BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Indonesia Timur merupakan daerah yang kompleks secara geologi. Hingga saat ini penelitian yang dilakukan di daerah Indonesia Timur dan sekitarnya masih belum komprehensif sehingga studi dan penelitian lebih lanjut terus dilakukan. Eksplorasi yang dilakukan di daerah Indonesia Timur semakin intensif seiring dengan berkembangnya tuntutan pengetahuan geologi di daerah ini. Bertambahnya informasi mengenai daerah baru yang memiliki prospek juga semakin menambah pengetahuan geologi di daerah Indonesia Timur ini. Data baru yang menjadi panduan untuk eksplorasi lebih mendalam di daerah Indonesia Timur diharapkan dapat memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan yang sering muncul akibat belum komprehensifnya penelitian-penelitian di daerah Indonesia Timur. Penelitian-penelitian yang terus dilakukan di daerah Indonesia Timur, khususnya di daerah Kepala Burung, memberikan berbagai hipotesis mengenai struktur dan tektonik yang berkembang di daerah tersebut. Hipotesis bahwa Kepala Burung mengalami rotasi atau merupakan suatu micro-continent masih terus dikembangkan. Model yang diajukan oleh Charlton, 2000 menyatakan adanya suatu rotasi berlawanan arah jarum jam dari Kepala Burung yang terjadi sekitar 5 juta tahun yang lalu (jtl). Hal tersebut memberikan asumsi bahwa terdapat struktur aktif pada umur 5 jtl dan menjelaskan bahwa fenomena pergerakan lempeng Pasifik terhadap lempeng baratlaut Australia masih terus aktif hingga saat ini, mengingat relatif mudanya struktur yang mempengaruhi rotasi Kepala Burung tersebut. Zona Sesar Sorong (SFZ) merupakan struktur muda yang berkembang di bagian utara Papua, memanjang hingga 1000 km dari bagian timur hingga barat Kepala Burung. Umur pembentukannnya yang relatif muda (Miosen Akhir) mengasumsikan bahwa SFZ ini merupakan struktur yang berpengaruh pada pembentukan Cekungan Salawati. Cekungan Salawati tersebut juga berkaitan 1
dengan rotasi Kepala Burung serta rotasi Pulau Salawati dari Kepala Burung, sehingga diasumsikan bahwa rotasi yang terjadi di Kepala Burung tersebut berkaitan dengan aktifnya SFZ. SFZ yang masih aktif hingga saat ini dianggap memberikan pengaruh yang paling besar terhadap kondisi tektonik saat ini terutama di daerah Kepala Burung. Struktur-struktur muda yang berkembang di Cekungan Salawati serta struktur Antiklin Misool-Onin-Kumawa (MOKA) dan Seram Fold-Thrust Belt (SFTB) diasumsikan berkaitan dengan perkembangan aktivitas SFZ ini. Penelitian dari data baru di daerah lepas pantai Seram, Misool, dan Cekungan Salawati memberikan suatu hipotesis baru dalam evolusi dan kinematika SFZ dan daerah Kepala Burung pada umumnya. Rekonstruksi palinspatik pada struktur yang berkembang di daerah tersebut akan memberikan model evolusi struktur di daerah Kepala Burung, khususnya yang berkaitan dengan SFZ. 1.2. Masalah Penelitian Studi dan penelitian sebelumnya di daerah Kepala Burung masih memberikan beberapa pertanyaan, khususnya yang berkaitan dengan perkembangan struktur muda dalam kaitannya dengan pembentukan Cekungan Salawati, MOKA, dan SFTB, antara lain: 1. Berapakah umur relatif awal terbentuknya SFZ? 2. Adakah fenomena rifting di daerah Cekungan Salawati dan bagian barat Pulau Misool sebagai akibat dari perkembangan dan pergerakan SFZ? 3. Bagaimanakah mekanisme dan kinematika SFZ? 4. Bagaimana kaitan SFZ dengan pembentukan Cekungan Salawati? 5. Bagaimana implikasi kinematika SFZ terhadap SFTB, MOKA, dan tektonik di daerah Kepala Burung pada umumnya? 1.3. Obyek dan Lokasi Daerah Penelitian Daerah penelitian berada di antara blok lepas pantai Seram, Misool, dan Cekungan Salawati. Blok lepas pantai Seram secara administratif berada pada 2
Provinsi Maluku sementara blok lepas pantai Misool secara administratif terletak pada Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua. Secara keseluruhan, blok lepas pantai Seram berada di bagian selatan Kepala Burung dan blok lepas pantai Misool berada di bagian barat Kepala Burung yang meliputi Cekungan Salawati dan daerah baratlaut Kepala Burung (Gambar 1.1). Objek penelitian dibatasi pada blok lepas pantai bagian utara Pulau Seram, blok lepas pantai bagian barat Pulau Misool, bagian selatan Cekungan Salawati, dan bagian baratlaut Kepala Burung. Penelitian dilakukan melalui interpretasi seismik 2D terhadap 204 lintasan seismik dan analisis data sumur sebanyak 23 sumur yang tersebar di sekitar daerah Seram dan Misool. Terdapat data pendukung lain berupa data multibeams batimetri yang merupakan data ekspresi topografi lintasan seismik yang diambil berdasarkan fitur data bawah permukaan. 3
Gambar 1.1. Lokasi penelitian terletak di daerah Seram, Misool, dan Salawati yang merupakan bagian dari Kepala Burung, Papua. Daerah tersebut dikontrol oleh struktur besar berupa SFTB, MOKA, dan SFZ 4
1.4. Tujuan dan Ruang Lingkup Penelitian Tujuan penelitian ini adalah melakukan rekonstruksi dengan metode palinspatik terhadap struktur yang berkembang di daerah Seram, Misool, dan Cekungan Salawati. Rekonstruksi palinspatik ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan struktur yang terjadi di daerah tersebut, terutama struktur muda dan yang berkaitan dengan aktivitas SFZ. Analisis terhadap perkembangan struktur tersebut juga memberikan analisis tersendiri dalam kaitannya dengan evolusi struktur daerah Kepala Burung pada umumnya. Ruang lingkup penelitian ditekankan pada interpretasi seismik dan struktur geologi dengan menggunakan program interpretasi seismik yang terdapat di workstation. Data sumur pemboran digunakan sebagai kalibrasi terhadap interpretasi geologi dari data seismik yang meliputi interpretasi jenis litologi dan fasies pengendapannya. 1.5. Hipotesis Kerja Terdapat beberapa hipotesis kerja yang dapat menjelaskan perkembangan SFZ dalam kaitannya dengan evolusi Cekungan Salawati dan SFTB, antara lain: 1. Struktur sesar normal yang terbentuk di Cekungan Salawati dan bagian barat Misool berkaitan dengan pergerakan SFZ. 2. SFZ berkembang sebagai sesar-sesar naik di bagian baratlaut yang menerus hingga ke bagian utara tinggian Mar di Kepala Burung. 3. Perubahan arah relatif barat-timur menjadi tenggara-baratdaya pada SFZ berkaitan dengan perbedaan mekanisme perkembangan SFZ tersebut. 4. Arah struktur di sepanjang baratlaut Kepala Burung, Papua hingga bagian barat Misool searah dengan SFZ. 5. Jalur sesar anjakan di daerah Seram dan antiklin Misool yang masih aktif dan mendeformasi hingga sedimen berumur Pliosen, merupakan aktivitas struktur yang berkaitan dengan perkembangan tektonik yang mendeformasi daerah Kepala Burung, Papua. 5
1.6. Asumsi Asumsi-asumsi yang digunakan untuk menjelaskan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Elemen tektonik daerah Seram, Misool, dan Salawati merupakan bagian dari elemen tektonik daerah Kepala Burung, dengan deformasi yang terbentuk merupakan satu kesatuan sistem deformasi. 2. Kesamaan fasies dan tatanan stratigrafi daerah Seram, Misool, dan Salawati sesuai dengan konsep tektonostratigrafi regional di daerah Indonesia Timur. 3. Perubahan arah dari pergerakan SFZ mempengaruhi deformasi pada daerah Seram, Misool, dan Salawati, sebagain bagian dari Kepala Burung, Papua. 4. SFZ merupakan suatu zona sesar yang terdiri dari beberapa cabang (splay) sebagai satu kesatuan zona struktur sesar mendatar. 5. Zona sesar anjak di Seram hadir hingga batuan berumur termuda (Pairault, dkk, 2003). 6. Struktur geologi merupakan bukti deformasi yang kehadirannya memiliki pola tertentu dan mewakili peristiwa deformasi tertentu dan perilakunya konsisten pada tiap skala deformasi (Koestler, dkk, 1995). 6