BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan penyakitnya. Namun beberapa pasien yang menderita penyakit kronis seringkali terkena infeksi yang baru (infeksi nosokomial), sehingga mengakibatkan penyakitnya lebih berat. Hal ini dapat mengakibatkan waktu perawatan menjadi lebih lama dan meningkatkan biaya perawatan akibat banyak tindakan diagnostik dan obat yang diperlukan (Depkes. RI. 2001). Infeksi baru yang didapat di suatu nnnah sakit disebut sebagai infeksi rumah sakit (Hospital Acquired Infection) atau lebih dikenal sebagai infeksi nosokomial (Iskandar, 2001). Infeksi nosokomial merupakan resiko yang sering terjadi dalam proses perawatan di suatu rumah sakit, sehingga hal ini harus di pahami oleh setiap petugas rumah sakit. Infeksi nosokomial sampai saat ini masih menjadi fokus penelitian, sekalipun rumah sakit itu sudah modem dan tercanggih (Iskandar, 2001). Penularan infeksi nosokomial di rumah sakit dapat terjadi melalui cara silang (Cross Infection) dari satu pasien kepada pasien lainnya atau infeksi din sendiri dimana kuman sudah pada tubuh pasien, kemudian melalui suatu migrasi akan pindah ke tempat lain yang baru (self infection atau auto infection ) (Iskandar, 2001). 1
2 Infeksi nosokomial sering terjadi pada klien yang beresiko tinggi yaitu pasien dengan karakteristik usia tua, berbaring yang lama, pengguna obat imunosupresi dan steroid, daya tahan tubuh menurun, pasien yang dilakukan prosedur diagnostik seperti pemasangan infus, luka operasi, dan pemasangan kateter (Wahyono, 2004; Iskandar, 2001). Jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi di rumah sakit adalah infeksi luka operasi, infeksi aliran darah primer dan infeksi saluran kemih (Depkes RI, 2001). Data yang diperoleh dari survey yang dilakukan oleh kelompok peneliti AMRIN (Anti Mkicrobial Resistance in Indonesia) di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kejadian infeksi luka operasi profunda (deep incisionaf) sebesar 3%, infeksi aliran darah primer (phlebitis) sebesar 6% dan infeksi saluran kemih merupakan angka kejadian yang tertinggi yaitu sebesar 11%. Adapun kejadian infekasi saluran kemih di ruang bedah (A 2 ) sebesar 0,93%, di ruang obsgin (B 3 ) sebesar 1,87%, sedangkan di ruang penyakit dalam (C 3 ) sebesar 3,74% (Dutch-Indonesia Collaboration Research Study, 2002). Saluran kemih adalah tempat yang paling sering mengalami infeksi nosokomial (Wahyono, 2004). Salah satu faktor resiko infeksi saluran kemih adalah pemasangan kateter yang lama, sehingga pemasangan kateter dan lamanya dipasang, sangat mempengaruhi kajadian terjadinya infeksi saluran kemih, tetapi tidak semua klien yang dipasang kateter mengalami infeksi saluran kemih (Tessy, 2004).
3 Untuk itu pemasangannya harus berdasarkan indikasi-indikasi klinik. Indikasi klinik tersebut antara lain pada pasien yang mengalami distensi kandung kemih, pasien yang mengalami kandung kemih inkompeten, pada pasien yang akan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengambil urin steril dan sebagai tindakan untuk pengkajian jumlah residu win, bila kandung kemih tidak mampu untuk dikosongkan (Depkes RI, 2001; Potter & Perry, 2000; Wahyono, 2004). Infeksi saluran kemih dapat dipengarohi oleh beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi saluran kemih yang dapat berasal dari pasien seperti usia, jenis kelamin, lama pemasangan keteter dan faktor kateter itu sendiri berupa ukuran dan jenis kateter. Faktor tersebut sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai sejauh mana faktor-faktor tersebut dihubungkan dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang keteter menetap. Untuk mendapatkan gambaran fenomena nyata dari fenomena tersebut diatas maka penulis ingin meneliti sejauh mana hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter menetap di ruang B 1 Syaraf Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Alasan pemilihan ruang Bi Syaraf Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang sebagai tempat penelitian adalah bahwa tingginya angka infeksi saluran kemih pada ruang penyakit dalam (C 3 ) rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang, mungkin juga terjadi di ruang Bi Syaraf karena pada ruangan ini banyak dirawat pasien dewasa dengan kondisi yang harus dipasang kateter menetap.
4 B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan paparan di latar belakang, maka permasalahan yang dapat diangkat pada penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter menetap di ruang B 1 Syaraf di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. C. TUJUAN PENELITIAN 1. TujuanUmum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter menetap di ruang B 1 Syaraf Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan usia, jenis kelamin, lama pemasangan kateter dan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter menetap di ruang B 1 Syaraf Rumah Sakit Dr, Kariadi Semarang. b. Menganalisa hubungan antara usia dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter menetap di ruang B 1 Syaraf Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. c. Menganalisa hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter menetap di ruang B 1 Syaraf Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang.
5 d. Menganalisa hubungan antara lama pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter menetap ruang B 1 Syaraf Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. e. Untuk menentukan faktor mana yang memiliki hubungan atau pengaruh paling besar terhadap kejadian infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter menetap di ruang B 1 Syaraf Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Untuk rumah sakit, hasil penelitian mi diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam upaya mengurangi atau mencegah kejadian infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter menetap khususnya di ruang Bi Syaraf dan secara umum di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. 2. Untuk praktek keperawatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan kateterisasi, karena dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih pasien yang terpasang kateter menetap dan diharapkan memberikan asuhan keperawatan dengan tepat dan benar. 3. Untuk institusi pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran atau informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter menetap untuk dapat bahan penelitian selanjutnya.
6 E. BIDANG ILMU Ruang lingkup penelitian ini adalah keilmuan khususnya dalam ilmu keperawatan medikal bedah.