoh uji terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Standar contoh uji Kotak a : Contoh uji MOE dan MOR berukuran 20 cm x 5 cm Kotak b : Contoh uji Kerapatan dan Kadar Air berukuran 10 cm x 10 cm Kotak c : Contoh uji kuat pegang sekrup berukuran 5 cm x 10 cm Kotak d : Contoh uji pengembangan tebal berukuran 5 cm x 5 cm Kotak e : Contoh uji daya rekat internal berukuran 5 cm x 5 cm 95

3. Hasil dan Pembahasan Pengujian Sifat Fisik 1. Kerapatan Gambar 2. Grafik kerapatan papan komposit Berdasarkan data hasil pengujian yang telah dilakukan, kerapatan papan komposit memiliki rentang nilai 650,3 kg/m 3 sampai 765 kg/m 3. Kerapatan tertinggi terdapat pada sampel F yaitu sampel 50:50, sedangkan yang terendah terdapat pada sampel I yaitu sampel 20:80. Standar JIS A 5908-2003 mensyaratkan bahwa kerapatan papan partikel yang baik yaitu (500 900 kg/m 3 ). Secara keseluruhan kerapatan papan partikel yang dibuat melalui penelitian sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa papan komposit yang dibuat dengan sampel 60% pelepah sawit ditambah 40% sabut kelapa serta 50% pelepah sawit ditambah 50% sabut kelapa memiliki nilai kerapatan maksimum yaitu 765 kg/m 3. Nilai kerapatan papan komposit yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh sampel dan nilai kerapatan dari masing-masing bahan baku yang digunakan. Pada penelitian Suherti (2014) mengenai papan partikel dari kulit durian dengan konsentrasi urea formaldehide yang berbeda, diperoleh nilai rata-rata kerapatan papan partikel sebesar 0,6282 g/cm 3-0,6354 g/cm 3, sedangkan nilai kerapatan jenis kulit durian sebesar 1,24 g/cm 3. Dalam penelitian ini digunakan dua bahan yang memiliki kerapatan yang berbeda, yakni pelepah sawit (0,26-0,46 g/cm 3 ) dan serat sabut kelapa (1,125 g/cm 3 ). Pengaruh NaOH pada papan komposit yang telah dibuat diperoleh kerapatan papan komposit dari pelepah sawit dan serat sabut kelapa tanpa perendaman larutan NaOH pada sampel H sebesar 720 kg/m 3. Sedangkan papan komposit pada sampel sama dengan perendaman larutan NaOH sebesar 656,8 kg/m 3. Sehingga terjadi penurunan nilai kerapatan dari papan komposit pada serat dengan perendaman larutan NaOH. Papan yang dihasilkan menunjukkan tidak berpengaruh nyata perendaman NaOH terhadap nilai kerapatan papan komposit yang telah dibuat. 2. Kadar Air Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kadar air pada papan komposit berada antara 5,19% dan 11,9%. Kadar air tertinggi terdapat pada sampel K yaitu 100% sabut kelapa. Sedangkan kadar air papan komposit yang terendah terdapat pada sampel D yaitu 70% kelapa sawit yang dilapisi dengan 30% sabut kelapa. Standar JIS A 5908-2003 menunjukkan bahwa kadar air papan komposit yang baik yaitu 5% sampai 13%. Semakin kecil kadar air pada papan komposit, maka semakin baik kualitas papan komposit yang dihasilkan. Secara keseluruhan kadar air papan komposit yang dibuat melalui penelitian ini sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan. Gambar 3. Grafik kadar air papan komposit Gambar 3 menunjukkan bahwa kadar air papan komposit optimum terdapat pada komposisi 70% pelepah sawit yang dilapisi dengan 30% sabut kelapa. Kadar air papan komposit yang dihasilkan dipengaruhi oleh kadar air pada bahan baku yang digunakan dan proses pengempaan papan komposit. Proses pengempaan yang tidak sempurna dengan waktu yang tidak ideal menyebabkan kandungan air masih tertinggal di papan komposit. Selain itu, proses pengkondisian papan komposit dalam jangka waktu yang cukup lama menyebabkan papan komposit mengalami interaksi dengan udara yang mengandung uap air dan menyebabkan peningkatan kadar air papan partikel. Oleh karena bahan baku papan komposit adalah bahan-bahan yang berlignoselulosa yang bersifat higroskopis, maka semakin lama papan berinteraksi dengan udara menyebabkan semakin banyak pula uap air yang terserap. Pengaruh NaOH pada papan komposit yang telah dibuat diperoleh kadar air papan komposit dari pelepah sawit dan serat sabut kelapa tanpa perendaman larutan NaOH pada sampel H sebesar 11,42%. Sedangkan papan 96

komposit dengan komposisi sama dengan perendaman larutan NaOH sebesar 5,6%. Sehingga terjadi penurunan kadar air dari papan komposit pada serat dengan perendaman larutan NaOH. Papan yang dihasilkan menunjukkan pengaruh nyata perendaman NaOH terhadap nilai kadar air papan komposit yang telah dibuat. 3. Pengembangan Tebal Persentase uji pengembangan tebal pada papan komposit setelah direndam selama 24 jam adalah 21,7% sampai 131,6%. Persentase pengembangan tebal tertinggi terdapat pada sampel K yaitu 100% papan komposit terbuat dari bahan sabut kelapa. Sedangkan persentase pengembangan tebal yang terendah terdapat pada sampel A yaitu 100% pelepah sawit. Gambar 4 menunjukkan peningkatan persentase pengembangan tebal papan komposit terhadap perubahan sampel serat kelapa yang semakin besar pada papan. Pada penelitian ini, papan komposit yang dihasilkan belum memenuhi standar. Untuk standar JIS A 5809-2003 persentase maksimal pengembangan tebal papan partikel yaitu 12%. Semakin besar persentase pengembangan tebal maka kualitas papan komposit akan semakin berkurang. besarnya tingkat dimensi pengembangan tebal. Kelemahan ini dapat diperkecil dengan penambahan parafin ke adonan sebesar 0,25%- 1% berdasarkan berat kering partikel. Namun dalam penelitian ini penambahan 0,8 % dari berat kering partikel tidak cukup menjaga stabilitas dimensi pengembangan tebal papan partikel. Pengaruh NaOH pada papan komposit yang telah dibuat diperoleh pengembangan tebal papan komposit dari pelepah sawit dan serat sabut kelapa tanpa perendaman larutan NaOH pada sampel H sebesar 59,3%. Sedangkan papan komposit dengan komposisi sama dengan perendaman larutan NaOH sebesar 57,3%. Sehingga terjadi penurunan pengembangan tebal dari papan komposit pada serat dengan perendaman larutan NaoH. Papan yang dihasilkan menunjukkan pengaruh nyata perendaman NaOH terhadap nilai pengembangan tebal papan komposit yang telah dibuat. 3.1.2 Sifat Mekanik 1. Keteguhan Elastisisitas (MoE) Gambar 5. Grafik modulus elastisitas (MoE) papan komposit Gambar 4. Grafik pengembangan tebal papan komposit Berdasarkan Gambar 4, papan komposit mengalami peningkatan persentase pengembangan tebal secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar sampel sabut kelapa yang digunakan maka persentase pengembangan tebal papan komposit yang dihasilkan lebih besar. Hal ini disebabkan serat sabut kelapa memiliki daya serap air lebih besar walaupun telah diberikan perlakuan perendaman alkali. Nilai daya serap air pada serat sabut kelapa berkisar 85-135% (Ali, 2010), sedangkan pada pelepah sawit memiliki daya serap air 25,8% (Sahari, 2012), sehingga pengembangan tebal pada sampel serat sabut kelapa cenderung lebih tinggi. Selain itu menurut Maloney (1993) salah satu kelemahan papan partikel adalah Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai MoE pada papan komposit yang diperoleh berkisar antara 0,42 x 10 9 N/m 2 sampai 1,4 x 10 9 N/m 2. Nilai MoE yang tertinggi terdapat pada papan komposit dengan sampel H yaitu 30% pelepah sawit yang dilapisi dengan 70% serat sabut kelapa. Sedangkan nilai MoE yang terendah pada sampel J yaitu 10:90. Sifat keteguhan elastisitas papan komposit optimum dipengaruhi oleh sampel bahan baku yang digunakan. Semakin meningkat nilai MoE papan komposit maka struktur papan semakin kaku (tahan terhadap perubahan bentuk) sehingga kemampuannya dalam menahan beban juga semakin besar. Selain itu kandungan debu yang dihasilkan dari pelepah sawit menyebabkan distribusi perekat tidak merata dan lebih banyak menutupi permukaan ikatan antar partikelnya kurang kompak yang menyebabkan tingkat elastisitas papan komposit semakin berkurang. Pada penelitian yang telah dilakukan, papan komposit 97

yang dihasilkan belum memenuhi standar JIS A 5809-2003. Standar JIS A 5809-2003 mensyaratkan MoE papan partikel yaitu 2 x 10 9 N/m 2. Pengaruh NaoH pada papan komposit yang telah dibuat diperoleh modulus elastisitas papan komposit dari pelepah sawit dan serat sabut kelapa tanpa perendaman larutan NaOH pada sampel H sebesar 0,8 x 10 9 N/m 2. Sedangkan papan komposit dengan komposisi sama dengan perendaman larutan NaOH sebesar 1,4 x 10 9 N/m 2. Sehingga terjadi peningkatan nilai modulus elastisitas dari papan komposit pada serat dengan perendaman larutan NaoH. Papan yang dihasilkan menunjukkan pengaruh nyata perendaman NaOH terhadap nilai modulus elastisitas papan komposit yang telah dibuat. 2. Keteguhan Patah (MoR) Pengaruh NaoH pada papan komposit yang telah dibuat diperoleh modulus patah papan komposit dari pelepah sawit dan serat sabut kelapa tanpa perendaman larutan NaOH pada sampel H sebesar 2,17 x 10 7 N/m 2. Sedangkan papan komposit dengan komposisi sama dengan perendaman larutan NaOH sebesar 2,02 x 10 7 N/m 2. Sehingga terjadi penurunan nilai modulus patah dari papan komposit pada serat dengan perendaman larutan NaoH. Papan yang dihasilkan menunjukkan tidak berpengaruh nyata perendaman NaOH terhadap nilai modulus patah papan komposit yang telah dibuat. 3. Internal Bonding (IB) Hasil pengujian internal bonding dapat dilihat pada Gambar 7, yang mana nilai IB papan komposit yang diperoleh berkisar antara 1,6 x 10 4 N/m 2 sampai 32,95 x 10 4 N/m 2. Nilai IB yang tertinggi terdapat pada papan komposit dengan sampel A yaitu komposisi 100% pelepah sawit. Sedangkan yang terendah terdapat pada sampel J yaitu 10% pelepah sawit yang dilapisi oleh 90% serat sabut kelapa. Gambar 6. Grafik modulus patah (MoR) Hasil pengujian keteguhan patah dapat dilihat pada Gambar 6. Nilai MoR papan komposit yang diperoleh berkisar antara 0,92 x 10 7 N/m 2 sampai 2,02 x 10 7 N/m 2. Nilai MoR optimum terdapat pada papan komposit dengan sampel H yaitu papan komposit dengan komposisi 30% pelepah sawit yang dilapisi oleh 70% serat sabut kelapa. Hal ini menunjukkan bahwa nilai modulus patah papan komposit yang dibuat dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan. Penggunaan sampel serat sabut kelapa pada papan komposit optimum pada komposisi 70%. Jika komposisi tersebut berada di bawah atau di atas 70%, maka akan terjadi penurunan nilai modulus patah pada papan komposit. Penelitian ini menunjukkan bahwa sampel dan jenis bahan baku pada pembuatan papan komposit tidak berpengaruh terhadap penambahan ataupun penurunan tingkat kelenturan papan komposit. Hal ini menunjukkan bahwa nilai modulus patah papan komposit belum tentu menghasilkan nilai optimum yang tergantung pada sampel lapisan yang ideal. Pada penelitian ini nilai MoR papan komposit yang dibuat telah memenuhi standar JIS A 5809-2003 yaitu 0,8 x 10 7 N/m 2. Gambar 7. Grafik internal bonding papan komposit Berdasarkan penelitian ini, nilai internal bonding papan komposit akan berkurang seiring berkurangnya sampel pelepah sawit karena kadar air pada pelepah sawit lebih rendah dibandingkan sabut kelapa. Nilai kadar air pelepah sawit sebesar 2,7% (Sahari, 2012), sedangkan kadar air serat sabut kelapa sebesar 11,4% (Ali, 2010). Kadar air yang rendah menyebabkan perekat yang digunakan akan mengikat serat atau partikel dengan sempurna. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bowyer (2003) sifat keteguhan rekat internal akan semakin sempurna dengan bertambahnya jumlah perekat yang digunakan dalam proses pembuatan papan partikel. Keefektifan perekat akan berkurang seiring dengan meningkatnya kadar zat ekstraktif pada serat sabut kelapa. Zat ekstraktif bersifat higroskopis, sehingga dapat menghalangi perekat masuk dan menutupi 98

serat. Oleh sebab itu, serat sabut kelapa diberikan perlakuan perendaman alkali untuk menghilangkan zat ekstraktif. Pengaruh NaoH pada papan komposit yang telah dibuat diperoleh nilai internal bonding papan komposit dari pelepah sawit dan serat sabut kelapa tanpa perendaman larutan NaOH pada sampel H sebesar 5,3 x 10 4 N/m 2. Sedangkan papan komposit dengan sampel sama dengan perendaman larutan NaOH sebesar 5,6 x 10 4 N/m 2. Hal ini menunjukkan peningkatan nilai internal bonding dari papan komposit pada serat dengan perendaman larutan NaoH. Papan yang dihasilkan menunjukkan berpengaruh nyata perendaman NaOH terhadap nilai internal bonding papan komposit yang telah dibuat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, nilai IB papan komposit menunjukkan papan komposit pada sampel A, B, C dan D telah memenuhi standar JIS A 5809-2003 dengan nilai minimal 15 x 10 4 N/m 2. 4. Kuat Pegang Sekrup Kuat pegang sekrup merupakan kemampuan papan partikel untuk menahan sekrup yang ditanamkan pada papan partikel. Hasil pengujian kuat pegang sekrup dapat dilihat pada Gambar 8. Nilai kuat pegang sekrup papan komposit yang diperoleh berkisar antara 332,2-896,7 N. Nilai kuat pegang sekrup optimum terdapat pada papan komposit dengan sampel H yaitu 30% pelepah sawit dengan 70% serat sabut kelapa. Sedangkan yang terendah terdapat pada sampel D yaitu komposisi 70:30. Standar JIS A 5809-2003 mensyaratkan nilai kuat pegang papan partikel yaitu minimal 300 N. Pada penelitian ini nilai kuat pegang sekrup papan komposit telah memenuhi standar yang telah ditentukan. Gambar 8. Grafik kuat pegang sekrup Kerapatan papan komposit mempengaruhi nilai kekuatan papan komposit dalam menahan paku dan sekrup. Semakin besar kerapatan papan partikel, maka semakin besar pula nilai kekuatan pegang sekrup yang dihasilkan. Sedangkan pada penelitian ini, papan komposit yang memiliki kerapatan yang tertinggi ternyata tidak memiliki nilai kuat pegang sekrup yang tinggi. Nilai kuat pegang sekrup pada partikel 100% pelepah sawit lebih tinggi dibandingkan 100% serat sabut kelapa. Bervariasinya kerapatan yang dihasilkan juga dipengaruhi bentuk partikel dan serat yang berbeda dalam setiap lapisan papan komposit yang telah dibuat. Pengaruh NaOH pada papan komposit yang telah dibuat diperoleh kuat pegang sekrup papan komposit dari pelepah sawit dan serat sabut kelapa tanpa perendaman larutan NaOH pada sampel H sebesar 896,6 N. Sedangkan papan komposit dengan sampel sama dengan perendaman larutan NaOH sebesar 896,7 N. Hal ini menunjukkan peningkatan nilai kuat pegang sekrup dari papan komposit pada serat dengan perendaman larutan NaOH. Papan yang dihasilkan menunjukkan berpengaruh nyata perendaman NaOH terhadap nilai kuat pegang sekrup papan komposit yang telah dibuat. 4. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk kadar air, seluruh sampel telah memenuhi standar JIS, papan komposit dengan dengan kadar air terendah yakni sebesar 5,22% dihasilkan oleh komposisi (70% partikel : 30% serat ) pada sampel D. 2. Untuk kerapatan, seluruh sampel telah memenuhi standar JIS, papan komposit dengan dengan kerapatan tertinggi sebesar 765,3 kg/m 3 dihasilkan oleh sampel F dengan komposisi (50% partikel : 50% serat). 3. Untuk pengembangan tebal, seluruh sampel tidak memenuhi standar JIS, papan komposit dengan dengan pengembangan tebal terendah sebesar 21,7% dihasilkan oleh sampel A dengan komposisi (100% partikel : 0% serat). 4. Untuk modulus elastisitas (MoE), seluruh sampel tidak memenuhi standar JIS, papan komposit dengan dengan nilai MoE tertinggi sebesar 1,4 x 10 9 N/m 2 dihasilkan oleh sampel H dengan komposisi (30% partikel : 70% serat). 5. Untuk modulus patah (MoR), seluruh sampel telah memenuhi standar JIS, papan komposit dengan dengan nilai MoR tertinggi sebesar 2,02 x 10 7 N/m 2 dihasilkan oleh sampel H dengan komposisi (30% partikel : 70% serat). 6. Untuk kuat pegang sekrup, seluruh sampel telah memenuhi standar JIS, papan komposit 99

dengan dengan nilai kuat pegang sekrup tertinggi sebesar 896,7 N dihasilkan oleh sampel H dengan komposisi (30% partikel : 70% serat). 7. Untuk Internal Bonding (IB), hanya sampel A, B, C, dan D telah memenuhi standar JIS, papan komposit dengan dengan nilai IB tertinggi sebesar 32,95 x 10 4 N/m 2 dihasilkan oleh sampel A dengan komposisi (100% partikel : 0% serat). Wastu, R.E.K.J. (2011) : Kualitas Papan Partikel dari Log Diamater Kecil. Fakultas Kehutanan, Bogor : Institut Pertanian Bogor, (Skripsi S1). DAFTAR PUSTAKA Aini, N., Bintani, K., dan Haris, A. (2009) : Papan Partikel dari Pelepah Kelapa Sawit, Jurnal Pemukiman Vol 3, No 1. Ali,M., (2010) : A Versatile Material and It s Application in Engineering. Structure Design Section, Second International Conference on Sustainable Construction Material and Techonologies Proceeding. Bowyer, J.L., Shmulsky, R.,dan Haygreen, J.G. (2003) : Forest Products and Wood Science: An Introduction. Ed ke-4. Ames,. Iowa: Iowa State Press. Maloney, T.M. (1993) : Modern Particleboard and Dry-Process Fiberboard Manufacturing., San Fransisco: Miller Freeman. Orroh, J., Sappu.P.F, Lumintang, dan Romels. (2012) : Analisis Sifat Mekanik Material Komposit dari Serat Sabut Kelapa, Jurnal Poros Vol 1, No 1. Sahari, J., Sapuan, S.M., Ismarubbie, Z.N., Rahman, M.Z.A., (2012) : Physical and Chemical Properties of Different Morphological Parts Of Sugar Palm Fibres, Fibers and Textile in Eastern Europe, Vol 20, No 2. Suherti, Diba,F., Nurhaida., (2014) : Sifat Fisik dan Mekanik Papan partikel dari Kulit Durian dengan Konsentrasi Urea Formaldehide yang Berbeda, Jurnal Hutan Lestari, Vol 2, No 3. Wardani, L., Massijaya, M.Y., Machdie, M.F., (2012) : Pemanfaatan Limbah Pelepah Sawit dan Plastik Daur Ulang (RPP) Sebagai Papan Komposit Plastik, Prosiding Seminar Nasional Mapeki XV, Makassar. 100