UNSAFE ACTION PEKERJA KONSTRUKSI PADA K3 PROYEK KONSTRUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang. membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat.

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent )

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act)


SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - -

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KARYAWAN LAPANGAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) BANDUNG TERHADAP KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

KUISIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS)

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN GUNAWANGSA MERR SURABAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehartan Kerja (SMK3)

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

Bab 5 Analisis 5.1. Merencanakan ( plan Analisis Data Kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

PERTEMUAN #1 PENGANTAR K3I (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI) TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

III. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut dengan meratifikasi 15 Konvensi International Labour Organization (ILO). Delapan

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

KAJIAN FAKTOR JENIS, PENYEBAB DAN WAKTU TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. (K3), karena dalam Standarisasi Internasional unsur Keselamatan dan

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA RK3K) FORMULIR PRA-RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

Transkripsi:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 UNSAFE ACTION PEKERJA KONSTRUKSI PADA K3 PROYEK KONSTRUKSI Dewi Yustiarini 1 1 Departemen Pendidikan Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung Email: dewiyustiarini@upi.edu ABSTRAK Pekerja konstruksi memilik peran mewujudkan bangunan konstruksi. Pada tahap pelaksanaan konstruksi dibutuhkan kepatuhan pekerja terhadap metode pelaksanaan konstruksi, termasuk juga dengan biaya, peralatan, dan material menjadi satu kesatuan. Pada saat pelaksanaan konstruksi muncul beberapa data tentang kecelakaan kerja. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa kecelakaan kerja dapat terjadi karena kesalahan pekerja konstruksi yang tidak patuh terhadap metode pelaksanaan kerja. Ketidakpatuhan terhadap metode konstruksi mendatangkan kecelakaan kerja, salah satu penyebabnya adalah tindakan tidak aman atau unsafe action. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor dominan ketidakpatuhan pekerja konstruksi dalam bertindak tidak aman (unsafe action). Pengumpulan data primer menggunakan kuisioner sebagai narasumber adalah pekerja konstruksi dengan tujuan memperoleh faktor dominan ketidakpatuhan penyebab tindakan tidak aman. Materi pertanyaan kuisioner disusun berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari penelitian terdahulu, data proyek, dan kajian pustaka. Untuk menguatkan hasil kuisioner, dilakukan juga wawancara ke beberapa narasumber, tenaga ahli terkait dengan keselamatan kerja serta pengamatan langsung di lapangan. Pengolahan data dari kuisioner dengan memprosentasikan kategori kepatuhan pekerja konstruksi. Hasil diperoleh bahwa kepatuhan pekerja konstruksi terhadap pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta peraturan K3 telah baik bahkan sangat baik dengan hasil 100%. Namun tingkat kepatuhan perilaku pekerja hanya 93,89%. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada 6% sebagai penyebab kecelakaan dari adanya tindakan tidak aman (unsafe action). Hasil pengolahan data kemudian dikaji secara komprehensif dalam FGD (focus group discussion). Diperoleh temuan penyebab perilaku pekerja konstruksi bertindak tidak aman, antara lain masih rendahnya prioritas pekerja dalam menerapkan peraturan berdasarkan pengetahuan pekerja. Kata kunci: pekerja, kepatuhan, unsafe action 1. PENDAHULUAN Bangunan apartemen merupakan salah satu fasilitas hunian yang pokok untuk menunjang suatu kemanan, kenyamanan serta ketersediaan bangunan-bangunan yang dapat dipergunakan sesuai kebutuhan. Pada pembangunan apartemen, manajemen proyek harus bisa mengatur jalannya suatu pembangunan agar waktu yang di tetapkan tidak mengalami kemunduran, hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah pekerja yang melaksanakan pekerjaan fisik suatu bangunan. Pekerja harus bekerja dengan baik sesuai dengan perencanaan, oleh sebab itu perlu adanya pengendalian manajemen resiko bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pada sektor konstruksi, kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh faktor kesalahan manusia, faktor keahlian dan pengalaman, faktor lingkungan kerja, dan faktor komitmen perusahaan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini tentu merupakan hal yang tidak diharapkan, disatu sisi pelaksanaan pembangunan diharapkan dapat selesai secepat mungkin namun dari segi kecelakaan juga ditekan seminimal mungkin sehingga zero accident dari awal sampai proyek selesai. Permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum di Indonesia masih terabaikan, kurangnya perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan kerja merupakan nilai negatif terhadap perusahaan yang mengelola tersebut, masyarakat sering melihat sistem kesehatan keselamatan kerja pada proyek pembangunan kurang diperhatikan keselamatannya serta rasa tidak bertanggung jawabnya terhadap dampak lingkungan. Disamping Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut dari resiko yang mungkin muncul dapat dihindari, oleh dari itu pekerja harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), tetapi pada kenyataannya banyak pekerja yang tidak memperhatikan dan acuh pada keselamatan dan kesehatan kerja. MK - 193

Suizer (1999) salah seorang praktisi Behavioral Safety mengemukakan bahwa para praktisi safety telah melupakan aspek utama dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja yaitu aspek behavioral (perilaku) para pekerja yang berada dilapangan. Pernyataan ini diperkuat oleh John O. Cooper (2007) bahwa walaupun sulit untuk di kontrol secara tepat, 80% - 95% persen dari seluruh kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh unsafe behavior. Pendapat Cooper tersebut didukung oleh hasil riset dari NCS tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada tahun 2009 yang menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan kerja 88% adalah adanya unsafe behavior, 10% karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. Penelitian lain yang dilakukan oleh DuPont Company menunjukkan bahwa kecelakaan kerja 96% disebabkan unsafe behavior dan 4% disebabkan unsafe condition. Apabila sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak dilaksanakan dengan baik maka dampak yang ditimbulkan seperti kecelakaan kerja di proyek. Muncuk ketidakpatuhan dalam hal ini. Sehingga pertanyaan selanjutnya penyebab kecelakaan di proyek dari faktor manusia dan faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor dominan ketidakpatuhan pekerja konstruksi dalam bertindak tidak aman (unsafe action). 2. LANDASAN TEORI Pengertian K3 Menurut Mangkunegara (2002, hlm.163) K3 atau keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan saat bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja. Kecelakaan Pengertian Kecelakaan Kerja menurut Suma mur (1989) adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini berarti bahwa kecelakaan terjadi karena akibat dari pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga, semula tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik bagi manusia dan atau harta benda, Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dan tidak terencana yang mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik pada manusia, barang maupun lingkungan. Menurut Per 03/Men/1994 mengenai Program JAMSOSTEK, pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.( Bab I pasal 1 butir 7 ). Penyebab kecelakaan Menurut Anizar (2012), secara umum penyebab kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor lingkungan). Menurut penelitian bahwa 80%-85% kecelakaan disebabkan oleh unsafe action. Unsafe action dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut: Ketidakseimbangan fisik tenaga kerja, yaitu: - posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah - cacat fisik - cacat sementara - kepekaan pacna indra terhadap sesuatu Kurang pendidikan - Kurang pengalaman - Salah pengertian terhadap suatu perintah - Kurang terampil - Salah mengartikan SOP (Standard Operational Procedure) sehingga mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura-pura Mengangkat beban yang berlebihan MK - 194

Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja Suma mur (dalam Cecep, 2014, hlm.76) mengemukakan bahwa 80% - 85% kecelakaan disebabkan oleh kelalalian (unsafe human acts) dan kesalahan manusia (human error). Kecelakaan dan kesalahan tersebut meliputi faktor usia, jenis kelamin, pengalaman kerja dan pendidikan. Kesalahan akan meningkat ketika pekerja mengalami stress pada beban pekerjaan yang tidak normal atau ketika kapasitas kerja menurut akibat kelelahan. a. Faktor Pekerja 1) Giliran Kerja (Shift) Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh empat jam. Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran yaitu ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan ketidakmampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari. Pergeseran waktu kerja dari pagi, siang dan malam hari dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja. 2) Jenis Pekerja Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda diberbagai kesatuan operasi dalam suatu proses. b. Faktor Lingkungan 1) Lingkungan Fisik Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan dapat menghasilkan produksi yang maksimal dan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan, hal ini dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja disamping itu kebisingan juga dapat meyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau menetap. Nilai ambang adalah 85 dba untuk 8 jam kerja sehari atau 40 jam kerja dalam seminggu. Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor lingkungan yang memungkinkan penyebab kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produksi, hasil suatu produksi dari suatu proses, proses tersebut sendiri ataupun limbah dari suatu produksi. 2) Lingkungan Biologi Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun bintang lain yang ada di tempat kerja. Berbagai macam penyakit dapat timbul seperti infeksi, alergi, dan sengatan serangga maupun gigitan binatang berbisa bebagai penyakit serta bias menyebabkan kematian. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif secara deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan langsung ke lapangan serta membaca beberapa literatur sebagai bagian dari studi pustaka. Selanjutnya dibuat materi kuisioner untuk pekerja konstruksi. Dilanjutkan dengan wawancara untuk memperkuat hasil kuisioner. Pada bagian pembahasan dilakukan diskusi grup untuk membahas hasil temuan. Dan bagian akhir membuat simpulan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk dapat menganalisis kepatuhan kontraktor terhadap penerapan Peraturan-Peraturan K3 Konstruksi Indonesia, terlebih dahulu dilakukan pengolahan data terhadap penerapan peraturan-peraturan tersebut. Berdasarkan rekapitulasi data dapat diperoleh jumlah list kewajiban kontraktor yang diterapkan atau tidak diterapkan oleh kontraktor. Dengan membuat asumsi bahwa setiap list kewajiban kontraktor memiliki bobot penilaian yang sama, analisis kepatuhan kontraktor dirumuskan ke dalam tiga kategori sebagai berikut: a. Kategori kepatuhan terhadap Pengetahuan K3 Kategori yang diberikan kepada seluruh pekerja yang patuh menerapkan minimal 100% terhadap pengetahuan mengenai K3 Konstruksi Indonesia pada konstruksi bangunan. MK - 195

Gambar 4.1 Hasil pengolahan data kuisioner Pada hasil kuisioner yang didapat, responden menjawab dengan benar dan mengetahui, memahami, mengaplikasikan tentang bahaya yang terjadi di sekitar dan memahami tentang hal-hal yang perlu dihindari untuk menjaga keselamatan pada dirinya masing-masing. Responden dengan latar belakang yang berbeda-beda menjawab ya yang berarti memahami pertanyaan mengenai K3 di proyek konstruksi. Pada 30 responden, 30 memilih YA yang berarti 100% mengetahui tentang K3 di proyek konstruksi. b. Kategori kepatuhan terhadap Perilaku Kategori yang diberikan kepada seluruh pekerja yang menyadari tindakan atau perbuatan dari beberapa pekerja yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja di proyek konstrusi sebesar 93,89% dan 6 % lainnya tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa pekerja memperbesar kemungkinan terjadinya kecelaakaan akibat kerja. Yang dimana tindakan tesebut membahayakan dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan disekitarnya. Gambar 4.2 Hasil pengolahan data kuisioner Pada hasil kuisioner yang didapat, responden memiliki yang berbeda-beda menjawab ya yang berarti memahami tentang bahaya yang terjadi dan tidak sedikit pula yang masih belum menyadari bahaya yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja yang mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada dirinya, orang disekitar dan ligkungannya di proyek konstruksi. Pada 30 responden, 18 pertanyaan tentang perilaku, memilih YA yang berarti 93,89% perilaku pekerja menyadari tentang bahaya yang terjadi dan 6% sisanya memilih tidak atau belum menyadari akan bahaya yang timbul akibat perilaku yang membahayakan terhadap dirinya sendiri, orang lain maupun linngkungan sekitar di proyek konstruksi. c. Kategori Kepatuhan Peraturan Kategori yang diberikan kepada seluruh pekerja yang patuh menerapkan minimal mengenai K3 Konstruksi Indonesia pada konstruksi bangunan. MK - 196

Gambar 4.3 Hasil pengolahan data kuisioner Pada hasil kuisioner yang didapat, responden menjawab dengan benar dan mengetahui, memahami, mengaplikasikan tentang peraturan yang ditetapkan dan memahami tentang hal-hal yang perlu dihindari untuk menjaga keselamatan pada dirinya masing-masing. Responden dengan latar belakang yang berbeda-beda menjawab ya yang berarti memahami pertanyaan mengenai K3 di proyek konstruksi. Pada 30 responden, 30 memilih tabel YA yang berarti 100% mengetahui tentang peraturan K3 di proyek konstruksi. Gambaran umum penerapan K3 proyek Terdapat dua faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain (pengetahuan, sikap, motivasi, umur dan masa kerja) dan faktor eksternal antara lain (ketersediaan APD, peraturan keselamatan kerja, safety promotion, safety meeting, safety talk, dan safety patrol). Perilaku tentang kesadaran pada K3 di proyek konstruksi yakni perilaku tidak aman (unsafe action) dan perilaku aman (safety behavior). Menurut Henrich (1980) dalam Budiono (2009) perilaku tidak aman/unsafe action yaitu tindakan atau perbuatan dari seseorang atau bebrapa orang karyawan yang memperbesar kemungkinan terjadi kecelakaan terhadap pekerja di proyek konstruksi. Secara umum perilaku tidak aman pada pekerja konstruksi, diantaranya adalah tidak patuh terhadap praturan-peraturan dan prosedur keselamatan kerja, penyalahgunaan APD, kebiasaan merokok, bergurau, melakukan tindakan berbahaya dan yang lainnya yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan kerja. Adapun perilaku aman (safety behavior), menurut Henrich (1980) dalam Budiono (2009) perilaku aman adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap pekerja konstrusi. Faktor internal yang peneliti kaji didapat dari hasil wawancara dan observasi dilapangan yakni tentang pengetahuan dan perilaku tentang kesadaran yang berhubungan dengan perilaku tidak aman di proyek konstruksi. Faktor eksternal yang terdapat dari hasil wawancara dan observasi yakni antara lain (ketersediaan APD, peraturan keselamatan kerja, safety promotion, safety meeting, safety talk, dan safety patrol). Ketersediaan APD dalam hal ini merupakan salah satu bentuk dari faktor pendukung perilaku, dimana suatu perilaku otomatis belum terwujud dalam suatu tindakan jika terdapat fasilitas yang mendukung perilaku tersebut, penggunaan APD merupakan alternatif yang paling terakhir dalam hierarki pengendalian bahaya. Lebih baik mendahulukan tempat kerja yang aman, dari pada pekerjaan safety karena tempat kerja yang memenuhi standar keselamatan lebih menjamin terselengggaranya perlindungan bagi tenaga kerja. Pada penggunaan APD harus dipertimbangkan berbagai hal seperti pemilihan dan penetapan jenis pelindung diri, standarisasi, pelatihan memakai dan merawat APD, efektifitas penggunaan, pengawasan pemakaian, pemeliharaan dan penyimpanan, menurut tim K3 pada proyek konstruksi ketersediaan APD sangatlah terbatas, para pekerja menyayangkan pemasukan atau anggaran untuk tersedianya APD kurang diperhatikan. Peralatan seperti sarung tangan, helm, sepatu, dll terlihat sangat terbatas tidak sebanding dengan jumlah pekerja. Peraturan keselamatan merupakan dokumen tertulis yang mendokumentasikan standar norma, dan kebijakan perilaku yang diharapkan. Cara ini menghasilkan perubahan perilaku yang cepat tetapi perubahan tersebut belum tentu berlangsung lama karena didasari terjadi secara langsung maupun tidak langsung oleh kesadaran diri sendiri. Safety promotion atau promosi K3 adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan untuk mendorong dan menguatkan kesadaran perilaku pekerja tentang K3 sehingga dapat melindungi pekerja, properti, dan lingkungan. Program MK - 197

promosi K3 menjadi efektif apabila terdapat perubahan sikap dan perilaku pekerja. Safety promotion yakni tim ahli K3 pada proyek memakai APD lengkap, atau taat pada aturan. Adapun safety talk yakni para pekerja dan staff dikumpulkan pada hari Rabu jam 07.45 WIB dengan tujuan agar para pekerja dan seluruh staff yang hadir mengetahui dan diberikan arahan-arahan mengenai K3, mengingatkan peraturan yang telah ditentukan, dan dapat meningkatkan kesadaran dalam diri masing-masing agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pada hari sabtu dilakukan safety meeting yakni staff K3 dan pengawas K3 berunding dan berkumpul dengan staff sub con mengenai hal-hal yang diperlukan dalam cara menyadarkan, dan membahas tentang peraturan yang diperbaharui agar tercapainya zero accident pada proyek. Pada hari yang bersamaan pukul 09.00 WIB dilakukan safety patrol yakni mengawasi berbagai pekerjaan dengan staff K3 sekitar 15 orang, dan pada kegiatan ini setiap orang berkeliling dan mengunjungi setiap jenis pekerjaan yang terdapat pada proyek untuk mengingatkan kembali tentang bahaya-bahaya yang terjadi akibat kecelakaan kerja dan menyadari akan pentingnya menjaga diri setiap individu agar selalu aman di setiap pekerjannya masing-masing. Tabel 1 Komunikasi, Partisipasi, dan Konsultasi No. Informasi Media yang Digunakan 1. Informasi keterangan jam kerja proyek Papan pengumuman 2. Informasi peraturan keselamatan dan tata tertib pekerjaan di lokasi Spanduk dan poster proyek 3. Informasi mengenai jadwal dan waktu pekerjaan proyek Papan pengumuman dan pemberitahuan lisan 4. Identifikasi stakeholder (pihak-pihak yang berkepentingan dan Pemberitahuan lisan terkait) 5. Mekanisme partisipasi (saling memberi konsultasi dengan Pemberitahuan Lisan stakeholder dan panitia-panitia) 6. Informasi ketertiban kendaraan proyek dan umum yang masuk ke lokasi proyek Papan rambu-rambu pemberitahuan lisan, dan spanduk 7. Informasi menjaga kebersihan dilokasi proyek Spanduk dan poster 8. Informasi melalui Safety Talk Pemberitahuan Lisan 9. Informasi melalui Safety Meeting Pemberitahuan Lisan 10. Informasi melalui Safety Patrol Pemberitahuan Lisan Pengelolaan K3 proyek Manajemen mutu K3 pada proyek yang diterapkan perusahaan kontraktor untuk seluruh pekerja termasuk tamu proyek. Manajemen mutu ini ditujukan untuk mencapai zerro accident pada proyek. Manajemen mutu K3 ditunjukkan melalui: a. Seluruh karyawan memahami arti kebijakan mutu dan K3 perusahaan dan peran mereka dalam pekerjaan seharihari terhadap pencapaian sasaran mutu dan K3 departemennya; b. Menyusun dan meninjau secara berkala kebijakan mutu dan K3 perusahaan dan sasaran mutu dan K3 setiap departemen/proyek; c. Kebijakan mutu dan K3 ditinjau setiap 3 tahun; d. Sasaran mutu dan K3 ditinjau setiap 2 bulan pada saat rapat tinjauan manajemen; e. Meninjau pedoman mutu dan K3, prosedur-prosedur dan intsruksi kerja setiap 3 tahun dan merencanakan penyempurnaan bertahap semua prosedur. f. Memastikan ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan untuk menerapkan sistem manajemen mutu dan K3 yang telah ditetapkan; g. Menekankan kepada seluruh karyawan untuk memenuhi persyaratan pelanggan serta standar-standar dan peraturan-peraturan yang berlaku; h. Menetapkan nilai-nilai budaya perusahaan (cooperate values), yakni integritas, Komitmen, Kerjasama, Kepemimpinan dan Perbaikan berkelanjutan untuk mendukung tindakan yang positif terhadap pencapaian visi dan misi perusahaan. MK - 198

5. SIMPULAN Berdasaran pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan, pembahasan hasil penelitian bersama FGD dan obeservasi langsung di lapangan, maka dapat disimpulkan penyebab perilaku pekerja tidak aman, antara lain: a. Kurang pahamnya kontraktor terhadap penerapan peraturan-peraturan K3 konstruksi indonesia b. Minimnya alokasi biaya K3 c. Rendahnya prioritas terhadap penerapan K3 oleh para pekerja d. Sanksi pidana pelanggaran K3 ringan DAFTAR PUSTAKA Anizar. (2012). Teknik Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Yogyakarta : Graha Ilmu. Jerusalam, M. A & Khayati, E. Z. (2010). Keselamatan dan kesehatan kerja. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigasi No. Per.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Keselamatan dan Kesehatan. Sucipto, Cecep, 2014, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Gosyen Publishing, Yogyakarta. Ramli, Soehatman, 2010, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Dian Rakyat, Jakarta. Suma mur, 1985, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Gunung Agung, Jakarta. MK - 199

MK - 200