BAB I PENDAHULUAN. merupakan peninggalan kerajaan Hindu-Taruma dengan rajanya Purnawarman dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era modern seperti sekarang ini, padatnya rutinitas kegiatan atau

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 127 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widayati Prihatiningsih, 2015

Gue Pengen Museum Di Jakarta Jadi Tempat Piknik Asyik Yang Mendidik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Jakarta Barat merupakan salah satu bagian yang memiliki kedudukan

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT KANTOR PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku)

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 69 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LAKIP 2015 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 5 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD )

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mengatur dan mengelola sumber daya produktif, serta melayani,

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan salah satu

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan institusi permanen yang melayani kebutuhan publik melalui

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Ben

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat mengharuskan bank-bank

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. PAM JAYA adalah Badan Usaha Milik Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pelestarian Cagar Budaya

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA TARAKAN PERATURAN WALIKOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2009 T E N T A N G

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang diinginkan, yaitu menuju arah kinerja yang lebih baik. pembenahan sistem penyelenggaraan negara, agar kinerja Pegawai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LAMPIRAN 2 BPLU FKIP UMT

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN 1 RENSTRA DISBUDPAR

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II PERENCANAAN KINERJA

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Seluruh kawasan hutan yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

S A L I N A N. No. 152, 2016 BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 152 TAHUN 2016 NOMOR 152 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya.

BAB I PENDAHULUAN. Mabes TNI yang berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI, dalam pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. karena kota harus menanggung beban berat akibat tingginya tingkat pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Apabila manusia yang ada

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS TUGU PAHLAWAN, BALAI PEMUDA DAN TAMAN HIBURAN RAKYAT PADA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURABAYA

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

IV. GAMBARAN UMOM LOKASI PENELITIAN. A. Kedudukan Dinas Tata Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Wayang, dan Museum Seni Rupa dan Keramik menurut Gubernur Jakarta, Basuki

Pengembangan Kebijakan dan Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik


1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

RENCANA STRATEGIS BIDANG PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN NGAWI TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah Jakarta dimulai dengan ditemukannya Prasasti Tugu pada abad V, yang merupakan peninggalan kerajaan Hindu-Taruma dengan rajanya Purnawarman dan wilayahnya meliputi Banten, Bogor, Jakarta, Bekasi dan Citarum yang merupakan kerajaan tertua di pulau Jawa. Pada abad XIV, Sunda Kalapa yang merupakan cikal bakal keramaian Jakarta saat kini merupakan pelabuhan laut utama kerajaan Pajajaran yang telah menjadi pusat pelayaran dan perdagangan internasional. Tidak kurang dari bangsa China, Arab, India, Purtugis, Inggris, Spayol, Belanda dan lainnya pernah singgah dan berdagang di tempat ini. Perjalan tumbuh kembangnya kota Jakarta ternyata sangat kaya dengan nilai sejarah dan kebudayaan dari masa ke masa. Bermula dari nama Sunda Kalapa, kemudian berubah menjadi Jayakarta ketika Fatahillah berhasil mengalahkan armada Portugis, Batavia pada masa Kolonial Belanda dan menjadi Jakarta pada masa pendudukan Jepang hingga sekarang ini. Karena itulah, Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta merasa berkewajiban untuk tetap melestarikan, mengembangkan dan membina asset dan khasanah budaya kota Jakarta, termasuk kesenian, kesastraan, kebahasaan, budaya spiritual, folklore, kesejarahan, arkeologi, permuseuman, benda cagar budaya, lingkungan cagar budaya dan lain sebagainya. Pengembangan dan pelestarian kebudayaan di wilayah Jakarta menjadi wewenang dan tanggung jawab Dinas Kebudayaan sejak akhir tahun 1968, yang 1

kemudian diatur dan ditetapkan dalam SK. Gub. Nomor 134 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, yang merupakan penggabungan dua fungsi dinas yang sebelumnya berdiri sendiri yaitu Dinas Kebudayaan dengan Dinas Museum dan Pemugaran yang disatukan menjadi Dinas Kebudayaan dan Permuseuman (DKP) yang merupakan perangkat daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Keberadaan Dinas ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pengawasan dan pengembangan kebudayaan dan permuseuman kota Jakarta seperti yang disebut di atas, sesuai dengan visinya yaitu Terwujudnya Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, dihuni oleh masyarakat yang berbudaya. Untuk mendukung berjalannya tugas dan fungsi Dinas ini dengan baik, disusunlah struktur DKP yang terdiri dari Kepala Dinas, Wakil Kepala Dinas, Kepala Bagian Tata Usaha dan dibantu oleh tujuh Kasubdinas, Suku Dinas yang terdapat di lima wilayah Provinsi DKI Jakarta. Selain itu DKP juga memiliki Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) seperti: Monas (Monumen Nasional), Museum Sejarah Jakarta, Museum Bahari, Museum Tekstil, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, Museum Joang 45, Taman Arkeologi Onrust, Balai Konservasi dan Balai Latihan Kesenian (BLK). Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas ini dituangkan dalam Perda No. 3 tahun 2001. yaitu: Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengembangan kebudayaan yang meliputi kesenian, kesastraan dan kebahasaan, budaya spiritual, foklor dan lingkungan budaya, kesejarahan, arkeologi dan permuseuman. 2

Untuk menjalankan tugas pokok di atas, dirumuskan pula fungsi dan kewenangan DKP diantaranya yaitu untuk merumuskan kebijakan teknis, merencanakan kegiatan, membina kebudayaan dan permuseuman dalam rangka meningkatkan kualitas kebudayaan dan permuseuman, melaksanakan kegiatan sosialisasi, informasi promosi, pembelajaran pada masyarakat yang meliputi sekolah, sanggar, lembaga seni budaya serta masyarakat umum, menilai, mengkaji, mendokumentasikan, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan dan permuseuman, melaksanakan pengawasan, pemugaran, pengelolaan, pemanfaatan bagunan dan lingkungan cagar budaya, penyediaan, pengelolaan, pendayagunaan sarana dan prasarana kebudayaan dan permuseuman dalam rangka pelayanan masyarakat, memberikan izin tertentu dibidang kebudayaan dan permuseuman, melaksakan kerjasama dengan institusi terkait baik dalam maupun luar negeri dalam rangka pengembangan kebudayaan dan permuseuman, memberikan sertifikasi untuk tenaga tehnis keahlian kebudayaan, permuseuman, karya budaya, benda cagar budaya dan situs arkeologi, pemungutan restribusi dibidang kebudayaan dan permuseuman, pemberian bantuan pada masyarakat bidang kebudayaan dan permuseuman, pengelolaan dukungan teknis dan administrasi, serta pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan suku dinas. Namun demikian, beberapa fakta dan data hasil pengamatan, bacaan, obeservasi dan wawancara penulis dengan stake holders DKP menunjukkan bahwa tugas dan fungsi DKP belumlah berjalan dengan baik atau masih jauh dari yang diharapkan seperti: 3

a. Kondisi Dasar Bangunan (KDB) pada Kawasan Bangunan Cagar Budaya untuk daerah Kota misalnya baru mencapai 40% - 60%. Ini berarti bahwa kerusakan Bagunan maupun Kawasan Bangunan Cagar Budaya di kawasan tersebut adalah juga antara 40% - 60 %. Sedangkan untuk daerah Menteng KDB-nya sudah 80%. b. Pelanggaran penggunaan dan pembangunan pada Kawasan dan Bagunan Cagar Budaya tidak pernah dikenai sangsi dan diproses secara hukum walaupun dalam Perda 9 tahun 1999 telah ditetapkan denda bagi pelanggaran tersebut sebesar Rp.5.000.000,- dan dalam UU. No. 5 tahun 1992 sebesar Rp. 100.000.000,-. c. Tingkat kunjungan ke museum-museum UPT di DKP tidak menunjukkan peningkatan yang berarti dari tahun ke tahun. Bahkan untuk Museum Sejarah Jakarta sebagai museum terbesar yang dikelola DKP pada tahun 2002-2004 menunjukkan penurunan tingkat kunjungan yang signifikan. Tahun 2002 pengunjung yang berjumlah 57.599 orang turun 9,16% menjadi 52.321 tahun 2003, dan turun kembali 15,92% menjadi 43.992 pada tahun 2004. Sebaliknya anggaran yang dikeluarkan Pemerintah Daerah Propvinsi DKI Jakarta setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan baik untuk anggaran rutin, anggaran program maupun anggaran proyek. d. Masih langkanya SDM yang memiliki kualifikasi keilmuan yang berhubungan dengan bagunan dan kawasan bangunan cagar budaya seperti teknik sipil, arsitektur, dan teknik lingkungan untuk mendukung tugas pengawasan bagunan cagar budaya. e. Mayoritas pegawai DKP (hampir 70 %) masih berpendidikan setingkat SLTP dan SLTA. 4

f. Belum adanya Sistim Informasi Manajemen Kepegawaian (simpeg) di DKP. Hal ini terkait dengan pelayanan terhadap hak-hak pegawai yang rendah yang akan berdampak pula pada rendahnya motivasi kerja pegawai DKP. g. Belum tersedianya perangkat sistem teknologi informasi (IT) yang mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DKP seperti jaringan informasi berbasis web (internet), sehingga masyarakat pengguna layanan dinas ini lebih mudah mengakses informasi, berintegrasi dan bertransaksi (berpartisipasi) dalam setiap kegiatan atau program-program DKP. h. Tidak ditemukannya statemen tentang visi, misi dan standar pelayanan publik yang diinginkan yang terlihat dengan mudah baik oleh pegawai DKP sendiri maupun masyarakat yang datang. Tidak adanya simbol-simbol atau slogan yang secara emosional mengarahkan pegawainya kepada tujuan organisasi, serta tidak adanya setting suasana kantor yang menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan paradigma budaya organisasi di DKP dari budaya kekuasaan menuju budaya pelayanan pada masyarakat, dan lain sebagainya. i. Mayoritas pagawai belum/tidak mengetahui visi DKP. j. Data hasil poling harian Kompas pada tanggal 25 April 2005, yang secara umum menyatakan bahwa 59,1% masyarakat DKI tidak puas dengan kinerja Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam melayani masyarakatnya. 5

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas dan fungsi yang diemban oleh DKP adalah tugas berat dan luas cakupannya seperti disebutkan di atas, dan hal tersebut merupakan pekerjaan berat dan komplek yang terkait dengan beberapa aspek penting yang perlu mendapat penanganan dan perbaikan terus menerus seperti: pengembangan organisasi yang meliputi visi dan misi organisasi, strategi pengembangan organisasi, budaya organisasi, iklim organisasi, lingkungan kerja dan pengembangan SDM yang mencakup manajemen kinerja pegawai, manajemen pelatihan dan pengembangan pegawai, sistem reward dan punishment, yang akan menimbulkan motivasi kerja pegawai, kepusan kerja, etos kerja. Selain itu masalah, kepemimpinan, supervisi, pengawasan, pengelolaan anggaran, standarisasi pelayanan, pengembangan lingkungan dan infrastruktur, pengelolaan asset, dan lain sebagainya merupakan aspek aspek penting yang tidak bisa diabaikan. Berbagai permasalahan di atas melatarbelakangi penulis untuk mengadakan penelitian terhadap permasalahan keorganisasian dan manajemen di DKP, dan salah satu faktor strategis dalam membangun kapasitas institusi (institutional capacity building) adalah menyangkut pengembangan SDM, yaitu aspek menajemen kinerja pegawai yang terkait dengan pengembangan organisasi dalam rangka membangun budaya organisasi yang kuat. Untuk itu penulis memilih judul penelitian ini sebagai berikut: Analisis Budaya Organisasi dan Kinerja Pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta. 6

1.1.2. Identifikasi Masalah Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, DKP menghadapi begitu banyak masalah seperti disebutkan dalam latar belakang di atas. Salah satu masalah yang harus dibenahi dan diperbaiki adalah faktor budaya organisasi yang lemah yang diasumsikan akan mempengaruhi kinerja pegawai DKP. Permasalahan-permasalahan lainnya dapat diidentifikasi sebagai berikut: A. Apakah kompensasi, kepusan kerja dan motivasi mempunyai hubungan dengan kinerja pegawai DKP? B. Apakah kepemimpinan dan supervisi dalam organisasi mempunyai hubungan dengan kinerja pegawai DKP? C. Apakah menejemen kepegawaian mempunyai hubungan dengan kinerja pegawai DKP? D. Apakah titik berat strategi organisasi, ukuran keberhasilan organisasi, perekat organisasi mampu membawa peningkatan terhadap kinerja pegawaidkp? E. Apakah ketrampilan, interpersonal skill dan pendidikan mempunyai hubungan dengan kinerja pegawai DKP? F. Apakah Budaya organisasi berhubungan dengan kinerja pegawai DKP? 1.1.3. Batasan masalah Melihat kondisi objektif DKP dengan kompleksitas permasalahan seperti yang disebutkan di atas, serta keterbatasan penulis, baik waktu, tenaga dan biaya maka penulisan ini dibatasi secara spesifik pada analisis budaya organisasi dan kinerja pegawai DKP yaitu hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai. 7

Adapun faktor-faktor yang terkait dengan budaya organisasi meliputi berbagai aspek sebagai berikut: - Karakteristik Dominan Organisasi - Kepemimpinan Organisasi - Manajemen Pegawai - Perekat Organisasi - Titik Berat Starategis Organisasi - Kriteria/Ukuran Keberhasilan Organisasi Ban (1995), mengambil pendapat Cameron dan Quinn (1993) mengelompokkan ke 6 aspek budaya organisasi tersebut kedalam 4 tipe kuadran budaya organisasi yaitu Budaya Klan, Budaya Adhokrasi, Budaya Market dan Budaya Hirarki. Sedangkan Aspek Kinerja Pegawai terdiri dari empat faktor yang masing-masingnya terdiri dari beberapa variabel. Nasor (2001) menyebutkan 37 variabel pekerjaan untuk menilai kinerja pejabat struktural dan staf yang digolongkan kedalam empat faktor kunci seperti berikut: - Faktor Kepribadian Pegawai mencakup: Percaya diri, kesetiaan/loyalitas, tanggung jawab, keuletan, kepandaian mencari akal, keberanian mengambil resiko, kemampuan beradaptasi, kedisiplinan, kreatifitas dan daya pikir serta intergritas. - Faktor Perilaku Kerja mencakup: 8

Semangat kelompok, kemampuan menyelesaikan masalah, efisiensi, fleksibelitas, perhatian bagi orang lain, hubungan masyarakat, sosiabilitas, pencapaian target, kualitas layanan, kepuasan masyarakat dan ketaatan pada aturan. - Faktor Kemampuan Kerja atau Teknis mencakup: Ketrampilan kerja, pengaturan data, kemampuan analitik, kecepatan kerja, ketrampilan komunikasi, prestasi kerja, keaslian dan pengetahuan kerja. - Faktor Kemampuan Manajerial atau Administrasi mencakup: Kemampuan merencanakan, kemampuan berorganisasi, kordinasi, ketegasan, kemampuan memotivasi bawahan, kemampuan mengambil keputusan, pendelegasian dan mengelola konflik. 1.1.4. Rumusan Masalah Sesuai dengan batasan masalah seperti ditulis di atas, rumusan masalah penelitian dapat di jelaskan sebagai berikut: a. Bagaimanakah gambaran dan kecendrungan Budaya Organisasi saat ini dan yang diharapkan baik oleh staf, pejabat struktural maupun DKP secara keseluruhan. b. Bagaimanakah gambaran Kinerja Pegawai aktual dan potensial staf, pejabat struktural maupun DKP secara keseluruhan. c. Bagaimanakah hubungan atau korelasi antara: - Budaya organisasi staf dengan kinerja pegawai DKP, - Budaya organisasi pejabat struktural dengan kinerja pegawai DKP, 9

e. Bagaimanakah upaya membangun budaya organisasi di DKP agar mampu meningkatkan kinerja pegawainya dalam bentuk implikasi manajerial. 1.2. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang disebutkan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang budaya organisasi staf, pejabat struktural dan DKP secara keseluruhan, menganalisisnya dan selanjutnya mencari hubungannya (korelasi) dengan kinerja pegawai DKP. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah keorganisasian di DKP, khususnya Budaya Organisasi dan Kinerja Pegawai. b. Menganalisis hubungan (korelasi) antara budaya organisasi staf dan pejabat struktural dengan kinerja pegawai DKP. c. Menentukan aspek-aspek dan tipe-tipe budaya organisasi mana saja yang perlu dikuatkan dan di lemahkan agar mampu mendorong peningkatan kinerja staf, pejabat struktural maupun DKP secara keseluruhan. d. Merumuskan strategi pengembangan budaya organisasi staf, pejabat struktural dan DKP secara keseluruhan agar mampu meningkatkan kinerja pegawainya dalam bentuk implikasi manajerial 10

1.3. Manfaat Penelitian. Dengan dilaksanakannya penelitian tentang Analisis Budaya Organisasi dan Kinerja Pegawai pada DKP, dan merujuk pada tujuan penelitian di atas diharapkan penelitian ini akan dapat memberikan manfaat dibidang akademis maupun dibidang teknis, yaitu: a. Pada bidang akademis, penelitian ini diharapkan dapat: - Memberi kontribusi akademis bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam pengembangan konsep budaya organisasi yang berkaitan dengan kinerja pegawai organisasi. - Untuk bahan referensi bagi penelitian lanjutan pada bidang yang sama. b. Pada bidang praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat; - Memberikan gambaran dan masukan bagi pengambil keputusan pada DKP dalam upaya membangun budaya organisasi yang mampu membawa peningkatan kinerja pegawainya. - Menambah dan meningkatkan pengetahuan penulis dalam menerapkan ilmu manajemen, khususnya budaya organisasi, dan kinerja pegawai pada kantor tempat penulis bekerja. 11