GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KLASIKAL BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI. Muhammad Arif Budiman S

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. balita adalah masa emas atau golden age dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Tahun 2015

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN 2015

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularannya terutama

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

Transkripsi:

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 Irma Fitria 1*) Herrywati Tambunan (2) 1,2 Dosen Program Diploma III Kebidanan Universitas Almuslim *) email : 1 irmafitria87@gmail.com, 2 herrywati.hw@gmail.com ABSTRAK Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Peusangan. Tujuan khususnya untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian penyebab dan permasalahan akibat pernikahan dini, pengertian, tujuan, faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi, serta akibat pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi. Jenis penelitian adalah deskriptif, instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang berbentuk lembaran checklist, tehnik pengambilan sampel dengan cara Proportionate Stratified Random Sampling. Hasil Penelitian menunjukkan pengetahuan siswi tentang pengertian pernikahan dini pada kategori cukup (46%), faktor penyebab pernikahan dini pada kategori cukup (50%), permasalahan akibat pernikahan dini pada kategori cukup (37%), pengertian kesehatan reproduksi pada kategori cukup (56%), tujuan kesehatan reproduksi berada pada kategori baik (42%), faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi pada kategori cukup (52%), akibat pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi pada kategori baik (45%). Jadi dapat memberi gambaran bahwa pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen, dalam kategori cukup. Kata Kunci : Pengetahuan, Pernikahan Dini, Kesehatan Reproduksi. 1. Pendahuluan Pernikahan dini atau pernikahan muda merupakan fenomena sosial yang sering terjadi dibeberapa daerah di dunia. Telah menjadi perhatian komunitas internasional, mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan yang dipaksakan, hubungan seksual pada usia dini, kehamilan pada usia muda. Kemiskinan bukanlah satu-satunya faktor penting yang berperan dalam pernikahan usia dini. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu risiko komplikasi yang terjadi di saat kehamilan dan saat persalinan pada usia muda, sehingga berperan meningkatkan angka kematian ibu dan bayi. Selain itu, pernikahan di usia dini juga dapat menyebabkan gangguan perkembangan kepribadian yaitu dampak psikologi yang buruk pada pihak yang belum siap (1). Menurut data UNICEF (United Nations international Children s Emergency Fund) tahun 2009, 60% anak perempuan di dunia menikah di usia kurang dari 18 tahun. Pernikahan usia dini paling banyak terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Di Asia Tenggara didapatkan data bahwa sekitar 10 juta anak usia di bawah 18 tahun telah menikah, sedangkan di Afrika diperkirakan 42% dari populasi anak, menikah sebelum mereka berusia 18 tahun. Di Amerika Latin dan Karibia, 29% wanita muda menikah saat mereka berusia 18 tahun. Secara umum, pernikahan anak lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki, sekitar 5% anak laki-laki menikah sebelum mereka berusia 19 tahun (2). Sementara di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, tercatat ada 35 persen dari 1.000 remaja yang sudah pernah melahirkan, bahkan usia rata-rata perkawinan wanita adalah 19 tahun. Padahal usia kawin pertama perempuan diharapkan 21 tahun, karena itu perencanaan Irma Fitria, Herrywati T. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Dini... 18

keluarga sejahtera seharusnya dimulai sejak remaja (3). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menilai tingginya angka pernikahan remaja di Indonesia disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas. Guna menanggulangi persoalan remaja saat ini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus menggalakan program Generasi Berencana (GenRe) Goes to School. Program GenRe ini diharapkan bisa mencetak sosok motivator di kalangan remaja untuk mengkampanyekan ke setiap sekolah (4). Menurut data yang diperoleh dari BPS tahun 2009 di Propinsi Aceh persentase penduduk perempuan yang menikah pada usia 18 tahun ke bawah (16-18 tahun) masih lebih tinggi di daerah pedesaan dari pada daerah perkotaan yaitu sebesar 44,02 persen dan 35,86 persen. Sedangkan persentase paling sedikit ialah penduduk perempuan yang menikah dini (kurang dari 15 tahun) sebesar 8,64 persen dan 8,41 persen. Hal ini menggambarkan bahwa penduduk yang tinggal di daerah perkotaan memiliki kesadaran yang lebih tinggi untuk menunda perkawinan hingga mencapai usia yang cukup matang dari pada penduduk daerah pedesaan (5). Menurut data yang diperoleh dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen pada tahun 2012, dari 375 orang perempuan yang melakukan pernikahan, terdapat 13 persen atau sekitar 48 orang yang melakukan pernikahan di usia 20 tahun kebawah. Sedangkan informasi yang di dapat yang paling banyak melakukan pernikahan dini adalah perempuan, laki-laki yang melakukan pernikahan dini terdapat 12 orang (6). Menurut informasi yang didapat dari hasil wawancara dari 2 orang alumni siswi SMA Negeri 1 Peusangan didapat bahwa ada siswa yang menikah pada saat masih sekolah sehingga harus meninggalkan bangku sekolahnya, oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Peusangan. 2. Landasan Teori Umur Pernikahan Dalam UU pernikahan tahun 1974 pasal 6 ayat 2 ditetapkan bahwa untuk melangsungkan pernikahan harus mencapai umur 21 tahun, sebelum umur tersebut harus dengan persetujuan orang tua. Hal ini diperjelas dengan pasal 7 ayat 1 bahwa perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun dengan persetujuan orang tua. Dengan demikian apabila terjadi pernikahan dibawah usia tersebut akan dikenakan sanksi hukum. Pernikahan dini melanggar hak anak, terutama anak perempuan. Anak perempuan sebagai pihak yang paling rentan menjadi korban dalam kasus pernikahan dini, juga mengalami sejumlah dampak buruk terutama kesehatan reproduksi (7). Dampak Pernikahan Dini Pernikahan dini dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Salah satunya kanker, dimana pada usia remaja sel-sel leher rahim belum tumbuh dengan matang. Kalau terpapar dengan Human Papiloma Virus (HPV) maka pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker. Permasalahan lainnya dapat juga menyebabkan masalah psikologis. Hal tersebut dapat terjadi apabila dalam pernikahan tersebut terjadi kekerasan-kekerasan yang mungkin berdampak pada kondisi psikologis anak dan menempatkan anak yang dilahirkan berisiko terhadap kejadian kekerasan dan keterlantaran (7). Menurut penelitian yang dilakukan oleh oleh Ahmad (2011) dengan judul dampak sosial pernikahan dini di Desa Gunung Sindur, penyebab pernikahan dini di desa tersebut adalah terbatasnya pengetahuan tentang pernikahan dini karena mereka hanyalah lulusan SD dan SMP sehingga sumber intelektualnya sangat minim, dan faktor lain penyebab terjadinya pernikahan dini adalah kerena faktor ekonomi, MBA, dan takut maksiat. Dampak pernikahan dini yang dirasakan mereka adalah dampak psikologis (stress, mudah marahmarah) dan kurangnya pengetahuan dalam pengaturan keuangan untuk kebutuhan keluarga dan menjaga kesehatan jadi terabaikan (8). 3. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Populasi pada penelitian adalah siswi kelas I dan kelas II SMA Negeri I Peusangan yang berjumlah 280 orang. Dengan rincian kelas I berjumlah 150 orang terdiri dari 8 kelas. Dan kelas II berjumlah 130 orang terdiri dari 8 kelas. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian siswi putri SMA Negeri I Peusangan. Perhitungan besar ukuran sampel dilakukan dengan memakai rumus Slovin (9), yakni: Irma Fitria, Herrywati T. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Dini... 19

Ket : N = Besar populasi n = Besar sampel d = Presisi atau derajat ketepatan (95%) Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel ditentukan sebagai berikut : n= 280/(1+280(0.05²)) n= 280/1,7 n= 164,7 dibulatkan menjadi 165. Selanjutnya pengambilan sampel ini dengan tehnik proporsional sampling dari jumlah masing-masing kelas dengan menggunakan rumus proporsional, yaitu (10) : Rumus : Ket : n1 = Sampel tingkat N1 = Populasi tingkat N = Besar populasi n = Besar sampel Berdasarkan rumus proporsional diatas maka jumlah sampel pada setiap kelas dapat ditentukan, dan pengambilan sampel untuk setiap kelas digunakan tehnik aksidental yaitu membagikan kuesioner pada setiap siswi yang baru keluar dari ruangan kelas. Analisa data dilakukan dengan cara deskriptif dengan menggunakan rumus: p f x100% N Ket : p = Presentase f = Jumlah jawaban yang benar N = Jumlah soal 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Peusangan bertempat di jalan Medan-Banda Aceh Desa Blang Asan Matangglumpangdua Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Propinsi Aceh dengan luas tanah 15.745.50 m 2, berdiri sejak tahun 1981. Kondisi lingkungan SMA Negeri 1 Peusangan cukup strategis karena terletak dipinggir jalan raya utama mudah dijangkau baik siswa yang memiliki kendaraan umum atau bagi siswa yang kesekolah dengan kendaraan umum. Hasil Penelitian Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan tentang gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi tahun 2017, dari 165 sampel didapat hasil sebagai berikut : Tabel 1. putri tentang dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2017 1 Baik 50 orang 30 % 2 Cukup 92 orang 56 % 3 Kurang 23 orang 13 % Jumlah 165orang 100 % tentang dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi yang terbanyak adalah dengan kategori cukup yaitu sebanyak 92 responden (56%) Tabel 2 putri tentang pengertian pernikahan dini di SMA Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2017 1 Baik 32 orang 19 % 2 Cukup 76 orang 46 % 3 Kurang 57 orang 35 % Jumlah 165 orang 100 % tentang pengertian pernikahan dini yang terbanyak adalah dengan kategori cukup yaitu sebanyak 76 responden (46 %). Tabel 3 putri tentang faktor penyebab pernikahan dini di SMA Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2017 1 Baik 31 orang 19% 2 Cukup 82 orang 50% 3 Kurang 52 orang 31% tentang faktor penyebab pernikahan dini berada dalam kategori cukup yaitu sebanyak 82 responden (50%). tentang permasalahan yang terjadi akibat pernikahan dini yang terbanyak adalah dengan Irma Fitria, Herrywati T. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Dini... 20

kategori cukup yaitu sebanyak 62 responden (37%). Tabel 4 putri tentang permasalahan yang terjadi akibat pernikahan dini di SMA Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2017 1 Baik 57 orang 35% 2 Cukup 62 orang 37% 3 Kurang 56 orang 34% Tabel 5 putri tentang pengertian kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2017 1 Baik 15 orang 9% 2 Cukup 93 orang 56% 3 Kurang 56 orang 34% Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa gambaran pengetahuan remaja putri tentang pengertian kesehatan reproduksi yang banyak adalah dengan kategori cukup yaitu sebanyak 93 responden (56%). Tabel 6 putri tentang tujuan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2017 1 Baik 69 orang 42% 2 Cukup 67 orang 41% 3 Kurang 29 orang 17% tentang tentang tujuan kesehatan reproduksi yang terbanyak adalah dengan kategori baik yaitu sebanyak 69 responden (42%). Berdasarkan tabel di bawah dari 165 responden dapat dilihat bahwa gambaran pengetahuan remaja putri tentang tentang faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi berada dalam kategori cukup yaitu sebanyak 86 responden (52%). Tabel 7 putri tentang faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2017 1 Baik 30 orang 18% 2 Cukup 86 orang 52% 3 Kurang 49 orang 30% Tabel 8 putri tentang akibat pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2017 1 Baik 74 orang 45% 2 Cukup 46 orang 28% 3 Kurang 45 orang 27% tentang tentang akibat pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi yang terbanyak adalah dengan kategori baik yaitu sebanyak 74 responden (45%). Pembahasan Hasil penelitian secara umum mengenai pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi dalam kategori cukup yaitu 92 responden (56%) dan kategori baik ada 50 responden (30%) serta yang paling sedikit adalah kategori kurang terdapat 13% responden. Keadaan ini didukung karena siswi sudah pernah mendengar tentang pernikahan dini dan kesehatan reproduksi dari beberapa media berupa dari TV, buku, internet, sekolah serta dari petugas kesehatan dan lain sebagainya. Akan tetapi informasi yang didapat hanya sebatas tahu saja dan belum memahami secara baik dan benar tentang informasi tersebut. Pada dasarnya responden SMA Negeri 1 Peusangan sudah pernah mendengar informasi tentang kesehatan reproduksi dari pelajaran biologi, dan juga dari petugas kesehatan karena di SMA Negeri 1 Peusangan tersedia PIK dan KRR (Pusat Informasi Konseling dan Kesehatan Reproduksi Remaja) yang merupakan sarana untuk siswa untuk mengetahui informasi kesehatan terutama Irma Fitria, Herrywati T. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Dini... 21

masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja diantaranya masalah narkoba, seks bebas, penyakit menular seksual atau AIDS, akibat pergaulan bebas, kenakalan remaja, pertolongan PPPK dan lain-lain. PIK dan KRR juga merupakan sarana bagi petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada para remaja di sekolah yang merupakan kerja sama Puskesmas atau BKKBN dengan sekolah, dimana setiap bulan petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada para siswa yang berhubungan dengan kesehatan remaja. Kondisi diatas juga didukung karena responden di SMA Negeri 1 Peusangan didapat bahwa umur yang paling banyak yaitu umur 17 tahun sebanyak 75 responden (45%). Umur tersebut merupakan masa pubertas dimana remaja sudah memiliki keingintahuan tentang seks, dan sudah tertarik dengan lawan jenis. Menurut Depkes batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Pada masa remaja yang berarti tumbuh kearah kematangan, kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologis, dengan memiliki ciri-ciri yaitu menampakkan pengungkapan kebebasan diri, mencari teman sebaya lebih selektif, memiliki citra (gambaran, peranan) terhadap dirinya, dapat mewujudkan perasaan cinta, memiliki kemampuan bersikap khayal atau abstrak (7). Dengan adanya pengetahuan siswi yang dipeloleh dari berbagai sumber informasi ataupun melalui pendidikan sehingga dapat menghambat terjadinya pernikahan dini yang berdampak terhadap berbagai permasalahan meliputi masalah pendidikan, KDRT, masalah psikologi, serta berdampak pada kesehatan reproduksi, dimana pada masa remaja organ reproduksi sudah terbentuk tetapi belum dapat berfungsi dengan maksimal, tulang panggulnya masih terlalu kecil sehingga bisa membahayakan kehamilan dan proses persalinan, dapat meningkatkan resiko kematian ibu dan bayi. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan baik melalui pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku dan sikap. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuan terhadap nilai nilai baru yang diperkenalkan. Dengan harapan dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat mempengaruhi terhadap perilakunya. Dengan kata lain dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap perilaku sasaran sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (11). 5. Simpulan Gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen, dalam kategori cukup yaitu 56% dari 165 responden. Saran: Diharapkan pada siswi di SMA Negeri 1 Peusangan, dapat menjalani masa remaja yang sehat serta mampu memelihara kesehatan dirinya sehingga dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi sehat. Daftar Pustaka Eddy Fadlyana & Shinta Larasaty. (2009). Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FK Universitas Padjajaran/RS Dr Hasan Sadikin Bandung. Eridani.www.Rahima.Or.id/index.PHP. Pernikahan Anak di Dunia (Internet). Rakyat Merdeka On Line, http://kesehatan.rmol.co/read. Pernikahan Dini di Indonesia (internet). BKKBN. (2012). www.bkkbn.go.id. Pernikahan dini di Indonesia. (Internet). Badan Pusat Statistik (BPS). (2010). Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Aceh (internet). Kantor Urusan Agama, (2012). Peusangan. Widyastuti. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya. Ahmad Zulkifli. (2011). Dampak Sosial Pernikahan Usia Dini Studi Kasus di Desa Gunung Sindur Bogor Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi-(Internet). http://www.gog.46865395.d.bmkzulkifliahmad. Notoatmojo. S (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Penulis : Irma Fitria, SST., M.Keb Lahir di Matang Sagoe/ 10 Desember 1987 Dosen Tetap pada Program Diploma III Kebidanan Universitas Almuslim. Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.. Herrywati Tambunan, S.Tr.Keb Lahir di Lumban Balik/ 09 Mei 1979 Lulusan Diploma IV Kebidanan Helvetia Saat ini Bekerja sebagai Dosen Diploma III Kebidanan Universitas Almuslim. Irma Fitria, Herrywati T. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Dini... 22

Irma Fitria, Herrywati T. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Dini... 23