Kata Kunci : Riwayat Pemberian ASI Eksklusif, Stunting, Anak Usia Bulan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Departemen Pendidikan Politeknik Kesehatan Manado

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

225 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014,

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

METODE DAN POLA WAKTU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI FAKTOR RISIKO GROWTH FALTERING PADA BAYI USIA 2-6 BULAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR

Priyono et al. Determinan Kejadian Stunting pada Anak Balita Usia Bulan...

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan case control retrospektif atau studi kasus - kontrol retrospektif

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAYI USIA 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG DIBERI SUSU FORMULA DI KECAMATAN NGAWI SKRIPSI

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

FREKUENSI KUNJUNGAN POSYANDU DAN RIWAYAT KENAIKAN BERAT BADAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 3 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA USIA AWAL PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui -2 SD di bawah median panjang berdasarkan

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas (z-score) antara -3

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. terutama dalam masalah gizi. Gizi di Indonesia atau negara berkembang lain memiliki kasus

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN ASI NON EKSKLUSIF DENGAN PERTUMBUHAN BERAT BADAN BAYI 0-6 BULAN DI DESA GIRIPURWO, WONOGIRI

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO STUNTING PADA BALITA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PETANG II, KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 12-36 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUWUK KECAMATAN LUWUK SELATAN KABUPATEN BANGGAI SULAWESI TENGAH. Johan Pengan*, Shirley Kawengian*, Dina V. Rombot* Fakultas Keshetana Masyrakat Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Rendahnya asupan gizi pada bayi lahir normal juga berkontribusi terhadap stunting. Satusatunya makanan yang sesuai dengan keadaan saluran pencernaan bayi dan memenuhi kebutuhan selama 6 bulan pertama adalah ASI. ASI yang kurang dari 6 bulan dapat meningkatkan risiko stunting pada anak. Oleh karena itu pentingnya ASI eksklusif bagi pertumbuhan anak. Data dari dinas kesehatan kabupaten banggai anak balita yang memiliki status gizi stunting berjumlah 1.523 dari 10.899 balita yang diukur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Luwuk Kecamatan Luwuk Selatan Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan penelitian case control. Dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Luwuk, dengan jumlah sampel 88 anak usia 12-36 bulan yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 44 anak pada kelompok kasus dan 44 anak pada kelompok kontrol. Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p=0,003 (p 0,05) dengan nilai OR 3,750 yang berarti anak usia 12-36 bulan yang tidak mendapat ASI Eksklusif memiliki resiko 3,7 kali lebih besar daripada anak usia 12-36 bulan yang mendapat ASI Eksklusif. Terdapat hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Luwuk Kecamatan Luwuk Selatan Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Kata Kunci : Riwayat Pemberian ASI Eksklusif, Stunting, Anak Usia 12-36 Bulan ABSTRACT Stunting is a chronic condition that potrays the inhibition of growth due to long-term malnutrition. Low nutrition intake of normal birth infant also affects stunting. The only appropriate food for baby's digestive tract and fulfill the needs during the first 6 months is breast milk (ASI). Consuming ASI less than 6 months can increase the risk of stunting in children. Hence the exclusive breast feeding for child growth is important. Data from Banggai health department shows there are 1.523 toddlers from 10.899 are experiencing stunting. This study aims to determine the relations of exclusive ASI history with stunting in children of age 12-36 months in Luwuk health center in south Luwuk district, central Sulawesi. This study is observational analytic with case control study design. The research was done in February-March 2015 in Luwuk health center, with samples of 88 children aged 12-36 months who are divided into 2 groups: 44 children in the case group and 44 children in the control group. The results of chi-square test showed the value of p = 0.003 (p 0,05) with OR 3.750, which means children aged 12-36 months who are not given ASI Exclusively has risk 3.7 times greater than children aged 12-36 months who are given ASI exclusively. Terdapat hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Luwuk Kecamatan Luwuk Selatan Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. There is a relation between exclusive ASI profiles with stunting in children aged 12-36 months in in Luwuk health center in south Luwuk district, central Sulawesi. Keywords: Exclusive ASI history, Stunting, 12-36 Months aged children

PENDAHULUAN Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (Supariasa dkk, 2012). Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrsi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 SD (Kusuma, 2013). Stunting disebabkan oleh dua faktor yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu ASI Eksklusif, penyakit infeksi, asupan makan, dan berat badan lahir. Dan yang merupakan faktor secara tidak langsung pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan status ekonomi keluarga. Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa zat gizi tidak terpenuhi, atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar daripada yang diperoleh (Fitri, 2012). Anak-anak menghadapi risiko paling besar untuk mengalami gizi kurang. Salah satu masalah gizi kurang yang dihadapi yaitu Stunting. Upaya perbaikan status gizi balita di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sudah mengalami peningkatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi gizi kurang dan buruk telah mengalami penurunan dari 18,4% tahun 2007 menjadi 17,9% tahun 2010, dan untuk prevalensi balita pendek terdiri dari sangat pendek 18,5% dan pendek 17,1%. Penurunan prevalensi terjadi pada balita pendek dari 18,0% menjadi 17,1% dan balita sangat pendek dari 18,8% menjadi 18,5% (Meilyasari, 2014). Namun menurut data United Nations of Childrens Fund (Unicef) global tahun 2010 mengenai Kemajuan Gizi Ibu dan Anak Nasional, Indonesia berada pada urutan kelima tertinggi anak stunting di dunia. Diperkirakan sebanyak 7,8 juta anak Indonesia tergolong anak stunting (Unicef, 2012). Di negara-negara berkembang, 29% anak-anak balita menunjukkan keadaan gizi kurang yang sedang, 33% menunjukkan kejadian tubuh pendek (stunting) yang sedang. Di negara-negara paling miskin, 40% anakanak balita mengalami berat badan yang kurang, dan 45% berkembang mengalami kejadian tubuh pendek (stunting). Angka prevalensi anak-anak dengan gizi kurang yang sedang dan berat diperkirakan telah mengalami penurunan secara global dari 38% pada tahun 1980 menjadi 30% pada tahun 1997 dan 29% pada tahun 2001 (Gibney dkk, 2009). Menurut UNICEF (2013), pada tahun 2011 ada 165 juta (26%) balita dengan status gizi stunting di seluruh dunia. Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan merupakan daerah terbanyak di dunia dengan anak stunting,

dimana ada 40% balita stunting di sub-sahara Afrika dan 39% balita stunting di Asia Selatan. Indonesia termasuk dalam 5 negara dengan angka balita stunting tertinggi yaitu ada 7,5 juta balita. Negara lain yang termasuk dalam 5 negara tersebut adalah India (61,7 juta balita), Nigeria (11 juta balita), Pakistan (9,6 juta balita) dan Cina (8 juta balita). Dengan demikian, keadaan gizi kurang tetap merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat penting. Pemberian ASI yang kurang sesuai di Indonesia menyebabkan bayi menderita gizi kurang dan gizi buruk. Padahal kekurangan gizi pada bayi akan berdampak pada gangguan psikomotor, kognitif dan sosial serta secara klinis terjadi gangguan pertumbuhan. Dampak lainnya adalah derajat kesehatan dan gizi anak Indonesia masih memprihatinkan (Haryono dkk, 2014) Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi memerlukan masukan zat-zat gizi yang seimbang dan relatif besar. Namun, kemampuan bayi untuk makan dibatasi oleh keadaan saluran pencernaannya yang masih dalam tahap pendewasaan. Satu-satunya makanan yang sesuai dengan keadaan saluran pencernaaan bayi dan memenuhi kebutuhan selama berbulan-bulan pertama adalah ASI (Maryunani (2010). Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko lebih tinggi untuk kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk proses pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan akan mengakibatkan terjadinya stunting pada anak (Anshori, 2013). Untuk kondisi Provinsi Sulawesi Tengah, ternyata semua indikator pembangunan dibidang gizi masyarakat masih dibawah rata-rata nasional. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan daerah (2010) dalam Sattu (2014), anak balita yang menderita kekurangan gizi 26,5% mengalami stunting 36,2% dan sangat kurus/kurus 14,8% serta mengalami overweight 7,6%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai anak balita yang memiliki kategori status gizi TB/U stunting berjumlah 1.523 dari 10.899 balita yang diukur (Sattu,2014). Berdasarkan data hasil penimbangan batita yang didapat dari Puskesmas Luwuk, terdapat 57 batita yang memiliki keadaan tubuh pendek atau stunting yang berada di wilayah kerja Puskesmas Luwuk (Puskesmas Luwuk, 2014). Berdasarkan data-data di atas dan belum adanya penelitian mengenai ASI Eksklusif sebagai faktor risiko terjadinya stunting, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Luwuk Kecamatan Luwuk Selatan Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. METODOLOGI PENENLITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain case control study atau studi kasus kontrol untuk menganalisis hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan. Penelitian dengan menggunakan pendekatan retrospektif, dengan kata lain, efek diidentifikasi pada saat ini kemudian faktor risiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada

waktu yang lalu. Penelitian bertempat di Puskesmas Luwuk Kecamatan Luwuk Selatan Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah pada bulan Januari - April 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 12-36 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Luwuk yang berstatus gizi stunting sebanyak 47 anak Sampel penelitian ini adalah anak usia 12-36 bulan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Luwuk yang memiliki status gizi stunting. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Non Probability Sampling dengan teknik. Penelitian ini adalah total populasi kasus yang berjumlah 47 anak namun yang diambil hanya 44 anak karena tidak memenuhi kriteria inklusi pada saat penelitian dan umur dari anak sudah bertambah. Sampel yang dipilih dimasukkan dalam populasi kasus. Subjek penelitian pada kelompok kontrol disesuaikan dengan kelompok kasus yang dipilih dengan perbandingan 1 : 1. Jumlah sampel sebanyak 88 anak dengan Kasus (case) 44 anak dan Kontrol (control) 44 anak. Pada penelitian ini telah dilakukkan matching individual pada tempat tinggal, umur dan jenis kelamin HASIL DAN PEMBAHASAN Diketahui jumlah responden paling banyak yaitu 14 anak (15,1%) yang bertempat tinggal di Desa Hanga-Hanga I dan desa Nambo Lempek Baru yang dibagi atas kelompok kasus sebanyak 7 anak dan kelompok kontrol sebanyak 7 anak. Dan yang paling sedikit bertempat tinggal di desa Maahas dan Tombang Permai yaitu 2 anak (2,3%) yang dibagi atas kelompok kasus 1 anak dan kelompok kontrol 1 anak. Karena dalam penelitian ini, peneliti juga mencocokkan tempat tinggal responden pada kelompok kasus dan kelompok kontrol, maka jumlah responden pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol adalah sama. Tempat tinggal responden dalam penelitian ini diambil berdasarkan data penimbangan di setiap posyandu di wilayah kerja Puskesmas Luwuk, selanjutnya peneliti melakukan penelitian kelompok kontrol berdasarkan jumlah kasus (stunting) di masing-masing posyandu yang ada. 2.1 Gambaran Status Gizi Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Luwuk Gambaran status gizi anak umur 12-36 bulan gizi sangat pendek, pendek, normal dan tinggi. di wilayah kerja Puskesmas Luwuk Distribusi frekuensi status gizi berdasarkan menggunakan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yang menurut Kemenkes RI TB/U menurut Kemenkes RI (2011) dapat dilihat pada Tabel 1 (2011) diklasifikasikan menjadi 4, yaitu status

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Usia 12-36 Bulan berdasarkan Indeks Tinggi Badan menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Luwuk Kelompok Status Gizi Kasus Kontrol Total n % N % n % Sangat Pendek 9 20,5 0 0 9 10,2 TB/U Pendek 35 79,5 0 0 35 39,8 Normal 0 0 43 97,7 43 48,9 Tinggi 0 0 1 2,3 1 1,1 Jumlah 44 100 44 100 88 100 yang pendek ada 35 anak (79,5%) dan Status gizi berdasarkan indeks TB/U dibedakan dalam 2 kategori, yaitu status gizi yang sangat pendek ada 9 anak (20,5%). Hal tersebut menunjukkan stunting di wilayah stunting (gabungan status gizi sangat pendek kerja Puskesmas Luwuk telah menjadi dan pendek) dan status gizi normal. masalah kesehatan masyarakat karena berada Berdasarkan perhitungan TB/U, prevalensi di atas batas yang telah ditetapkan oleh WHO, stunting di wilayah kerja Puskesmas Luwuk dimana masalah kesehatan masyarakat terdapat 44 anak usia 12-36 bulan dengan status gizi stunting dan 44 anak usia 12-36 bulan dengan status gizi normal dengan jumlah dianggap berat bila prevalensi pendek sebesar 30-39% dan serius bila prevalensi pendek 40% (Kemenkes, 2013). 88 anak usia 12-36 bulan. Dimana untuk anak 2.2 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 kategori yaitu tidak ASI eksklusif dan ASI eksklusif. Kategori ASI eksklusif dalam penelitian ini yaitu kategori 3 dalam RISKESDAS (2010), yaitu menyusui eksklusif berdasarkan kriteria dalam 24 jam terakhir bayi hanya disusui atau diberi ASI saja, sejak lahir sampai enam bulan bayi belum diberi makanan atau minuman selain ASI, dan sebelum ASI keluar bayi tidak diberi makanan prelakteal berupa makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain ASI (kecuali obatobatan dan vitamin atau mineral tetes, ASI perah juga diperbolehkan). Dikatakan ASI eksklusif jika anak usia 12-36 bulan menerima ASI sesuai kategori 3, dan dikatakan Tidak ASI eksklusif jika anak usia 12-36 bulan tidak menerima ASI sesuai kategori 3. Berikut adalah tabel distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif pada anak usia 12-36 bulan Kelompok Status Pemberian ASI Eksklusif Kasus Kontrol Total n % n % n % Tidak ASI Eksklusif 28 31,8 14 15,9 42 47,7 ASI Eksklusif 16 18,2 30 34,1 46 52,3 Jumlah 44 100 44 100 88 100 sebanyak 16 anak (18,2%) dan pada kelompok Berdasaran tabel 2, dapat diketahui bahwa anak dengan status Tidak ASI Eksklusif pada kelompok kasus sebanyak 28 anak (31,8%) dan pada kelompok kontrol sebanyak kasus sebanyak 30 anak (34,1%). Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa sebagian besar sudah ASI eksklusif 46 (52,3%) sedangkan tidak ASI eksklusif 42 ( 47,7%). 14 anak (15,9%). Sedangkan anak dengan status ASI Eksklusif pada kelompok kasus 2.3 Hubungan Antara Riwayat Pemberian Asi Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Luwuk Kecamatan Luwuk Selatan Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah Analisis hubungan antara riwayat pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Tabel 3. Hubungan antara Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian Stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Luwuk dapat dilihat pada Tabel 3. Puskesmas Luwuk Pemberian Kasus Kontrol Total ASI p value OR Cl n % n % N % Eksklusif Tidak ASI Eksklusif 28 31,8 14 15,9 42 47,7 ASI 0.003 3.75 95% (1,551-9,068) 16 18,2 30 34,1 46 52,3 Esklusif Jumlah 44 100 44 100 88 100 Hasil analisis hubungan antara riwayat pemberian asi eksklusif dengan kejadian stunting pada tabel 10, dapat diketahui bahwa anak usia 12-36 bulan yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebanyak 42 anak (47,7%) sedangkan yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 46 anak (52,3%). Anak dengan status gizi stunting yang tidak

mendapat ASI Eksklusif sebanyak 28 anak (31,8%) dan yang mendapat ASI Ekslusif sebanyak 16 anak (18,2%). Hasil uji statistik pada tabel 12, dengan uji chi square menunjukkan nilai p=0.003 (p 0,05) demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara riwayat pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Luwuk Kecamatan Luwuk Selatan Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah, dengan nilai OR 3.750. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Luwuk dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan riwayat pemberian ASI eksklusif pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Luwuk, didapatkan bahwa yang tidak ASI eksklusif sebesar 47,7% dan yang ASI eksklusif sebesar 52,3%. 2. Riwayat pemberian ASI eksklusif pada anak usia 12-36 bulan beresiko 3,7 kali lebih besar terhadap terjadinya stunting. 3. Terdapat hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting. SARAN 1. Diharapkan kepada petugas kesehatan di Puskesmas untuk dapat melakukan promosi kesehatan kepada ibu-ibu seperti penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif kepada bayi dan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi status gizi dari anak usia 12-36 bulan untuk memperbaiki status gizi anak usia 12-36 bulan khususnya stunting. 2. Kepada ibu-ibu untuk lebih memperhatikan lagi asupan makanan bagi anak usia 12-36 bulan khususnya pemberian ASI eksklusif dan dapat mendeteksi lebih dini kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan. 3. Diharapkan adanya penelitian lain menggunakan variabel yang tidak termasuk dalam penelitian ini seperti berat badan lahir rendah (BBLR), riwayat penyakit infeksi, pemberian MP-ASI dini, pengetahuan orang tua, dan lain-lain yang menjadi faktor penyebab dari kejadian stunting. DAFTAR PUSTAKA Anshori, H. 2013. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-24 Bulan (studi di Kecamatan Semarang Timur). Artikel Penelitian. Semarang: Universitas Diponegoro Fitri. 2012. Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting Pada Balita (12-59 Bulan) Di Sumatera (Analisis Data Riskesdas 2010). Tesis. Depok: Universitas Indonesia. Gibney, J. M., Margetts, B., Kearney, J.,dan Arab, L. 2009. Gizi Kesehatan

Masyarakat. Jakarta : EGC Kedokteran Haryono, R.,dan Setianingsih, S. 2014. Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati Anda. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Kementerian Kesehatan R.I. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kusuma, K. E. 2013. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 2-3 Tahun (Studi Di Kecamatan Semarang Timur). Journal of Nutrition College (Online). Vol.2 No.4. (http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jnc). Diakses pada 10 November 2014. Puskesmas Luwuk. 2014. Data Posyandu. Luwuk. Puskesmas Luwuk Supariasa, N., Bakri, B.,dan Fajar, I. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC UNICEF. 2013. Key Facts and Figures on Nutrition. Hal 1-4. (Online). (http://www.who.int/pmnch/media/ne ws/2013/20130416_unicef_factsheet. pdf). Diakses pada 12 Desember 2014.