BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sains terbagi atas beberapa cabang ilmu, diantaranya adalah fisika. Fisika

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

BAB I PENDAHULUAN. adalah program pengadaan alat-alat IPA untuk SMP yaitu Komponen Instrumen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. terpadu. Fisika, kimia, dan biologi dikemas dalam satu buku dan dibelajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini. berkembang sangat pesat terutama dalam bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan mata pelajaran melalui pendekatan sciencetific learning

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. melalui proses kerja praktikum di laboratorium untuk menghasilkan sikap

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan. pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan seumur hidup ( long life education) akan terwujut jika

I. PENDAHULUAN. agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa inggris Natural Sains secara singkat sering disebut Science. Natural

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

2016 PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED BERBASIS GUIDED INQUIRY

I. PENDAHULUAN. fenomena alam ( Natural Philosophy). Hal ini berarti sains yang merupakan hasil

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak boleh ditinggalkan yaitu pengetahuan (cognitive, intelectual), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Siti Fatimah Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. fakta yang diperoleh melalui eksperimen dan observasi (Merriam, 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembelajaran tentu diperlukan media sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU Dahyana SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. kekhususannya adalah pada metode yang digunakan oleh para ilmuwan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah itu sendiri sehingga pembelajaran akan lebih terpusat pada siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. intelektual, manual, dan sosial yang digunakan. Gunungsitoli, ternyata pada mata pelajaran fisika siswa kelas VIII, masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan. dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keaktifan siswa. Bahan uji publik Kurikulum 2013 menjelaskan standar penilaian

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diajarkan di sekolah, dan siswa beranggapan IPA adalah mata pelajaran. hafalan. Lutfhi (2007:18) menyatakan bahwa materi IPA cenderung

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu pelajaran IPA yang menarik untuk dipelajari karena

BAB I. PENDAHULUAN. yang memadai. Biologi adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam. Biologi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mendukung cara tersebut makin disempurnakan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi pada semua guru yang memiliki tanggung jawab untuk. atas diantaranya adalah siswa harus memiliki kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Siti Alhajjah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern semakin

BAB II LANDASAN TEORI. secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. IPA berkaitan dengan cara

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

`BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembelajaran di mana peserta didik (siswa)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara terpadu sudah diatur dalam Permendikbud No. 68 tahun 2013 yang menjelaskan bahwa hakikatnya IPA dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated sciences dan integrated social studies. Pembelajaran IPA diintegrasikan melalui konten Biologi, Fisika, dan Kimia dalam rangka menyongsong pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013, khususnya untuk tingkat SMP/MTs (Apriliyanti, 2015). Salah satu kompetensi inti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam kurikulum 2013 adalah memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Maka pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan adalah pembelajaran melalui eksperimen atau praktikum (Kemendikbud, 2013). Dengan demikian, sebagai penunjang pembelajaran untuk mencapai tujuan kurikulum 2013 pada pembelajaran IPA khususnya Fisika, pembelajaran yang diupayakan pada peserta didik harusnya pembelajaran berbasis aktivitas. Salah satu cara untuk memberikan pembelajaran berbasis aktivitas bagi peserta didik dapat dilakukan melalui kegiatan praktikum atau eksperimen (Kemendikbud, 2013). 1

2 Melalui kegiatan praktikum peserta didik memiliki peluang untuk mengembangkan dan menerapkan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah untuk memperoleh pengetahuan. Kegiatan praktikum membuat peserta didik menemukan sendiri konsep yang dipelajari dan dapat menguji kebenarannya secara nyata (Budiyanto, 2016). Oleh karena itu, praktikum sangat dibutuhkan dalam pembelajaran Fisika. Untuk melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen tersebut peserta didik membutuhkan media yang dapat menyampaikan materi pelajaran yang akan dicapainya yaitu dengan menggunakan alat peraga. Peranan alat peraga salah satunya adalah menjadikan konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit. Menurut Prasetyarini (2013), tiap-tiap benda yang dapat menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala atau hukum alam, dapat disebut alat peraga. Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawakan konsep-konsep yang dipelajari. Alat peraga dapat memperjelas bahan pengajaran yang diberikan pendidik kepada peserta didik sehingga peserta didik lebih mudah memahami materi atau soal yang disajikan pendidik. Selain itu, alat peraga juga dapat menarik perhatian dan menumbuhkan keterampilan proses sains bagi peserta didik. Kenyataannya, berdasarkan hasil observasi dan wawancara tanggal 24 Februari 2017 dengan pendidik Ibu RJ yang dilakukan di MTsN 5 Padang, proses pembelajaran IPA masih berlangsung secara konvensional dan pembelajaran masih berpusat pada pendidik. Untuk pelajaran Fisika pendidik lebih sering menjelaskan teori Fisika berdasarkan buku teks dan

3 pembahasan soal-soal terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Peserta didik terlihat kurang serius dan bosan dalam mengikuti pembelajaran Fisika karena dituntut untuk menghafalkan teori dan mengerjakan soal berdasarkan rumus Fisika yang telah dipelajari. Pendidik juga jarang mengajak peserta didik untuk menemukan konsep Fisika melalui kegiatan praktikum atau eksperimen yang membantu peserta didik untuk menemukan sendiri konsep Fisika yang telah dipelajari, sehingga keterampilan proses sains peserta didik masih rendah. Madrasah ini sudah memiliki laboratorium IPA. Laboratorium di madrasah digunakan untuk praktikum pelajaran Biologi, Kimia dan Fisika. Namun, dalam pembelajaran Fisika pendidik jarang mengajak peserta didik untuk melakukan kegiatan praktikum. Hal ini dikarenakan keterbatasan pendidik dan alat peraga yang tersedia di laboratorium. Hasil wawancara dengan pendidik memuat informasi kendala atau penghambat tidak terlaksananya kegiatan praktikum di madrasah ini, yaitu (1) Praktikum memerlukan sarana dan biaya yang relatif mahal, (2) Alat dan bahan praktikum yang ada jika dibandingkan dengan rasio jumlah peserta didik tidak memadai (3) Alat peraga yang tersedia di laboratorium sudah banyak yang rusak dan tidak berfungsi dengan baik, dan (4) Pendidik tidak memiliki waktu untuk membuat alat peraga yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Maka tidak jarang jika dalam pembelajaran pendidik hanya menjelaskan teori dan melakukan pembahasan soal terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Peserta didik belum pernah melakukan kegiatan praktikum untuk

4 menemukan sendiri konsep Fisika yang telah dipelajari, sehingga keterampilan proses sains peserta didik di MTsN 5 Padang bisa dikatakan masih rendah. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sejauh ini kegiatan praktikum di MTsN 5 Padang belum sesuai dengan harapan kurikulum 2013. Konsekuensinya, kegiatan praktikum sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menunjang peningkatan kualitas pembelajaran Fisika di MTsN 5 Padang menjadi tidak efektif. Kondisi inilah yang memperkuat peneliti untuk melanjutkan penelitian pengembangan alat peraga praktikum. Karena dalam kurikulum 2013 membelajarkan materi Fisika menuntut pendidik untuk memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik. Materi Fisika yang abstrak jika disajikan dengan alat peraga akan lebih menyenangkan, karena memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik untuk menemukan sendiri konsep Fisika yang telah dipelajari, dan mampu meningkatkan keterampilan proses sains pada diri peserta didik. Jika hal ini sudah dimiliki oleh peserta didik, maka pembelajaran Fisika akan menyenangkan serta nilai rata-rata yang lebih tinggi akan bisa dicapai pada hasil belajar peserta didik. Permasalahan dalam pembelajaran Fisika yang telah dipaparkan di atas juga telah diberikan solusi oleh penelitian sebelumnya. Penelitian yang telah ada tentang alat peraga yaitu (1) penelitian yang dilakukan oleh Maliasih (2015) tentang pengembangan alat peraga KIT Hidrostatis untuk meningkatkan pemahaman konsep pada materi Fluida pada peserta didik SMP Negeri 1 Puring. Alat peraga yang dibuat terdiri dari set praktikum yang

5 hanya mengembangkan materi hukum Pascal saja. Dalam penggunaannya peserta didik juga tidak dilibatkan langsung dalam penggunaan alat peraga. Dalam pembelajaran, alat peraga yang telah dikembangkan hanya didemontrasikan oleh pendidik sehingga peserta didik tidak langsung mencobakan alat peraga yang telah dikembangkan. (2) penelitian yang dilakukan oleh Apriliyanti (2015) tentang pengembangan alat peraga IPA terpadu pada tema pemisahan campuran untuk meningkatkan keterampilan proses sains. Alat peraga yang dikembangkan pada materi pemisahan campuran (materi kimia) yang membantu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik, namun pengembangan alat belum dilakukan pada materi Fisika. (3) Saputri, dkk (2014) tentang pengembangan alat peraga sederhana eye lens tema mata kelas VIII untuk menumbuhkan keterampilan peserta didik. Alat peraga yang telah dikembangkan dibatasi pada tema mata dan alat peraga yang telah ada tidak disimpan didalam kotak KIT. Alat peraga yang sudah dikembangkan oleh peneliti sebelumnya hanya menyediakan alat peraga pada satu materi atau satu tema. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan alat peraga praktikum pada materi Fisika untuk satu semester yaitu kelas VIII semester II pada materi Fluida, Bunyi, dan Cahaya yang sesuai dengan kebutuhan praktikum peserta didik di MTsN 5 Padang yang berdasarkan silabus mata pelajaran IPA ditingkat SMP/MTs kurikulum 2013. Alat yang dikembangkan menggunakan alat dan bahan yang sederhana, memanfaatkan bahan bekas, dan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari sehingga mudah didapatkan dan murah

6 dari segi biaya. Alat yang dikembangkan tidak memerlukan waktu yang banyak untuk merancangnya, karena peneliti menghimpun alat dan bahan dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dipakai untuk praktikum. Alat peraga dikemas dalam bentuk KIT yang akan memudahkan pendidik dan peserta didik dalam mengambil dan menyimpan alat. Dalam penggunaannya KIT dilengkapi buku petunjuk praktikum sehingga pendidik dan peserta didik dipandu dalam kegiatan praktikum yang akan dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian pengembangan dengan judul Pengembangan Alat Peraga Praktikum sebagai Media Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Peserta didik Kelas VIII di MTsN 5 Padang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat teridentifikasi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan: 1. Kondisi fasilitas sarana dan prasarana laboratorium di MTsN 5 Padang relatif tidak memadai. 2. Alat peraga yang tersedia di laboratorium sudah banyak yang rusak dan tidak berfungsi dengan baik. 3. Pendidik tidak memiliki waktu untuk merancang alat peraga praktikum yang diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga jarang melakukan kegiatan praktikum.

7 4. Pendidik dalam pembelajaran hanya menjelaskan secara lisan dan pemaparan contoh terkait materi Fisika yang dipelajari. 5. Peserta didik kelas VIII MTsN 5 Padang jarang melakukan kegiatan praktikum sehingga memiliki keterampilan proses sains yang masih rendah. 6. Belum tersedia alat peraga praktikum pada materi Fluida, Bunyi, dan Cahaya di laboratorium MTsN 5 Padang. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih jelas dan terarah, penulis membatasi masalah yang akan diteliti dengan: 1. Alat peraga yang tersedia di laboratorium sudah banyak yang rusak dan tidak berfungsi dengan baik. 2. Pendidik tidak memiliki waktu untuk merancang alat peraga praktikum yang diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga jarang melakukan kegiatan praktikum. 3. Peserta didik kelas VIII MTsN 5 Padang jarang melakukan kegiatan praktikum sehingga memiliki keterampilan proses sains yang masih rendah. 4. Belum tersedia alat peraga praktikum pada materi Fluida, Bunyi, dan Cahaya di laboratorium MTsN 5 Padang.

8 Adapun batasan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. Alat peraga yang dikembangkan dibatasi pada materi kelas VIII semester II pada materi Fluida, Bunyi, dan Cahaya yang mengacu pada KI dan KD materi SMP/MTs. 2. Kualitas alat peraga valid dari aspek media, praktis dari aspek penggunaan dan efektif digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik kelas VIII semester II di MTsN 5 Padang. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah alat peraga praktikum pada pembelajaran Fisika pada materi Fluida, Bunyi, dan Cahaya yang dikembangkan valid? 2. Apakah alat peraga praktikum pada pembelajaran Fisika pada materi Fluida, Bunyi, dan Cahaya yang dikembangkan praktis? 3. Apakah alat peraga praktikum pada pembelajaran Fisika pada materi Fluida, Bunyi, dan Cahaya yang dikembangkan efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik kelas VIII semester II di MTsN 5 Padang? E. Tujuan Penelitian adalah: Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini

9 1. Alat peraga praktikum pada pada pembelajaran Fisika pada materi Fluida, Bunyi, dan Cahaya yang dikembangkan valid. 2. Alat peraga praktikum pada pada pembelajaran Fisika pada materi Fluida, Bunyi, dan Cahaya yang dikembangkan praktis. 3. Alat peraga praktikum pada pada pembelajaran Fisika pada materi Fluida, Bunyi, dan Cahaya yang dikembangkan efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik kelas VIII semester II di MTsN 5 Padang. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan mampu memberikan solusi bagi pendidik yang terkendala oleh alat dan waktu untuk melaksanakan kegiatan praktikum. Sehingga membantu dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan meningkatkan semangat peserta didik ketika pembelajaran berlangsung. 2. Manfaat Praktis a. Pendidik Adanya alat peraga dan panduan cara penggunaannya merupakan sumbangan ide (gagasan) yang dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada peserta didik melalui percobaan pada materi Fluida, Bunyi, dan Cahaya

10 b. Peserta didik Adanya alat peraga dan panduannya dapat digunakan oleh peserta didik untuk kegiatan praktikum di sekolah, sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri konsep materi Fluida, Bunyi dan Cahaya. c. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah, untuk membantu meningkatkan semangat peserta didik dalam proses belajar mengajar, sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan. d. Dunia Pendidikan Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, adapun manfaatnya adalah sebagai berikut : 1) Memberikan kontribusi terhadap khazanah pembelajaran dalam pengguanaan media pembelajaran yang lebih menarik sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan keterampilan proses peserta didik dan keaktifan belajar peserta didik dalam pembelajaran Fisika. 2) Sebagai bagian referensi untuk penelitian penelitian yang sejenis. e. Bagi Peneliti Penelitian ini memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam pengembangan media pembelajaran pada mata pelajaran Fisika.

11 G. Spesifikasi Produk Spesifikasi produk dilakukan dengan memperhatikan analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah dan pemanfaatan alat dan bahan sederhana, murah, dan mudah didapatkan di lingkungan sekitar. Spesifikasi produk alat peraga praktikum adalah sebagai berikut: 1. Topik atau materi pokok pembelajaran yang dibuat adalah alat peraga untuk kelas VIII semester II pada materi Fluida, Bunyi dan Cahaya. 2. Peralatan dan bahan-bahan pembuatan alat peraga yaitu dengan memanfaatkan alat dan bahan yang sederhana, murah dan mudah didapatkan di lingkungan sekitar. 3. Alat peraga disimpan di dalam kotak KIT. 4. Alat peraga dilengkapi oleh buku petunjuk penggunaan untuk masingmasing KIT yang memudahkan pengguna dalam menggunakan alat peraga. H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1. Asumsi Asumsi dalam penelitian ini adalah: a. Alat peraga praktikum yang dikembangkan dapat menjadi solusi dari permasalahan tidak terlaksananya kegiatan praktikum dalam pembelajaran Fisika di tingkat SMP/MTs. b. Alat peraga praktikum dapat digunakan sebagai penunjang sarana dan prasarana laboratorium di tingkat SMP/MTs.

12 c. Alat peraga praktikum dapat membantu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik di tingkat SMP/MTs. 2. Keterbatasan Pengembangan Keterbatasan pengembangan dalam penelitian ini adalah: a. Uji coba produk dan uji coba pemakaian dilakukan pada satu kelas yaitu kelas VIII.1. b. Efektifitas alat peraga untuk meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik dilakukan di kelas VIII.1 pada materi Fluida. I. Defenisi Istilah a. Media pembelajaran adalah perantara atau pengantar yang meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. b. Alat peraga merupakan alat bantu yang dipakai oleh pendidik dalam berkomunikasi dengan peserta didik yang berfungsi sebagai pembantu untuk memperjelas konsep atau materi. c. Praktikum adalah bagian pengajaran yang bertujuan agar peserta didik mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang diperolehnya oleh pendidik yang bertujuan untuk memantapkan pengetahuan peserta didik terhadap materi yang diajarkan. d. Keterampilan proses sains adalah kemampuan untuk melakukan tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta atau bukti.