BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang investor dalam melakukan pembelian dan penjualan suatu saham di pasar modal berhubungan erat dengan informasi yang berkembang disekitarnya. Seringkali sebuah keputusan untuk melakukan penjualan atau pembelian suatu saham diambil berdasarkan informasi yang diterima oleh investor. Dengan memiliki informasi yang relevan, investor dapat memiliki gambaran mengenai risiko dan expected return dari suatu saham sehingga dapat menentukan strategi investasi untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor usaha yang memiliki keterbukaan informasi yang tinggi dan informasinya relatif lebih mudah untuk didapatkan. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (Kasmir, 1998). Bank memiliki tiga kekuatan utama yaitu: kemampuan bank dalam menghimpun dana dari masyarakat, kemampuan bank dalam menggunakan dana tersebut lalu menyalurkan kembali kepada masyarakat dan kemampuan bank dalam memberikan jasa-jasa kepada masyarakat (Riyadi, 2006). Bank memiliki peranan penting dalam perputaran perekonomian suatu negara karena menyangkut dana yang dihimpun dari masyarakat. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana lalu menyalurkannya dalam 1
bentuk pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana. Oleh sebab itu harus terdapat kebijakan dan regulasi yang mengatur kegiatan operasional perbankan secara individu maupun secara sektoral. Sektor perbankan di Indonesia saat ini diatur oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia memiliki tugas antara lain: menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kewajiban moneter Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang termasuk namun tidak terbatas pada: a. Penetapan cadangan minimum perbankan. b. Penetapan aturan kredit dan pembiayaan oleh perbankan. c. Penetapan tingkat diskonto. d. Operasi pasar terbuka di pasar uang, baik mata uang Rupiah maupun valas. Penelitian ini memfokuskan pada informasi mengenai kebijakan penetapan cadangan minimum perbankan dalam pengaruhnya kepada kinerja saham perbankan. Pertimbangan yang melatarbelakangi pemilihan kebijakan ini adalah karena kebijakan ini langsung mempengaruhi jumlah dana yang dikelola oleh perbankan sehingga dapat mempengaruhi kinerja perbankan tersebut serta kebijakan ini tidak ditetapkan secara rutin oleh Bank Indonesia melainkan tergantung dari kondisi perekonomian yang terjadi. 2
Bank Indonesia dalam menetapkan cadangan minimum perbankan menggunakani instrumen Giro Wajib Minimum (GWM). GWM adalah suatu porsi tertentu dari dana pihak ketiga (DPK), tabungan, deposito, yang tidak boleh dipinjamkan oleh pihak perbankan dan harus disimpan pada bank Sentral (Kasmir, 1998). Dalam rangka pelaksanaan GWM, bank umum di Indonesia harus membuka rekening giro di Bank Indonesia untuk saldo pada rekening ini harus dijaga agar tidak melanggar ketentuan GWM yang berlaku. Tujuan dari penyetoran GWM adalah untuk memenuhi cadangan premier dan sebagai dana operasional dalam penyelesaian kliring dan penyelesaian transaksi dengan bank koresponden. Oleh sebab itu, dana yang disetorkan perbankan dalam bentuk GWM tidak akan menghasilkan pendapatan (yield) bagi perbankan. Bank Indonesia sudah beberapa kali menerbitkan peraturan mengenai penetapan GWM. Pada tahun 2004 ketentuan GWM ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 6/15/PBI/2004 tentang giro wajib minimum Bank Indonesia dalam rupiah dan valuta asing sebagai berikut: a. Bank yang memiliki Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam rupiah lebih kecil dari satu triliyun rupiah wajib memelihara GWM dalam rupiah sebesar lima persen dari DPK dalam rupiah. b. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari satu triliyun rupiah sampai dengan sepuluh triliyun rupiah wajib memelihara GWM dalam rupiah sebesar enam persen dari DPK dalam rupiah. 3
c. Bank yang memliki DPK dalam rupiah lebih besar dari sepuluh triliyun rupiah sampai dengan lima puluh triliyun rupiah wajib memelihara GWM dalam rupiah sebesar tujuh persen dari DPK dalam rupiah. d. Bank yang memliki DPK dalam rupiah lebih besar dari lima puluh triliyun rupiah wajib memelihara GWM dalam rupiah sebesar delapan persen dari DPK dalam rupiah. Penetapan giro wajib minimum ini bertujuan antara lain untuk menjaga kondisi kestabilan ekonomi nasional melalui stabilitas moneter dengan pengendalian uang beredar. Hal ini secara tidak langsung juga dapat digunakan sebagai instrumen untuk pengendalian tingkat inflasi. Pada tahun 2005, kebijakan mengenai ketetapan Giro Wajib Minimum ini kembali disempurnakan melalui PBI nomor 7/29/PBI/2005 tanggal 6 September 2016 dengan mengkaitkan antara dana pihak ketiga dengan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR). Penyempurnaan ini bertujuan untuk mendorong perbankan agar menyalurkan kredit dengan jumlah yang lebih besar. Dalam penyempurnaan ini, tingkat GWM inti masih sesuai dengan kebijakan sebelumnya namun terdapat tambahan persentase GWM sesuai dengan tingkat LDR bank tersebut. a. Bank yang memiliki tingkat LDR diatas 90% tidak dikenakan tambahan dana yang harus disetorkan sebagai Giro Wajib. b. Bank yang memiliki tingkat LDR diatas 75% hingga 90% wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar satu persen dari DPK rupiah. 4
c. Bank yang memiliki tingkat LDR diatas 60% hingga75% wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar dua persen dari DPK rupiah. d. Bank yang memiliki tingkat LDR diatas 50% hingga 60% wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar tiga persen dari DPK rupiah. e. Bank yang memiliki tingkat LDR diatas 40% hingga 50% wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar empat persen dari DPK rupiah. f. Bank yang memiliki tingkat LDR dibawah 40% wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar lima persen dari DPK rupiah. Pada tahun 2008 Bank Indonesia melalui PBI nomor 10/19/2008 menyederhanakan perhitungan GWM menjadi hanya berdasarkan dana pihak ketiga yang dihimpun bank dan tidak dikaitkan dengan besaran LDR dari bank tersebut. Tingkat GWM yang ditetapkan berdasarkan PBI ini yaitu sebesar 7,5% dari GWM dan besaran persentase ini berlaku seragam bagi seluruh bank, tidak membeda-bedakan berdasarkan GWM yang dibukukan bank seperti pada Peraturan Bank Indonesia sebelum-sebelumnya. Penetapan kenaikan dan penurunan Giro Wajib Minimum terus dilakukan hingga saat ini untuk menyesuaikan dengan kondisi perekonomian yang dinamis dan juga menjaga kinerja perbankan. Pada tahun 2005 hingga tahun 2013, Bank Indonesia menaikkan tingkat GWM hingga dua kali yaitu pada tahun 2008 dan 2013 karena tingkat inflasi yang tinggi namun sejak tahun 2015 hingga tahun 2017, tingkat inflasi relatif lebih rendah sehingga mendukung untuk dilakukannya relaksasi likuiditas di sektor perbankan sehingga Bank Indonesia dalam periode dua tahun tersebut menurunkan tingkat GWM sebanyak tiga kali. 5
Perubahan tingkat persentase GWM pada tahun 2004 hingga tahun 2017 dirangkum pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Perubahan Persentase Giro Wajib Minimum Nomor PBI Tanggal Aturan Persentase GWM 6/15/PBI/2004 28-Jun-04 5% dari DPK (DPK < IDR 1T) 6% dari DPK (IDR 1 T < DPK < IDR 10T) 7% dari DPK (IDR 10 T < DPK < IDR 50T) 8% dari DPK (IDR 50 T < DPK) 7/29/PBI/2005 06-Sep-05 5% dari DPK (DPK < IDR 1T) 6% dari DPK (IDR 1 T < DPK < IDR 10T) 7% dari DPK (IDR 10 T < DPK < IDR 50T) 8% dari DPK (IDR 50 T < DPK) Dan Tambahan 1% jika: 75% < LDR < 90% Tambahan 2% jika: 60% < LDR < 75% Tambahan 3% jika: 50% < LDR < 60% Tambahan 4% jika: 40% < LDR < 50% Tambahan 5% jika: LDR <40% 10/19/PBI/2008 14-Okt-08 7.5% dari DPK 10/25/PBI/2008 23-Okt-08 5% dari DPK (GWM primer) 2.5% dari DPK (GWM sekunder) 15/15/PBI/2013 24-Des-13 8.0% dari DPK (GWM primer) 4.0% dari DPK (GWM sekunder) 17/21/PBI/2015 26-Nov-15 7.5% dari DPK (GWM primer) 4.0% dari DPK (GWM sekunder) 18/03/PBI/2016 10-Mar-16 6.5% dari DPK (GWM primer) 4.0% dari DPK (GWM sekunder) 19/06/PBI/2017 03-Jul-17 5.0% dari DPK (GWM primer) 4.0% dari DPK (GWM sekunder) Sumber: Peraturan Bank Indonesia (Diolah) Salah satu kebijakan yang penting pada sektor perbankan adalah kebijakan penetapan GWM oleh Bank Indonesia. Kebijakan ini dapat dikatakan penting karena dapat mempengaruhi pendapatan suatu bank. Semakin besar tingkat GWM yang ditetapkan oleh Bank Indonesia akan memaksa bank untuk menyetorkan 6
sebagian dana pihak ketiga (DPK) ke Bank Indonesia sehingga porsi DPK yang dapat disalurkan dalam bentuk kredit akan semakin sedikit sehingga kemampuan bank dalam memperoleh laba dari penyaluran kredit tersebut menjadi berkurang. Dari pernyataan tersebut, seharusnya pemegang saham suatu bank akan bereaksi negatif apabila Bank Indonesia menerbitkan peraturan mengenai kenaikan tingkat GWM sehingga akan menjual saham yang dimilikinya dan membuat harga saham perbankan turun. Sebaliknya apabila Bank Indonesia menerbitkan peraturan mengenai penurunan tingkat GWM maka investor akan membeli saham perbankan karena mengharapkan expected return yang lebih besar. Hal ini akan diteliti lebih lanjut menggunakan metode studi peristiwa (event study). Studi Peristiwa (event study) merupakan suatu studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa atau informasi yang dipublikasikan. MacKinley (1997) mendefinisikan event study sebagai salah satu metodologi penelitian yang menggunakan data-data pasar keuangan untuk mengukur dampak dari suatu kejadian yang spesifik terhadap nilai perusahaan, biasanya tercermin dari harga saham dan volume transaksinya. Tujuan Event Study adalah untuk mengkaji kandungan informasi dari suatu pengumuman. Hartono (2010) mengungkapkan bahwa jika suatu pengumuman mengandung informasi maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari saham tersebut. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Abnormal Return 7
terjadi karena adanya informasi baru atau peristiwa baru yang mengubah nilai perusahaan dari direaksi oleh investor dalam bentuk kenaikan atau penurunan harga pasar saham. Hartono (2010) menyatakan bahwa, jika suatu pengumuman mengandung informasi maka pasar akan menerima abnormal return, dan sebaliknya jika suatu peristiawa tidak mengandung informasi maka pasar saham tidak akan menerima abnormal return. Pada penelitian ini, pendekatan event study dilakukan untuk menguji reaksi pasar modal terhadap perubahan kebijakan pada pasar uang khususnya kebijakan penetapan perubahan tingkat persentase GWM. Topik mengenai event study pengumuman GWM terhadap kinerja saham perbankan layak diteliti karena dengan diterbitkannya pengumuman perubahan tingkat persentase GWM oleh Bank Indonesia maka akan mempengaruhi jumlah dana yang seharusnya dapat digunakan bank untuk disalurkan dalam bentuk kredit. Hal ini dapat menghasilkan pendapatan bagi bank dibandingkan hanya ditempatkan pada Bank Indonesia dalam bentuk giro wajib. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis mengambil judul: Reaksi Saham Perbankan Terhadap Pengumuman Kenaikan dan Penurunan Giro Wajib Minimum. 1.2 Rumusan Masalah Regulator dalam hal ini Bank Indonesia berkepentingan untuk menjaga kondisi perbankan Indonesia tetap dalam keadaan sehat dan kuat dalam menghadapi gejolak ekonomi baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar 8
negeri. Hal ini mendorong Bank Indonesia untuk menerbitkan aturan dan kebijakan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu kebijakan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia adalah kebijakan mengenai penetapan tingkat persentase penyetoran GWM. Ketentuan ini akan mempengaruhi kinerja perbankan yang kemudian juga akan mempengaruhi kinerja saham perbankan. Oleh sebab itu dirasakan perlu untuk dilakukan suatu penelitian studi peristiwa pada saat pengumuman penetapan GWM terhadap saham-saham perbankan di BEI. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka diputuskan bahwa rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Saham perbankan akan bereaksi pada saat diumumkannya kenaikan dan penurunan Giro Wajib Minimum. 1.3 Pertanyaan Penelitian Suatu kebijakan yang tepat adalah kebijakan yang mengandung suatu informasi sehingga kebijakan yang diterbitkan oleh suatu instasi tertentu akan berpengaruh kepada instansi lain yang terdampak oleh kebijakan tersebut. Informasi yang berasal dari kebijakan tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Dalam lingkup penelitian ini, instansi yang menerbitkan kebijakan adalah Bank Indonesia dan instansi yang terkena pengaruhnya adalah bank-bank umum yang beroperasi di Indonesia, sedangkan sebagai pengambil keputusan adalah pada investor yang bermaksud menanamkan modalnya dengan melakukan pembelian terhadap saham-saham bank. 9
Untuk menyelaraskan antara latar belakang penelitian, perumusan masalah dan tujuan penelitian maka terdapat pertanyaan yang mendasar dalam penelitian ini. Pertanyaan mendasar pada penelitian ini adalah: Apakah saham perbankan akan bereaksi terhadap pengumuman kenaikan dan penurunan GWM? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan utama dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis apakah pengumuman perubahan persentase Giro Wajib Minimum (GWM) menyebabkan adanya abnormal return terhadap saham perbankan di BEI menurut metode studi peristiwa. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut: a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang regulasi perbankan khususnya mengenai perubahan GWM dan juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan giro wajib minimum dan studi peristiwa. b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi investor dalam melakukan pengambilan keputusan untuk berinvestasi khususnya dalam pembelian saham-saham perbankan pada saat diterbitkannya pengumuman 10
perubahan tingkat persentase GWM. Penelitian ini juga dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi regulator dalam menentukan waktu yang tepat untuk menerbitkan kebijakan mengenai perubahan GWM. 1.6 Lingkup Penelitian Untuk mencegah terjadinya kesalah-pemahaman maka penulis dalam penelitian ini melakukan pembatasan-pembatasan yaitu: a. Dilakukan untuk meneliti abnormal return dari saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia`terkait dengan penetapan kebijakan mengenai Giro Wajib Minimum pada tahun 2013 hingga saat ini. b. Menggunakan metode utama yang digunakan adalah metode studi peristiwa. 1.7 Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah yang mendasari untuk dilakukannya penelitian. Rumusan masalah dan pertanyaan penelitian merupakan keadaan, fenomena, dan konsep yang memerlukan jawaban melalui penelitian. Tujuan penelitian merupakan hal yang diharapkan akan dicapai mengacu kepada latar belakang, perumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Lingkup penelitian merupakan pembatasan penelitian yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalah-pemahaman bagi pembaca hasil penelitian ini. Sistematika penulisan berisi tentang ringkasan materi yang akan dibahas pada setiap bab. 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka berisikan landasan teori yang menjadi acuan dalam perumusan hipotesis dan membantu dalam analisis hasil penelitian. Penelitian terdahulu berisi tentang penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berikaitan dengan penelitian ini. Kerangka pemikiran menggambarkan skema yang dibuat untuk menjelaskan secara singkat permasalahan yang akan diteliti. Hipotesis berisikan mengenai dugaan sementara atas masalah penelitian. BAB III. METODE PENELITIAN Metode penelitian berisikan mengenai variabel-variabel penelitian, definisi operasional, metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam melakukan analisa teori studi peristiwa terkait dengan abnormal return yang dihasilkan oleh saham-saham perbankan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan berisikan mengenai diskripsi obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian seperti pembahasan mengenai data yang telah dikumpulkan untuk menganalisis mengenai adanya abnormal return yang dihasilkan, hasil analisa data dan hasil pengujian serta pembahasan. BAB V KESIMPULAN dan SARAN Bab kesimpulan dan saran merupakan bagian penutup pada penelitian ini yang berisikan tentang kesimpulan secara singkat dari hasil analisis penelitian, 12
keterbatasan penelitian dan saran-saran bagi pihak yang berkepentingan atau rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. 13