TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI
RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana peranan filsafat ilmu dalam perkembangan ilmu pengetahuan? 2. Bagaimana perkembangan ilmu geografi? 3. Apa tantangan filsafat ilmu dalam perkembangan geografi?
FILSAFAT Filsafat adalah suatu prinsip atau asas keilmuan untuk menelusuri suatu kebenaran objek dengan modal berpikir secara radikal. Objeknya mengikuti realitas empiris dikaji secara filsafat untuk menelusuri hakikat kebenarannya suatu entitas menggunakan metode yang disebut metode ilmiah (kebenaran ilmiah).
Ciri-ciri filsafat yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. a. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan tidak hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dan ilmuilmu lainnya, hubungan ilmu dan moral, seni, serta tujuan hidup. b. Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai pada hasil yang fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat Filsafat, Ilmu, dan Pengetahuan 19 dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Filsafat tidak hanya berhenti pada kulit-kulitnya (periferis) saja, tetapi sampai menembus ke kedalamannya (hakikat). c. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikiran berfilsafat selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menelusuri bidang-bidang pengetahuan yang baru. Namun demikian, tidaklah berarti hasil pemikiran kefilsafatan tersebut meragukan kebenarannya karena tidak pernah tuntas. (Suaedi, 2016)
ILMU Ilmu adalah pengetahuan. Namun, ada berbagai macam pengetahuan. Dengan pengetahuan ilmu dimaksud pengetahuan yang pasti, eksak, dan betul-betul terorganisir. Jadi, pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan tersusun baik. Pengetahuan ada yang bersifat pra ilmiah dan pengetahuan ilmiah. Ilmu mengandung tiga kategori, yaitu hipotesis, teori, dan dalil hukum. Ilmu itu haruslah sistematis dan berdasarkan metodologi, dan berusaha mencapai generalisasi. Dalam kajian ilmiah, kalau data yang baru terkumpul sedikit atau belum cukup, ilmuwan membina hipotesis. Hipotesis ialah dugaan pikiran berdasarkan sejumlah data. Hipotesis memberi arah pada penelitian dalam menghimpun data. Data yang cukup sebagai hasil penelitian dihadapkan pada hipotesis. Apabila data itu mensahihkan (valid)/menerima hipotesis, hipotesis menjadi tesis atau hipotesis menjadi teori. Jika teori mencapai generalisasi yang umum, menjadi dalil ia dan bila teori memastikan hubungan sebab-akibat yang serba tetap, ia akan menjadi hukum.
Kesimpulan rumusan masalah no. 1 Bagaimana peranan filsafat ilmu dalam perkembangan ilmu pengetahuan? Peranan Filsafat dapat mensistematiskan, meletakkan dasar, dan memberi arah kepada perkembangan sesuatu ilmu maupun usaha penelitian ilmuan untuk mengembangkan ilmu. Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu mengarahkan pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari.
TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI Filsafat ilmu tidak lepas dari sejarah perkembangan ilmu karena landasan utama perkembangan ilmu adalah filsafat yang terdiri atas ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Jika proses rasa tahu manusia merupakan pengetahuan secara umum yang tidak mempersoalkan seluk beluk pengetahuan tersebut, ilmu dengan cara khusus dan sistematis dalam hal ini mencoba untuk menguji kebenaran pengetahuan tersebut secara lebih luas dan mendalam. Ilmu tidak hanya berbicara tentang hakikat (ontologis) pengetahuan itu sendiri, tetapi juga mempersoalkan tentang bagaimana (epistemologis) pengetahuan tersebut dapat diproses menjadi sebuah pengetahuan yang benar-benar memiliki nilai guna (aksiologis) untuk kehidupan manusia. Ketiga landasan tersebut sangat memengaruhi sikap dan pendirian para ilmuwan dalam pengembangan ilmu. Oleh karena itu, perkembangan ilmu pada dasarnya bersifat dinamis.
Perkembangan ilmu merupakan kajian yang melihat visi dan pergeseran paradigma yang menandai revolusi ilmu pengetahuan. Rentang waktu revolusi ini berada pada ruang zaman Yunani hingga zaman Kontemporer. Perkembangan ilmu dapat ditelusuri berdasarkan rentang sejarahnya. Perjalanan ilmu mulai dari zaman pra-yunani Kuno, zaman Yunani, zaman Pertengahan, zaman Renaissance, zaman Modern, dan zaman Kontemporer.
PERKEMBANGAN GEOGRAFI Secara aplikasi, peranan geografi sebagai suatu ilmu mengalami perkembangan seiring dengan kebutuhan dan tantangan pada jamannya. 1. Pada saat sebelum masehi dan abad 15 setelah masehi, keingintahuan tentang bumi baik secara fisik/alam maupun manusia begitu dominan. Sehingga saat itu perjalanan dan pengukuran permukaan bumi dilakukan secara intensif. Peranan historigeografi dan ilmu alam saat itu sangat penting. 2. Abad pertengahan (Abad 15 M), ekspansi permukaan bumi melalui perjalanan untuk perdagangan, penjelajahan, dan penyebaran agama sangat dominan sehingga dikenal dengan konsep libenstraum. Pengetahuan tentang bumi tidak hanya disebarluaskan melalui persekolahan, tapi juga dibentuk perkumpulan2 geograf yg bertugas menyebarluaskan berbagai ekspedisi. Jurnal geografi pun diterbitkan untuk memperluas dan mensupport dan penggalian tentang permukaan bumi.
3. Abad 15 dan 19, semangat penjelajahan masih tetap tinggi, namun posisinya bertambah bahkan menjadi semakin strategis. Dipersekolahan geografi diberikan untuk mengenal lebih jauh karakteristik negara sendiri dan negara lain. Tujuan utamanya adalah memperkuat nasionalisme dan community sentiment, membangun bahwa kita adalah satu kesatuan. 4. Masa setelah perang dunia II atau Tahun 1950 an, membawa perubahan besar dalam geografi baik scr praktis maupun teoritis. Masa itu adl masa krisis ekonomi, rekonstruksi dan dekolonialisasi, banyak negara yg mengalami perubahan politik dan tata ruang. Studi nomotetik dg pendekatan restruktural keruangan menjadi populer. Metode kuantitatifpun diaplikasikan untuk menganalisis lokasi, pusat2 pertumbuhan dan pelayanan, serta kiat2 memacu pertumbuhan ekonomi dg pemanfaatan sumberdaya scr optimal. 5. Postmodernsm Tahun 1980 an, merupakan bentuk perkembangan ilmu geografi lebih lanjut.
Adapun isu2 yg relevan dikaji oleh geografi pada saat ini antara lain: 1. Perubahan tata ruang bumi 2. Ketimpangan spatial sumberdaya 3. Abad kesejagatan (globalisasi): 4. Mitigasi bencana: bencana, baik berupa alam maupun akibat ulah manusia, banyak menimbulkan berbagai penderitaan dan kerugian., krn itulah muncul pengelolaan penanganan bencana atau yg lebih dikenal dg mitigasi bencana. 5. Disintegrasi bangsa: Indonesia mempunyai kerawanan terhadap disintegrasi bangsa bila dilihat dri kondisi geografis, distribusi penduduk, keragaman etnis, dan keragaman sumber daya alam.
Kesimpulan rumusan masalah no. 2 Bagaimana perkembangan ilmu geografi? Peran suatu ilmu terus berkembang seiring dg kebutuhan dan tantangan yang dihadapi manusia. Sebagai ilmu yg cukup tua, peran geografi pun terus ditantang untuk lebih bermakna bagi kesejahteraan manusia dan kelestarian bumi itu sendiri. Memahami peristiwa2 di permukaan bumi. Memerlukan pemahaman yg terintegrasi antara aspek manusia dan alam sebagai suatu kesatuan. Pandangan yg pragmatis atau parsial hanya akan menguntungkan atau merugikan salah satu diantaranya. Abad kesejagatan (globalisasi) sebagai konsekuensi logis dari intensifnya memanfaatkan energi. Menuntut manusia untuk senantiasa meningkatkan pemahaman wawasan dan kompetensinya agar dapat bersaing dg negara2 lain di duni, karena itu peranan geografi sangat strategis.
Kesimpulan rumusan masalah no. 3 Apa tantangan filsafat ilmu dalam perkembangan geografi? Spesialisasi ilmu geografi ini, meminjam istilah Strahler (1984) merupakan sebuah bentuk kepakaran dari seorang ilmuwan geografi. Hal itu pun, juga merupakan konsekuensi logis, dari luasnya ruang lingkup kajian geografi. Spesialisasi geografi tersebut, tidak saja, dalam bidang teknologi keilmuan (seperti SIG dan Pemetaan), tetapi juga dalam bidang-bidang spesialis lainnya. Ada yang membedakan geografi dari sudut kelembagaan, yakni mengacu pada struktur jurusan di peguruan tinggi, geografi itu dipilah menjadi dua kelompok yakni geografi pendidikan dan geografi nonkependidikan (sains). Ada yang memilahnya berdasarkan disiplin ilmu, sehingga menjadi geografi manusia dan geografi fisik. Ada juga yang membedakan geografi dari sudut pandang filsafat keilmuan, sehingga menjadi geografi murni dan geografi terapan, Ada yang membedakannya dari sudut sistem berfikir, sehingga menjadi geografi ortodoks dan geografi terpadu. Kecendrungan spesialisasi ilmu geografi semakin tajam (geografi fisik, sosial, dan teknik). Geografi tidak dimaknai sebagai suatu ilmu yang utuh. Hal ini menyebabkan tidak sedikit para geograf yang terjebak pada kajian ilmu bantu dan rumpun ilmu orang.
Pandangan-pandangan itu sudah memiliki kebakuan pemikiran, dan pendukungnya. Tetapi, karena kegelisahan ini terus muncul, merasa perlu juga untuk urun rembug dalam memahami bidang-bidang geografi tersebut. Ruang ini diajukan, selain menghapus kepenasaran diri, juga merangsang kita untuk bisa mengkaji kembali terhadap struktur keilmuan geografi itu sendiri melalui kajian filsafat ilmu (Ontologi, epistomologi, dan axiologi).
TERIMAKSIH Spesial terimakasih buat Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si. dan Syamsyul Bachri, S.Si., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pengampu matakuliah Filsafat Geografi Program Doktor S3 Pendidikan Geografi Pascasarjana Universitas Negeri Malang