PENURUNAN KADAR BESI (Fe) PADA AIR SUMUR SUNTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PNEUMATIC SYSTEM (Suatu Penelitian di RT 1 Kelurahan Wumialo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo) Clara Shinta Dilapanga 1), Herlina Jusuf 2), Lia Amalia 3) Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan email : claracreaweal@gmail.com Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan email : herlina_jusuf@yahoo.co.id Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan email : Lia.amalia29@gmail.com Abstrak CLARA SHINTA DILAPANGA. 215. Penurunan Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Suntik Dengan Menggunakan Alat Pneumatic System. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Herlina Jusuf, Dra, M.Kes dan Pembimbing II Lia Amalia, S.KM.,M.Kes. Masalah tingginya kadar besi (Fe) dalam air tanah menjadi masalah yang perlu diperhatikan mengingat masih banyak masyarakat menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih sehingga perlu pengolahan air bersih yang dapat menurunkan kadar Fe dalam air. Rumusan Masalah adalah apakah ada penurunan kadar besi (Fe) pada air sumur suntik dengan menggunakan alat Pneumatic System berdasarkan lama waktu injeksi udara yang efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah menurunkan kadar Fe pada air sumur suntik yang ada di RT 1 Kelurahan wumialo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo dengan menggunakan alat Pneumatic System. Metode penelitian yaitu Quasi Experiment dengan rancangan penelitian Separate Sample Pretest Posttest. Penelitian dilakukan dengan menggunakan bak aerasi dari plastic, Air Pump dengan aerator size 5 W, dengan variasi lama waktu injeksi 1 menit, 2 menit, 3 menit dan 4 menit dengan 3 kali pengulangan. Air hasil pengolahan dianalisis di laboratorium dengan hasil Penelitian menunjukkan bahwa lama waktu efektif yang mampu menurunkan kandungan Fe dibawah ambang batas menggunakan alat Pneumatic System adalah 1 menit, dengan prosentase penurunan 3,25%. Perlu adanya penambahan unit pengolahan seperti saringan pasir lambat untuk lebih memperbesar Prosentase (%) penurunan kandungan Fe dalam air baku. Kata kunci : Besi (Fe), Pneumatic System, Sumur Suntik.
Keywords: iron (Fe), pneumafic system, injection wpjl
PENDAHULUAN Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Depkes, 199). Air mengandung berbagai zat terlarut dan tidak terlarut sehingga air sangat sulit ditemukan dalam keadaan murni. Apabila berbagai kandungan zat tersebut tidak mengganggu kesehatan manusia maka air dianggap bersih. Air bersih didapat dari berbagai macam sumber air. Namun tidak semua air dapat memenuhi kebutuhan, karena banyak terjadi pencemaran yang disebabkan oleh manusia dan alam. Krisis air bersih di Indonesia diperkirakan akan semakin parah seiring dengan adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan ketersediaan air. Bahkan saat ini hanya 2 persen air bersih yang layak diminum dan baru 15 persen masyarakat yang mengakses air dari pengelolaan air, sisanya memenuhi kebutuhan air sendiri (Suara Pembaruan dalam Hartini, 212). Masyarakat masih banyak yang menggunakan air sumur sebagai sumber untuk penyediaan air bersih, terutama di Kelurahan Wumialo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo. Berdasarkan data yang diperoleh dari data Puskesmas Dulalowo (213) yaitu dari 927 Kepala Keluarga yang ada di Kelurahan Wumialo, ada 43 (43,5%) Kepala Keluarga di Kelurahan Wumialo yang menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih. Air sumur gali menjadi sumber air utama bagi masyarakat yang ada di Kelurahan Wumialo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo. Berdasarkan hasil survei langsung kualitas air sumur yang ada disekitar daerah tersebut, kualitas air yang digunakan dilihat dari parameter fisik tidak memenuhi syarat karena apabila air ditampung maka akan menghasilkan endapan pada bak penampung serta memiliki bau yang khas seperti bau logam. Dari ciri-ciri tersebut, dapat disimpulkan bahwa air sumur yang digunakan oleh masyarakat memiliki kadar kandungan Fe yang tinggi. Air sumur suntik memiliki kadar Fe lebih tinggi dibandingkan dengan air sumur gali karena air pada air sumur suntik melewati pipa sehingga air tanah terkontaminasi dengan zat besi dari pipa sedangkan pada sumur gali air langsung mengalami oksidasi sehingga kadar Fe pada air sumur gali menjadi berkurang. Selain itu, struktur tanah juga mempengaruhi tingginya kadar Fe dalam air tanah. Di Kelurahan Wumialo, air yang memiliki kadar Fe tinggi berasal dari air sumur suntik/bor. Hal ini tentunya menjadi salah satu masalah kesehatan karena air tersebut digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil uji laboratorium di Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, kadar logam besi (Fe) pada 3 sumur suntik milik warga yang ada di RT 1 Kelurahan Wumialo yaitu masingmasing sebesar 2,5 mg/l, 1 mg/l dan 2,6 mg/l. Dari hasil uji laboratorium tersebut dilihat bahwa dari ketiga sumur tersebut ada 2 sumur yang memiliki kandungan logam besi sudah melebihi standar baku mutu air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:416/MENKES/PER/IX/199 yaitu 1 mg/l. Tingginya kandungan Fe dalam air tanah merupakan masalah yang memiliki dampak terhadap kesehatan masyarakat untuk itu perlu adanya upaya pegolahan air sebelum digunakan sebagai sumber air bersih. Masalah tingginya zat besi didalam air minum lebih sering terjadi bila sumber air baku berasal dari air tanah (Said dalam Hartini, 212). Didalam air minum, Fe menimbulkan warna (kuning), rasa, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi
dan kekeruhan. Besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin tapi dalam dosis besar besi dapat merusak dinding usus sehingga dapat menyebabkan kematian pada manusia (Said, 21). Ada beberapa cara untuk menurunkan kandungan Fe dalam air, akan tetapi didalam penelitian ini dipilih alat yang mudah dibuat, bahan-bahan yang mudah didapat, tidak membutuhkan tempat yang luas serta dalam pengoperasiannya tidak membutuhkan keahlian khusus sehingga sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan pertimbangan ekonomis dan berbagai kemudahannya, maka dalam penelitian ini dipergunakan alat Pneumatic System. Pneumatic System atau sering disebut dengan proses aerasi yaitu menginjeksi udara ke dalam air baku sehingga terjadi kontak antara air dengan udara yang bertujuan untuk menaikkan kandungan oksigen. Proses aerasi dilakukan dengan cara memasukkan (injeksi) udara melalui dasar bak air yang akan diaerasi, sehingga terbentuk gelembunggelembung udara yang memungkinkan terjadi kontak antara air dengan udara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variasi lama waktu injeksi udara yang paling efektif untuk dapat menurunkan kadar Fe dalam air sehingga memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:416/MENKES/PER/IX/199 tentang standar baku mutu kandungan Fe dalam air bersih sebesar 1 mg/l. Masalah tingginya kadar besi (Fe) dalam air tanah menjadi masalah yang perlu diperhatikan mengingat masih banyak masyarakat yang menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih sehingga perlu adanya pengolahan air bersih yang dapat menurunkan kadar Fe dalam air. Penelitian tentang cara penurunan kadar besi (Fe) dalam air dengan menggunakan alat pneumatic system menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat khususnya dalam proses pengolahan air bersih. METODE PENELITIAN Penelitian ini meliputi dua kegiatan yaitu kegiatan di Lapangan dan di Laboratorium. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di sumur suntik/bor yang ada di RT 1 Kelurahan Wumialo, Kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo. Pengolahan air dengan menggunakan alat Pneumatic System dilakukan di RT 1 Kelurahan Wumialo sedangkan Analisis kandungan Fe dilakukan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Gorontalo. Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu pada tanggal 9 Juli 214. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Experiment atau bersifat Eksperimen Semu. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kadar kandungan Fe dalam air sedangkan variable independent dalam penelitian ini adalah variasi waktu injeksi udara yaitu 1 menit, 2 menit, 3 menit dan 4 menit. Populasi dalam penelitian ini adalah sumur suntik yang ada di RT 1 Kelurahan Wumialo Kecamatan Kota Tengah yaitu sebanyak 21 sumur suntik sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 1 sumur yang dianggap memenuhi syarat dalam pengambilan sampel. HASIL PENELITIAN Hasil pemeriksaan air dengan parameter kadar Fe telah dilakukan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Gorontalo menggunakan alat Spektrometer dengan analisis Merck (nama reagen Fe), dengan uji coba alat Pneumatic System untuk menurunkan kadar Fe dalam air didapatkan hasil seperti pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil Analisis Kandungan Fe dalam Air setelah Proses Aerasi Pengulang an Air Baku (mg/l) I 1,24,84 II 1,22,81 III 1,12,85 Rata-Rata 1,19,83 Hasil Analisis Kandungan Fe berdasarkan Variasi Waktu Injeksi Udara (mg/l) 1 Menit 2 Menit 3 Menit 4 Menit n % n % n % n % 32,25,8 35,48,8 32,25,9 24,19 4 4 33,6,3 73,77,8 31,96 1, 14,75 2 3 4 24,1 1,5 133,92 1,3 116,7 1,5 133,92 3,25,8 7 Sumber : Data Primer, 214 Hasil tabel 1 didapat rata-rata pengulangan I, II dan III, dari hasil ratarata analisis kandungan Fe dalam air setelah proses aerasi menunjukkan bahwa pada waktu 1 menit injeksi udara kadar Fe mengalami penurunan tapi pada waktu 2 menit, 3 menit, sampai 4 menit injeksi udara menunjukkan kenaikan kadar Fe dalam air baku. Untuk lebih mempermudah dalam membaca dan mengetahui 16 26,89,9 9 16,8 1,1 6 2,52 besarnya penurunan kadar Fe setelah proses aerasi dapat dibuat dalam bentuk grafik yang dihubungkan rata-rata hasil analisis tabel 1 dengan persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:416/MENKES/PER/IX/199 tentang standar baku mutu kandungan Fe dalam air bersih sebesar 1 mg/l, seperti pada Gambar 1 : Persentase Penurunan Kadar Fe (%) 14 12 1 8 6 4 2 1 3.25 26.89 16.8 1 2 3 4 2.52 I II III Rata-Rata Waktu (Menit) Gambar 1 Grafik hubungan perubahan Fe dalam air terhadap perubahan waktu injeksi udara Berdasarkan rata-rata hasil Fe dalam air baku dengan menunjukan analisis tabel 1 selanjutnya dihitung persentase penurunan kandungan Fe seberapa besar kemampuan Pneumatic untuk setiap variasi waktu injeksi udara. System untuk menurunkan kandungan
Tabel 2 Persentase (%) Penurunan Kandungan Fe dalam Air setelah Proses Aerasi dengan Variasi Lama Waktu Injeksi Udara Rata-Rata Waktu Injeksi Udara Kandungan Fe (Menit) (mg/l) Prosentase (%) 1,83 3,25 2,87 26.89 3,99 16,8 4 1,16 2,52 Sumber : Data Primer, 214 35 Efisiensi Alat (%) 3 25 2 15 1 3.25 26.89 16.8 Rata-Rata 5 1 2 3 4 2.52 Waktu (Menit) Gambar 2 Grafik hubungan efisiensi pengolahan kandungan Fe dalam air terhadap perubahan waktu injeksi udara Hasil tabel 2 dan Gambar 2 menunjukan bahwa pada waktu 1 menit bersih sebesar 1 mg/l. Oleh karena itu sesuai dengan standar parameter kimia injeksi udara memiliki persentase khususnya kandungan Fe, air tersebut tertinggi dalam menurunkan kandungan Fe pada air yaitu 3,25% sedangkan tidak layak digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. pada waktu 2, 3 dan 4 menit Akibatnya apabila air tersebut mengalami penurunan persentase yaitu semakin lama injeksi udara persentase digunakan apalagi dikonsumsi, maka akan berdampak bagi kesehatan. penurunan kandungan Fe semakin Zat Besi merupakan salah satu menurun dengan persentase waktu 2 menit (26,89%), 3 menit (16,8%) dan 4 menit (2,52%). Kadar Fe dalam air sumur suntik yang ada di RT 1 Kelurahan Wumialo termasuk tinggi karena sudah melebihi kadar Fe yang telah dianjurkan yaitu unsur logam yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Manusia memerlukan zat besi dalam jumlah yang relatif kecil atau termasuk dalam kategori mikronutrien. Zat memiliki fungsi yang sangat penting dalam tubuh yaitu berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. sesuai dengan Peraturan Menteri Kebutuhan zat besi dalam tubuh bisa Kesehatan RI No. diperoleh melalui makanan dan 416/KEPMENKES/IX/199 untuk air minuman yang sering dikonsumsi oleh
manusia. Air merupakan salah satu sumber yang mengandung zat besi, selain zat besi air juga mengandung berbagai macam zat terlarut. Air sangat penting bagi tubuh manusia tapi air yang memiliki kandungan Fe tinggi dapat berbahaya bagi tubuh manusia karena memiliki dampak bagi kesehatan. Air yang memiliki kandungan Fe tinggi tidak layak digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena selain memiliki dampak terhadap kesehatan juga memiliki dampak terhadap estetika lingkungan. Air yang memiliki kadar Fe tinggi membuat dinding dan lantai WC/kamar mandi berwarna kuning dan susah untuk dibersihkan. Selain itu, peralatan dapur akan berkarat apabila sering dicuci dengan menggunakan air yang memiliki kadar Fe tinggi sehingga peralatan dapur tersebut sudah tidak layak lagi digunakan. Tingginya kadar Fe pada air sumur yang ada di RT 1 Kelurahan Wumialo karena kondisi lingkungan sumur di RT 1 Kelurahan Wumialo merupakan daerah bekas rawa, hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya kadar Fe dalam air. Selain itu penggunaan pipa pada sumur suntik juga merupakan penyebab tingginya kadar Fe karena air tanah mengalami kontak dengan pipa besi selama air mengalir menuju permukaan. air tersebut tidak dapat digunakan sebelum ada perlakuanperlakuan tertentu yang dapat menurunkan kadar Fe sehingga sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Aerasi merupakan salah satu proses dari transfer gas yang lebih dikhususkan pada transfer oksigen dari fase gas ke fase cair. Fungsi utama aerasi dalam pengolahan air adalah melarutkan oksigen kedalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air dan melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air, serta membantu pengadukan air. Aerasi dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan gas-gas terlarut, oksidasi kandungan Fe dan mangan dalam air, mereduksi kandungan ammonia dalam air melalui proses nitrifikasi dan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut agar air terasa lebih segar. Penurunan kadar Fe melalui proses aerasi menggunakan alat Pneumatic System dengan variasi waktu 1 menit, 2 menit, 3 menit dan 4 menit dengan 3 kali pengulangan seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Pengulangan I, kadar Fe mampu diturunkan dari 1,24 mg/l menjadi,8 mg/l (35,48%) dengan lama waktu injeksi udara 2 menit sedangkan pada waktu injeksi udara 3 dan 4 menit kadar Fe kembali meningkat. Pengulangan II, kadar Fe mampu diturunkan dari 1,22 mg/l menjadi,32 mg/l (73,77%) dengan lama waktu injeksi udara 2 menit sedangkan pada waktu injeksi udara 3 dan 4 menit kadar Fe kembali meningkat seperti pada Pengulangan I. Pengulangan III, kadar Fe mampu diturunkan dari 1,12 mg/l menjadi,84 mg/l (24,1%) dengan lama waktu injeksi udara 1 menit sedangkan pada 1 menit selanjutnya kadar Fe pada air mengalami fluktuasi. Pada penurunan kadar Fe dengan menggunakan proses aerasi melalui alat Pneumatic System yaitu berdasarkan variasi waktu injeksi udara kedalam air selama 1 menit, 2 menit, 3 menit dan 4 menit, waktu injeksi udara yang paling efektif dalam menurunkan kadar Fe yaitu 1 menit dengan persentase penurunan mencapai 3,25%. Dilihat dari rata-rata hasil penurunan kadar Fe pada setiap penambahan waktu kadar Fe mengalami penurunan pada 1 menit pertama sedangkan pada 1 menit selanjutnya semakin lama kadar Fe semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pada saat proses aerasi, injeksi udara ke dalam air dengan menggunakan aerator tidak stabil. Pada 1 menit pertama
proses aerasi, keran air pada bak penampungan dibuka untuk pengambilan sampel sehingga air dapat masuk ke dalam pipa aerator. Masuknya air kedalam pipa aerator membuat tekanan udara yang masuk ke dalam air tidak stabil sehingga membuat proses aerasi tidak maksimal. Analisis kandungan Fe dalam air baku setelah proses aerasi menggunakan alat Pneumatic System dengan injeksi udara selama 1 menit, ternyata mampu menurunkan kandungan Fe hingga cukup baik untuk pemenuhan kebutuhan air bersih yaitu dapat menurunkan hingga 3,25% sehingga dapat memenuhi ambang batas yang diperbolehkan. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan Varian Satu Arah yang dapat dilihat pada tabel 4.3 (hal 38) diperoleh nilai probabilitas (sig),692 >,5 menunjukkan bahwa tidak ada penurunan kandungan Fe pada air baku setelah proses aerasi. Terdapat perbedaan hasil analisis statistik dan hasil analisis secara langsung dilihat dari hasil uji kandungan Fe setelah proses aerasi. Proses aerasi pada penelitian ini lebih cepat dibandingkan proses aerasi menurut Syaputra (27), yang menyatakan bahwa waktu injeksi udara selama 2 menit merupakan waktu injeksi udara yang efektif dengan prosentase penurunan 44,8%. Perbedaan selisih waktu dan prosentase ini dimungkinkan karena perbedaan besarnya tekanan injeksi udara yang masuk kedalam air baku pada saat proses aerasi dengan menggunakan Pneumatic System. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam wadah penampungan air yang tertutup juga mempengaruhi hasil yang dicapai karena tidak ada penambahan proses aerasi secara alami dari udara sekitar. Selain itu, proses aerasi injeksi udara dari dalam melalui pipa lewat dasar bak air baku juga mempengaruhi hasil pengolahan air yang dicapai. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 (hal 36), pada lama waktu injeksi udara 1 menit menunjukkan adanya penurunan kadar Fe dalam air tapi pada 1 menit selanjutnya kadar Fe semakin meningkat. Pada percobaan penurunan kadar Fe dalam air sumur didaerah pedesaan dengan menggunakan proses aerasi alami selama 7 hari, pada hari pertama mengalami peningkatan kadar Fe dalam air. Pada hari kedua dan ketiga mengalami penurunan kadar Fe yang sangat tajam, sedangkan pada hari keempat dan seterusnya kandungan Fe dalam air mengalami fluktuasi (Susanti, 213). Hal ini menunjukkan bahwa proses aerasi tidak hanya dapat menurunkan kadar Fe dalam air tetapi dalam keadaan tertentu, proses aerasi juga dapat membuat kadar Fe semakin meningkat. Proses aerasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar Fe pada air tapi proses aerasi tidak dapat bekerja secara maksimal apabila besi yang ditemui berada dalam bentuk senyawa organik dan koloid, misalnya bersenyawa dengan zat organic atau asam humus (humic acid). Keadaan yang demikian sulit dihilangkan baik dengan cara aerasi, penambahan klorin, maupun dengan penambahan kalium permanganate (Rohmatun dkk, 27) Fungsi utama aerasi dalam pengolahan air adalah melarutkan oksigen kedalam air sehingga kadar Fe dalam air akan menurun tetapi kadang proses aerasi tidak maksimal karena beberapa faktor yang mempengaruhi. Keberhasilan proses aerasi tergantung pada besarnya nilai suhu, kejenuhan oksigen, karakteristik air dan turbulensi air (Benefield dalam Abuzar S.S, Putra Y.D dan Emargi R.E 212). Adanya keterbatasan pada penelitian ini mengakibatkan faktor yang
mempengaruhi proses aerasi selama percobaan tidak diperhatikan. Lamanya proses aerasi juga mempengaruhi turbiditas (kekeruhan) dari air. Besi yang terlarut dalam air sebagai ion Fe 2+ (ferro) akan mengalami oksidasi menjadi ion Fe 3+ (ferri) dan dengan segera akan mengendap membentuk senyawa Fe(OH) 3 sehingga air akan berwarna kekuning-kuningan. Tingkat kekeruhan dari air meningkat selama proses aerasi karena adanya partikel-partikel lain yang mempengaruhi saat proses aerasi. Hal ini terjadi karena tidak adanya proses penyaringan sebelum proses aerasi. Sehingga untuk mendapatkan hasil yang maksimal, perlu adanya penambahan unit pengolahan air seperti Saringan Pasir Lambat (SPL). Waktu injeksi udara selama 1 menit merupakan waktu injeksi yang efektif dibandingkan dengan variasi lama waktu injeksi udara yang lain karena mampu menurunkan kadar Fe sesuai ambang batas maksimum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/KEPMENKES/IX/199 untuk air bersih sebesar 1 mg/l sehingga cukup baik untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat RT 1 Kelurahan Wumialo Kecamatan, Kota Selatan, Kota Gorontalo. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa waktu yang paling efektif dalam menurunkan kadar Fe pada air sumur suntik berdasarkan lama waktu injeksi udara yaitu 1 menit dengan prosentase (%) penurunan 3,25%. Adapun yang menjadi saran pada penelitian ini adalah Perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi selama proses aerasi berlangsung seperti nilai suhu, kejenuhan oksigen, karakteristik air dan turbulensi air. Pada penelitian selanjutnya perlu adanya penambahan unit pengolahan seperti saringan pasir lambat untuk lebih memperbesar prosentase (%) penurunan kandungan Fe dalam air baku. DAFTAR PUSTAKA Abuzar, S.S dan Putra, Y.D dan Emargi, R.E. 212. Koefisien Transfer Gas ( K La ) Pada Proses Aerasi Menggunakan Tray Aerator Bertingkat 5 (lima). Jurnal Tehnik Lingkungan UNAND 9 (2) : 155-163 (Edisi Juli 212). Hartini, E. 212. Efektifitas Cascade Aerator dan Bubble Aerator dalam menurunkan kadar Mangan (Mn) dalam Air. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Online). (http://journal.unnesa.ac.id, diakses 2 November 213). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 199. Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Rohmatun dan Roosmini, D dan Notodarmojo, S. 27. Studi Penurunan Kandungan Besi Organik dalam Air Tanah dengan Oksidasi H 2 O 2 -UV. Jurnal. ITB Sains dan Teknologi. Vol. 39A, No. 1 dan 2, 27, 58-67. Said, N Idaman. 21. Pencemaran air minum dan dampaknya terhadap kesehatan. Artikel (Online). (http://docjax.com, diakses 12 Januari 214. Susanti, Deni. 213 Efektivitas Aerasi secara Alami dalam Mengubah Fe 2+ menjadi Fe 3+ dalam Air Sumur. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univerrsitas Jember. Syaputra, B. 27. Penurunan Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Secara Pneumatic System. http://journal.unissula.ac.id/jps/a rticle/view/48. Diakses 2 November 213.