BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Daya tahan, penampilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang. 2, 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1. Penyusun:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

Bahan basis gigitiruan resin. Resin akrilik. Swapolimerisasi. Konduktivitas termal. Minuman soda Obat Kumur Kopi Teh Nikotin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan yang bervariasi dari wajah, rahang, gigi, dan abnormalitas dentofasial

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya dalam fungsi pengunyahan, berbicara, maupun segi estetik.

PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN BASIS RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS MENGGUNAKAN BAHAN PUMIS, CANGKANG TELUR DAN PASTA GIGI SEBAGAI BAHAN POLES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan protesa yang menggantikan gigi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DAN NILON TERMOPLASTIK

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi

Klasifikasi. Polimerisasi panas. Polimerisasi kimia. Waterbath Manipulasi microwave. Metil metakrilat. Cross lingking agent. Inhibitor hydroquinon

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan basis gigi tiruan yang ideal memiliki karakteristik tidak iritan, toksik,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berbagai bahan yang digunakan diawal pembuatan basis gigitiruan di

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak mulut (McCabe & Walls, 2008). Mayoritas basis gigi tiruan

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya usia. Hilangnya gigi akan mengakibatkan perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kanker mulut (Lamster dan Northridge, 2008). Kehilangan gigi dapat menjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resin akrilik polimerisasi panas berbahan polimetil metakrilat masih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. stabil dan mudah dipoles (Nirwana, 2005). Sebagai bahan basis gigi tiruan, resin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut The Glossary of Prostodontics Term prostodonsia adalah cabang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB 1 PENDAHULUAN. yang buruk, kelainan berbicara apabila gigi yang hilang adalah gigi depan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

BAB I PENDAHULUAN. kekompakan dengan jaringan mulut (Anusavice, 2004). banyak unit. Polimer ada dua jenis yaitu polimer alami dan polimer sintetik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

BAB I PENDAHULUAN. gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

BAB 2 OBTURATOR PALATUM. 2.1 Pengertian Obturator Palatum. jaringan yang terbuka secara kongenital atau diperdapat, terutama bagian palatum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama resin akrilik kuring panas memenuhi syarat sebagai bahan basis gigi

3 Universitas Indonesia

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian kesehatan umum adalah kesehatan gigi dan mulut yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan Berbagai bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti kayu, tulang, gading, keramik, logam, dan berbagai polimer. 26 Perkembangan yang pesat dalam bahan basis gigitiruan menyebabkan terjadinya peralihan dari penggunaan bahan alami menjadi penggunaan resin sintetis dalam pembuatan basis gigitiruan. 27 Basis gigitiruan adalah bagian dari suatu gigitiruan yang bersandar pada mukosa rongga mulut, terutama pada bagian yang mengalami kehilangan gigi dan bagian dimana gigitiruan dilekatkan. Basis gigitiruan memperoleh dukungan dari mukosa rongga mulut pada daerah yang tidak bergigi. Basis gigitiruan berfungsi untuk tempat melekatnya anasir gigitiruan yang akan mengembalikan fungsi pengunyahan. 27,28 2.1.1 Persyaratan Basis Gigitiruan Persyaratan basis gigitiruan yang ideal antara lain: 27,28 a. Biokompatibel : Tidak toksik dan tidak mengiritasi b. Karakteristik permukaan : permukaan halus, keras dan kilat c. Warna : translusen dan warna merata d. Stabilitas warna : baik e. Bebas dari porositas f. Kekuatan lentur : tidak kurang dari 60-65 MPa g. Modulus elastisitas : paling sedikit 2000 MPa untuk polimer yang dipolimerisasi dengan panas dan paling sedikit 1500 MPa untuk polimer swapolimerisasi h. Tidak ada monomer sisa

i. Tidak menyerap cairan j. Ketahanan terhadap abrasi dan kekerasan yang baik k. Tidak mengalami perubahan dimensi l. Tidak larut m. Mudah dimanipulasi dan direparasi n. Mudah dibersihkan Sampai saat ini belum ada satu pun basis gigitiruan yang memenuhi semua persyaratan di atas. 27,28 logam. 29 2.1.2 Klasifikasi Basis Gigitiruan Klasifikasi basis gigitiruan dibagi menjadi dua kelompok yaitu logam dan non 2.1.2.1 Logam Beberapa jenis logam yang dapat digunakan sebagai basis gigitiruan, antara lain kobalt kromium, aloi emas, alumunium, dan stainless steel. 29 Keunggulan logam sebagai basis gigitiruan, antara lain: 27,28 1. Basis logam merupakan penghantar termis yang baik. Setiap perubahan suhu yang terjadi akan dihantarkan ke jaringan sehingga akan memberikan rangsangan dan mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut. 2. Basis logam memiliki kekuatan yang tinggi sehingga basis gigitiruan dapat dibuat lebih tipis. Hal ini memungkinkan ruang gerak lidah relatif lebih luas. Di samping beberapa keunggulan, basis logam juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 24,25 1. Basis logam tidak mungkin dilapis atau direparasi kembali. 2. Warna logam tidak sesuai dengan warna jaringan sekitarnya sehingga kurang estetis. 3. Relatif lebih berat. 4. Teknik pembuatan lebih rumit dan mahal.

2.1.2.2 Non Logam Basis non logam memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari basis non logam antara lain: 1. Memiliki estetis yang baik karena warnanya mirip dengan jaringan lunak mulut, teknik pembuatan dan pemolesannya mudah 2. Harga murah, dan dapat dengan mudah direparasi atau reline apabila basis patah atau longgar. 30,31 Kekurangan basis gigitiruan non logam antara lain: 1. Memiliki stabilitas dimensi yang rendah, kekuatan basis lebih rendah daripada logam 2. Memiliki lebih banyak poreus sehingga kebersihan berkurang, dan memiliki konduktivitas termal yang rendah. 31 Bahan basis yang sering digunakan adalah basis gigitiruan yang terbuat dari bahan non logam terutama polimer. Bahan basis polimer yang paling umum digunakan untuk membuat basis gigitiruan adalah resin akrilik. 2.2 Resin Akrilik 2.2.1 Pengertian Resin akrilik mulai digunakan pada tahun 1937 sebagai bahan basis gigitiruan. Dewasa ini, resin akrilik dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia sebagai bahan basis gigitiruan karena memiliki estetis yang baik, murah serta pembuatannya yang relatif mudah. Resin akrilik merupakan rantai polimer panjang terdiri dari unit metil metakrilat yang berulang disebut juga polimetilmetakrilat. 4,32 2.2.2 Jenis Berdasarkan proses polimerisasi, resin akrilik diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi, dan resin akrilik polimerisasi panas. 5-7 1. Resin akrilik polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang dapat dilihat. Resin akrilik polimerisasi sinar terdiri dari matriks

uretan dimetakrilat, microfine silica, dan camphorquinone yang berperan sebagai inisiator. Proses polimerisasinya menggunakan sinar tampak sebagai aktivator. Polimerisasi terjadi di dalam suatu unit kuring khusus yang menggunakan lampu halogen dengan panjang cahaya 400-500 nm selama kira-kira 10 menit. 5-7 2. Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang mengalami polimerisasi pada suhu kamar. Resin akrilik swapolimerisasi mengandung aktivator kimia yang berfungsi untuk mengaktifkan benzoil peroksida yang terdapat di dalam polimer sehingga dapat terjadi proses polimerisasi. Aktivator kimia yang biasanya digunakan adalah amina tersier, contohnya adalah dimetil paratoluidin. Kekuatan resin akrilik swapolimerisasi cukup rendah, stabilitas warna yang kurang baik, dan jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih banyak daripada monomer sisa yang dihasilkan oleh resin akrilik polimerisasi panas. 5-7 3. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dengan menggunakan perendaman air di dalam water bath. 5 Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari bubuk dan cairan dimana setelah mengalami proses pencampuran dan pemanasan akan membentuk suatu bahan yang kaku. 32 2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan basis gigitiruan yang paling sering digunakan sebagai basis gigitiruan dalam kedokteran gigi. Bahan ini terbuat dari bahan polimetil metaklirat yang memerlukan energi termal atau energi panas dalam proses polimerisasinya. Energi termal yang dibutuhkan untuk proses polimerisasinya dapat diperoleh dari perendaman dalam air yang dipanaskan (waterbath). 2.3.1 Komposisi Komposisi resin akrilik polimerisasi panas, yaitu: 5-7,27 1. Bubuk

- Polimer : butiran atau granul polimetil metakrilat - Inisiator : berupa 0,2 0,5 % benzoil peroksida - Pigmen /pewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik - Opacifier : Titanium oksida - Plasticizer : Dibutil phthalate 2. Cairan - Monomer : metil metakrilat - Inhibitor : Hidroquinone - Cross-linking agent : etilen glikol dimetakrilat 2.3.2 Manipulasi Resin akrilik polimerisasi panas dimanipulasi sehingga menghasilkan bentuk yang keras dan kaku dengan menggunakan teknik compression moulding (moldingtekanan). Proses manipulasi resin akrilik polimerisasi panas dengan teknik moldingtekanan antara lain: 20 a. Perbandingan monomer dan polimer Pencampuran bubuk polimer dan cairan monomer dilakukan dengan perbandingan volume 3:1 atau perbandingan berat 2,5:1. 3,20 b. Proses Pencampuran polimer dan monomer Bubuk dan cairan dengan rasio yang tepat dicampurkan didalam wadah yang bersih, kering dan tertutup lalu di campurkan hingga homogen. Selama proses pencampuran, ada beberapa tahapan yang terjadi, yaitu: 3,12,20 1. Sandy stage adalah tahap terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah. Pada tahap ini polimer secara bertahap bercampur dengan monomer. 2. Sticky stage adalah tahap ketika bubuk mulai larut dalam cairan sehingga akan terlihat seperti berserabut saat ditarik. Pada tahap ini monomer sudah berpenetrasi dengan polimer.

3. Dough stage adalah tahap saat monomer sudah berpenetrasi seluruhnya ke dalam polimer yang ditandai dengan konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak lengket lagi. Tahap ini merupakan waktu yang tepat memasukkan adonan ke dalam mould. 4. Rubbery (elastic) stage adalah tahap saat monomer sudah tidak dapat bercampur dengan polimer lagi. Pada tahap ini, akrilik akan berwujud seperti karet dan tidak bisa lagi dimasukkan dalam mold. 5. Stiff stage adalah tahap sewaktu akrilik sudah kaku dan tidak dapat dibentuk lagi. c. Proses Pengisian dalam mold Pengisian dalam mold dilakukan pada fase dough stageyaitu setelah pengisian dilakukan pres hidrolik sebanyak 2 fase. Fase pertama yaitu dengan tekanan 1000 psi supaya mold terisi secara padat dan kelebihannya dibuang dengan lekron. Fase kedua dilakukan pengepresan dengan tekanan sebesar 2200 psi dan dibiarkan pada suhu kamar selama 30-60 menit. d. Proses Kuring Proses kuring dilakukan sebanyak 2 fase. Fase pertama dilakukan pada waterbath pada suhu 70 0 C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan fase kedua yang dilakukan pada suhu 100 0 C selama 30 menit sesuai dengan JIS (Japan Industrial Standard). e. Proses Pendinginan dan Penyelesaian Setelah proses kuring selesai, kuvet dikeluarkan dari waterbath dan dibiarkan hingga mencapai suhu kamar, lalu resin akrilik dikeluarkan dari mould kemudian dirapikan dengan menggunakan bur dan dipoles. 2.3.3 Sifat-Sifat Sifat-sifat bahan resin akrilik terbagi atas sifat fisis, sifat mekanis, serta sifat kemis dan biologis. 27,28 2.3.3.1 Sifat Mekanis

Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan.sifat mekanis bahan basis gigitiruan terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatique, crazing dan kekerasan. 6,27,28 a. Kekuatan Tensil Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa. Kekuatan tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin akrilik. 6,27 b. Kekuatan Impak Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm. Resin akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigitiruan akrilik jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur. 28 c. Fatique Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur akibat fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakaian gigitiruan yang tidak didesain dengan baik sehingga basis gigitiruan melengkung setiap menerima tekanan pengunyahan. Kekuatan fatique basis resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,5 juta lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lb/in 2 pada stress maksimum 17 MPa. 27,28 d. Crazing Crazing kadang-kadang muncul berupa kumpulan retakan pada permukaan gigitiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis gigitiruan. Retakan-retakan ini dapat timbul akibat salah satu dari tiga mekanisme. Pertama, apabila pasien memiliki kebiasaan sering mengeluarkan gigitiruannya dan membiarkannya kering, siklus penyerapan air yang konstan diikuti pengeringan sehingga dapat menimbulkan stress tensil pada permukaan dan mengakibatkan terjadinya crazing. Kedua, penggunaan anasir gigitiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing pada basis di daerah sekitar leher anasir gigitiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi termal antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, crazing dapat terjadi selama perbaikan gigitiruan ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin akrilik yang telah

mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki. Tingkat crazing ini dapat dikurangi oleh cross-linking agent yang berfungsi mengikat rantai-rantai polimer. 7,27 e. Kekerasan Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15 kg/mm 2. Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah besar. 27,28 2.3.3.2 Sifat Fisis Sifat fisis merupakan sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri dari massa jenis, ekspansi termal, porositas dan kekasaran permukaan. 28 a. Massa Jenis Resin akrilik memiliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 g/cm 3. Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon, oksigen dan hidrogen. 5,27,28,33 b. Ekspansi Termal Koefisien ekspansi termal resin akrilik polimerisasi panas adalah sekitar 80 ppm/ o C. Nilai ini merupakan angka yang cukup tinggi dari kelompok resin. 6 c. Porositas Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai dengan temperatur resin yang mencapai atau melebihi titik didih bahan

tersebut. Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan yang tidak tepat. Timbulnya porositas juga dapat diminimalkan dengan pengadukan adonan resin akrilik hingga homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat, prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke dalam mold yang tepat. 5-7,27,28,33 d. Kekasaran Permukaan Beberapa peneliti menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki permukaan yang halus dan mampu mempertahankan pemolesan yang baik selama jangka waktu pemakaian yang panjang. Kekasaran permukaan terjadi dalam beberapa bulan setelah pemakaian gigitiruan yang merupakan awal dari perlekatan sisa makanan. Gigitiruan dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan perlekatan plak bakteri. 27,28 e. Stabilitas dimensi Stabilitas dimensi atau akurasi adalah suatu hal yang memegang peranan penting dalam memperoleh adaptasi yang baik antara gigitiruan dengan jaringan pendukung rongga mulut. Stabilitas dimensi resin akrilik polimerisasi panas dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ekspansi mold sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal dari adonan akrilik, pengerutan yang terjadi sewaktu polimerisasi, pengerutan termal yang terjadi sewaktu pendinginan dan penyerapan air yang terjadi pada saat pembersihan resin akrilik polimerisasi panas. Terjadinya perubahan dimensi dapat mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigitiruan di rongga mulut. Metode flasking yang digunakan, suhu, perbandingan polimer dan monomer, tipe resin akrilik, proses kuring dan penyimpanan juga mempengaruhi terjadinya perubahan dimensi selama processing. Kestabilan dimensi resin akrilik polimerisasi panas berhubungan dengan absorpsi air yang dapat menyebabkan ekspansi resin akrilik dan merubah dimensi resin akrilik. Hal ini berpengaruh terhadap dimensi dan stabilitas gigitiruan, oleh karena itu absorpsi air sebaiknya sekecil mungkin yaitu tidak boleh lebih dari 0.8 mg/cm 2. 3,29,34 2.3.3.3 Sifat Biologis

Sifat biologis merupakan syarat utama dari seluruh material yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Idealnya, suatu material yang layak dimasukan ke dalam rongga mulut haruslah tidak toksik, tidak mengiritasi, tidak bersifat karsinogenik ataupun dapat menimbulkan reaksi alergi. 30 a. Pembentukan Koloni Bakteri Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan gigitiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan permukaan, dan kekasaran permukaan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah, permukaan yang halus, kekerasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan nilon dan sudut kontak permukaan dengan air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi. 5,7 b. Biokompatibilitas Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel. Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi yang disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoic acid pada basis gigitiruan. Pasien yang tidak alergi juga dapat mengalami iritasi apabila terdapat jumlah monomer yang tinggi pada basis gigitiruan yang tidak dikuring dengan baik. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut standar ISO adalah 2,2 %. 1,2,5,7,20 2.3.3.4 Sifat Kemis Sifat kemis adalah sifat suatu bahan yang dapat mengubah sifat dasar bahan tersebut, seperti penyerapan air dan stabilitas warna. a. Stabilitas Warna Yu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam

larutan kopi. Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik. 10,29 b. Penyerapan Air Resin akrilik menyerap air secara perlahan, biasanya melalui difusi, dan mencapai titik keseimbangan sekitar 2% setelah periode beberapa hari atau minggu tergantung pada ketebalan gigitiruan. Difusi adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai polimer. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa penyerapan air yang berlebihan bisa menyebabkan diskolorasi. 29,34 2.4 Penyerapan Air Polimetil metakrilat menyerap air secara perlahan untuk waktu tertentu. Proses penyerapan air terjadi akibat dari sifat polar molekul resin dan mengikuti hukum difusi. Koefisien difusi suatu resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,08 x 10-12 m 2 /detik pada suhu 37º C dan berkurang separuh pada suhu 23º C. Dilihat dari koefisien difusi yang rendah, maka jumlah air yang terlibat adalah sangat kecil walaupun gigitiruan telah jenuh dengan air. Proses difusi air terjadi di antara makromolekul, menyebabkan makromolekul resin dipaksa menepi, akibatnya, molekul-molekul resin menjadi lebih bebas dan kemungkinan gigitiruan berubah bentuk. Molekul air dapat berdifusi di antara makromolekul resin karena diameter molekul air kurang dari 0,28 nm, yang lebih kecil daripada jarak antara satu makromolekul dengan makromolekul yang lain. 12,36 Suatu metode untuk menghitung absorpsi air adalah dengan menentukan peningkatan berat dari resin per unit pada permukaan yang terkena air. Metode tersebut dispesifikasi oleh American Dental Association (ADA). Berdasarkan spesifikasi tersebut peningkatan berat resin selama perendaman ini tidak boleh lebih dari 0.8 mg/cm 2. 36 Hasil pengukuran penyerapan air didapat dengan cara menghitung berat massa dari resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan sesudah direndam dalam air. Salah

satu cara untuk meminimalisasi dampak dari penyerapan air pada resin akrilik polimerisasi panas adalah dengan cara penjenuhan. Cara untuk melakukan penjenuhan resin akrilik polimerisasi panas adalah merendam resin akrilik didalam air selama 1 hari dengan suhu 37ºC. Beberapa penelitian menyatakan bahwa setelah lebih dari 24 jam resin akrilik mulai mengalami penurunan dalam penyerapan air. Szabo dkk. (1985) menyatakan bahwa sampel resin akrilik dengan ketebalan ± 1 mm dapat mencapai penjenuhan dalam waktu 24 jam. 14 Pengukuran penyerapan air dapat diukur menggunakan analitical balance dengan cara : 19 WSP = M1 = berat sebelum direndam (mg) M2 = berat setelah direndam (mg) S = luas daerah (cm 2 ) WSP = water sorption (mg/cm 2 ) 2.5 Perubahan Dimensi Perubahan dimensi pada resin akrilik polimerisasi panas terutama dipengaruhi oleh pengerutan polimerisasi dan absorpsi air. Pengerutan linear pada resin akrilik dilaporkan kurang dari 1 % namun dari beberapa penelitian nilai ini berkisar antara 0,2 % -0,5 %. Pengerutan yang berkisar antara 0,1% - 0,4 % tidak terlalu berpengaruh terhadap adaptasi gigitiruan di rongga mulut sehingga masih bisa ditoleransi oleh kompresibilitas mukosa, namun kompresibilitas mukosa ini tidak dapat mengkompensasi bila ketidaksesuaian yang terjadi melebihi 1 mm terutama jika terjadi di daerah posterior palatal. Pengaruh yang besar dari pengerutan linear terdapat pada daerah posterior palatal dari gigitiruan penuh rahang atas dapat menimbulkan celah antara basis gigitiruan dan jaringan pendukung di rongga mulut.

sampel. 19,28 Perubahan dimensi = v 1 -v 0 Hal ini dapat mengurangi stabilisasi gigitiruan karena kestabilan gigitiruan salah satunya dipengaruhi oleh adaptasi yang rapat antara basis gigitiruan dan jaringan pendukung rongga mulut. Adaptasi yang rapat juga mempengaruhi retensi gigitiruan yang berhubungan dengan lapisan saliva yang mempengaruhi adhesi antara gigitiruan dan jaringan lunak rongga mulut. Basis gigitiruan yang mengalami absorpsi air sebanyak 1% akan mengakibatkan terjadinya ekspansi linear yang nilainya berkisar antara 0 % - 0,32 % dari ukuran awal basis gigitiruan. Ekspansi yang dihasilkan mampu mengimbangi pengerutan akibat panas yang terjadi selama polimerisasi. Perubahan dimensi akan menyertai proses absorpsi dan mungkin memerlukan penyesuaian terhadap tepi gigitiruan dan oklusinya. Jika gigitiruan dibiarkan dalam keadaan kering, maka akan terjadi kehilangan air dan pengerutan gigitiruan, dengan demikian, pasien harus menjaga agar gigitiruan tetap berada di dalam air selama tidak digunakan. 4,32,37 Perubahan dimensi dapat diukur dengan metode vektor untuk mendapatkan nilai perubahan dimensi secara keseluruhan dari suatu sampel. Penggunaan metode ini biasanya digunakan untuk mengukur perubahan dimensi secara linear. Pengukuran perubahan dimensi dilakukan dengan terlebih dahulumenentukan titik acuan pada sampel dan model induk. Nilai vektor diperoleh dengan menghitung akar dari jumlah jarak titik-titik acuan yang dikuadratkan pada masing-masing sampel dan model induk. Perubahan dimensi diperoleh dari selisih antara vektor model induk dan vektor Keterangan : v 1 = vektor sampel (mm) v 0 = vektor model induk (mm) Alat ukurnya berupa travelling microscope atau disebut juga optical comparator. Perubahan dimensi selalu dikaitkan dengan 2 hal yaitu pengerutan dan ekspansi. 28 2.6 Metode Pembersihan Gigitiruan

Beberapa cara pembersihan diantaranya dengan cara mekanis, kemis, ataupun gabungan antara kemis dan mekanis. 34,38 Penggunaan secara kemis yaitu dengan natrium hipoklorit, asam, effervescent, klorheksidin, dan energi microwave, mekanis yaitu penyikatan dengan sikat gigi biasa atau sikat gigi khusus, dan ultrasonik, serta kombinasi kemis dan mekanis. 39 Cara pembersihan gigitiruan yang baru adalah dengan merendam gigitiruan dalam suatu gelas berisi airdan dimasukkan ke dalam microwave selama beberapa menit. Metode pembersihan dengan energi microwave merupakan cara yang baik karena dapat membunuh mikroorganisme, tidak mengubah bau dan warna, dan tidak menimbulkan reaksi alergi. 15,38 2.6.1 Metode Mekanis Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan sikat dan sabun atau pasta pembersih gigitiruan, serta menggunakan pembersih ultrasonik. Metode pembersihan ini memiliki keuntungan yaitu mudah, murah dan cepat, namun pembersihan seperti ini juga dapat mengikis basis gigitiruan dan menyebabkan kekasaran pada gigitiruan akibat terlalu kasarnya bulu sikat atau pasta pembersih yang digunakan bersifat abrasif. Sikat gigi biasa tidak desain untuk membersihkan area-area sempit pada permukaan gigitiruan. Pasien disarankan untuk menyikat gigitiruan dengan air dan sikat kecil yang lembut secara perlahan, teratur, dan hati-hati agar dapat menjangkau semua basis gigitiruan. 4,29 2.6.2 Metode Kemis Selain menyikat gigitiruan, penggunaan secara rutin dari bahan pembersih kemis juga disarankan. Bahan pembersih kemis dapat membersihkan plak yang berada di samping permukaan gigitiruan yang areanya tidak terjangkau dengan penyikatan. Bahan pembersih kemis juga bisa digunakan sebagai alternatif pembersihan gigitiruan pada pasien geriatrik atau pasien yang cacat. Bahan pembersih kemis dapat dibagi menjadi lima kelompok tergantung pada pemilihan dan mekanisme kerjanya yaitu effervesen peroksida, alkalin hipoklorit, asam,

klorheksidin, dan enzim. Cara pembersihan gigitiruan secara kemis yang lain adalah dengan menggunakan energi microwave. 4,15,16,30,39 1. Effervesen Peroksida 2. Alkalin hipoklorit 3. Asam 4. Klorheksidin 5. Enzim 6. Energi Microwave Energi microwave adalah gelombang elektromagnetik yang sangat pendek dan bergerak dengan kecepatan cahaya (186.282 mil/detik).penggunaan energi microwave lebih dipertimbangkan untuk pembersihan gigitiruan karena energi microwave dapat membunuh beberapa mikroorganisme, waktu pembersihan yang lebih singkat, dapat mencegah denture stomatitis, tidak mengubah warna atau bau, tidak menimbulkan rekasi elergi, dan tidak menyebabkan resistensi pada Candida albicans. Energi microwave hanya menyebabkan molekul-molekul bergetar, hal ini menyebabkan pergesekan antar molekul sehingga menimbulkan panas. 5,12,26 2.6.3 Metode Kombinasi Penggunaan pembersih secara mekanis berupa alat ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersihan gabungan kemis dan mekanis. Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. Penggunaan alat ultrasonik ini lebih dianjurkan bila ditambahkan dengan bubuk / tablet pembersih pada air yang digunakan, untuk meningkatkan efektifitas pembersihan. 12,16,39 2.7 Energi Microwave Microwave oven atau yang dikenal sebagai microwave adalah suatu alat yang menggunakan iradiasi gelombang mikro (frekuensi 2450 Mhz) untuk memanaskan suatu benda (dalam hal ini adalah makanan). Alat ini menggunakan gelombang

elektromagnetik mikro dengan batas frekuensi antara 1.000 MHz hingga 300.000 MHz dan batas panjang gelombang diantara infra merah dan gelombang radio (1mm 30cm). Energi microwave merupakan suatu gelombang elektromagnetik seperti gelombang cahaya, energi gelombang ini tidak dapat dilihat mata kita karena panjang gelombangnya (walaupun sangat kecil dibanding gelombang radio) jauh lebih besar dari panjang gelombang cahaya (di luar spektrum sinar tampak). Keduanya samasama terdapat dalam spektrum gelombang elektromagnetik. Panjang gelombang cahaya berkisar antara 400-700 nm (1 nm = 10-9 m); sedangkan kisaran panjang gelombang mikro sekitar 1-30 cm (1 cm = 10-2 m). Energi ini juga digunakan dalam komunikasi, radar dan microwave oven. Energi microwave diserap oleh air dan makanan, tetapi logam memantulkan energi microwave, karena bahan logam akan melakukan reiradiasi energi microwave. Metal merupakan konduktor panas yang baik, tetapi pecahan energi microwave akan diabsorpsi dan dengan cepat dipantulkan kembali karena molekul bahan logam yang tersusun sangat rapat sehingga tidak bisa ditembus oleh energi microwave. Di dalam setiap microwave terdapat beberapa komponen utama, salah satunya adalah magnetron. Energi microwave diemisikan oleh magnetron untuk menggerakkan molekul sehingga meningkatkan panas dari zat tersebut. Magnetron adalah sejenis tabung hampa penghasil gelombang mikro. Fungsi magnetron adalah memancarkan gelombang mikro ke dalam ruang pemanas microwave. Sebagai gelombang elektromagnetik, gelombang mikro yang menjalar membawa energi yang cukup untuk memanaskan cairan pada makanan. Gelombang mikro yang dipancarkan magnetron ke dalam ruang microwave akan terperangkap di dalamnya karena terlindung oleh dinding microwave yang terbuat dari logam, selanjutnya apabila gelombang mikro mengenai cairan, maka energi gelombang mikro ini akan diserap oleh cairan tersebut. Sebagai gelombang elektomagnetik, gelombang mikro membawa medan listrik dan medan magnet. Molekul-molekul air memiliki dua buah muatan di kedua ujungnya, yaitu positif dan negatif. Gaya listrik yang diakibatkan medan listrik gelombang mikro akan memutar molekul-molekul air hingga molekul-molekul air tersebut dapat bergerak. Bergeraknya molekul-molekul air ini disebabkan karena air adalah fluida. Pergerakan ini kemudian menyebabkan

molekul-molekul air saling bertubrukan. Tubrukan-tubrukan inilah yang akan meningkatkan suhu molekul air,yang kemudian meningkatkan suhu makanan secara keseluruhan. Ruangan di dalam microwave walaupun mengandung uap air akibat penguapan cairan tidak menjadi panas, karena uap air memiliki kerapatan yang jauh lebih rendah di banding air, sehingga tidak terjadi tubrukan antara molekul air. 12 Beberapa tahun belakangan ini, metode pembersihan kemis dengan microwave semakin dikembangkan sebagai salah satu alternatif pembersihan gigitiruan. Energi microwave dikategorikan sebagai metode pembersihan gigitiruan secara kemis karena reaksi kimia yang terjadi pada molekul polar yang terdapat pada mikroorganisme yang berkolonisasi pada gigitiruan, akibat iradiasi microwave. Energi microwave digunakan sebagai alternatif lain untuk membersihkan gigitiruan selain direndam dalam bahan pembersih gigitiruan dan disikat, karena energi microwave ini tidak mengubah bau dan warna gigitiruan, dan tidak menimbulkan reaksi alergi pada pemakai gigitiruan. Selain itu, energi microwave juga dapat membunuh beberapa mikroorganisme, seperti Candida albicans. Microwave terdiri dari sebuah tabung magnetron yang menghasilkan energi microwave. Energi microwave yang dihasilkan akan dipantulkan oleh lapisan logam dalam microwave dan diserap oleh bahan-bahan yang mengandung air dan lemak, sehingga molekul-molekul bahan tersebut bergetar dan menghasilkan gesekan yang menimbulkan panas. Pemanasan selektif oleh energi microwave tergantung pada komposisi kemis sel mikroba dan volume serta komposisi cairan medium di sekitarnya. Microwave akan menimbulkan panas pada bahan yang mengandung cairan dengan cara menggetarkan molekul yang ada di dalam bahan tersebut. Sel-sel mengandung struktur molekul air, sehingga sel-sel tersebut rentan terhadap energi microwave. Selain itu, keberadaan medium cairan juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan sterilisasi dengan menggunakan energi microwave. Molekul air yang ada di dalam sel maupun sebagai medium menjadi diploid dan berinteraksi dengan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh microwave sehingga terjadi tubrukan intermolekuler dan getaran ini menghasilkan panas yang akan mengakibatkan denaturasi protein dan DNA. 6,12

sel. 6,12 Pembersihan basis gigitiruan dengan menggunakan microwave memerlukan Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa mikroorganisme dapat dibunuh pada suhu termal yang lebih rendah karena disebabkan interaksi elektromagnetik dengan molekul sel dan medium cairan di sekitarnya akan menghasilkan efek yang tidak dipengaruhi oleh termal. Penelitian lain mengungkapkan bahwa pemaparan suspensi bakteri oleh energi microwave dapat mengakibatkan peningkatan kerusakan DNA dan protein sel sehingga mengganggu metabolisme sel dan terjadi kematian medium cairan, sebab cairan merupakan salah satu faktor penting dari keberhasilan pembersihan. Salah satu medium cairan adalah air. Panas yang terjadi dari gesekan antar molekul yang dihasilkan oleh energi microwave akan membunuh mikroorganisme, tetapi di sisi lain terjadi juga difusi air pada basis gigitiruan resin akrilik. Proses difusi air terjadi di antara makromolekul, menyebabkan makromolekul resin dipaksa menepi, akibatnya, molekul-molekul resin menjadi lebih bebas dan dapat menyebabkan ekspansi resin akrilik. 6 Microwave menyebabkan molekul air bergetar dua sampai 3 juta kali per detik, sehingga menghasilkan gesekan yang menimbulkan panas. Suhu air yang tinggi dan pergerakan molekul-molekul yang lebih cepat dan kuat mendorong proses difusi air ke dalam resin akrilik bertambah banyak dan akhirnya terjadi ekspansi. 19 Resin akrilik polimerisasi panas bersifat hidrofilik. Resin akrilik mempunyai kemampuan menyerap air yang dapat mengakibatkan perubahan dimensi, penyerapan disebabkan karena sifat polar dari resin itu sendiri. Semakin tinggi temperatur air dapat menyebabkan difusi yang memperbanyak masuknya molekul monomer sisa kedalam rantai aktif polimer. 20 Penyerapan air yang meningkat juga dapat mencegah terikatnya rantai polimer, menyebabkan molekul air menjadi semakin mobile, sehingga pelepasan tekanan semakin mudah terjadi yang berdampak pada perubahan dimensi. 21 Declerck dkk. (1987) menyatakan bahwa penggunaan microwave tanpa adanya substansi yang menyerap energi microwave akan menyebabkan kerusakan magnetron pada microwave, dan merekomendasikan sterilisasi dengan microwave menggunakan perendaman dalam air. 18 Thomas dkk. (1995) menyatakan bahwa

perubahan dimensi gigitiruan terjadi pada pemaparan energi microwave selama 10 menit dengan daya tinggi, namun hanya 6 menit pada daya yang lebih rendah sudah cukup untuk menghasilkan efek desinfeksi dan mempertahankan dimensi. Pemaparan dengan energi microwave pada penelitian yang dilakukan oleh Thomas dkk. menggunakan microwave dengan daya 650 watt selama 3 menit. Daya microwave 650 watt dianggap sebagai potensi rendah, tetapi tidak menimbulkan perubahan pada basis gigitiruan. 22 Fleck dkk. (2007) menyatakan bahwa desinfeksi berulang dengan microwave pada daya 690 watt selama 6 menit menyebabkan perubahan adaptasi basis gigitiruan. 24

2. 8 Kerangka Teori Kehilangan gigi Pembuatan gigitiruan lepasan Pemasangan gigitiruan Pemilihan bahan basis Instruksi dan nasehat Logam Non Logam Metode pembersihan gigitiruan Resin akrilik Kemis Kemis dan Mekanis Mekanis Polimerisasi panas Swapolimerisasi Polimerisasi sinar Natrium hipoklorit Sikat gigi Sifat mekanis Sifat kemis Sifat fisis Sifat biologis Khlorheksidin Effervescent Ultrasonik Kekuatan tensil Stabilitas warna Massa jenis Biokompabilitas Asam Kekuatan impak Fatigue Penyerapan air Ekspansi termal Porositas Pembentukan koloni bakteri Energi Microwave Crazing Kekasaran permukaan Kekerasan Stabilitas dimensi Perubahan dimensi Apakah ada pengaruh lama pembersihan gigitiruan dengan energi microwave 800 Watt dalam 3 menit dan 4 menit terhadap penyerapan air dan perubahan dimensi pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas?

2. 9 Kerangka Konsep Basis Gigitiruan Resin Akrilik CaraPembersihan Sifat Kemis Sifat Fisis Energi Microwave Stabilitas Dimensi Tabung Magnetron Menghasilkan Gelombang Elektromagnetik Penyerapan air Perubahan dimensi Berekasi dengan molekul air Terjadi tubrukan Molekul bergetar sehingga menghasilkan panas Efek Termal Difusi air ke dalam RAPP

2.10 Hipotesis Penelitian 1. Ada pengaruh lama pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dan 4 menit terhadap penyerapan air basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. 2. Ada pengaruh lama pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dan 4 menit terhadap perubahan dimensi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. 3. Ada korelasi antara penyerapan air dan perubahan dimensi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas terhadap lama pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dan 4 menit.