BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT. Halaman 1 dari 5. No. Dokumen... No. Revisi... RS ADVENT MANADO. Ditetapkan,

Trend Angka Infeksi Triwulan III Tahun 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah salah satu penyakit infeksi dengan angka

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam rangka mencapai tujuan Bangsa Indonesia. yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 perlu

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat pada pasien selama berada

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

Pendahuluan BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. nosokomial merupakan salah satu faktor penyabab kegagalan terapi di rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UNTUK WEBSITE DAN MADING TRIWULAN III TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

Ventilator Associated Pneumonia

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB I PENDAHULUAN. (Morgan, 2003). Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

Trend Angka Infeksi Rumah Sakit Tahun Trend Angka Infeksi Rumah Sakit Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare Associated Infection) merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di dunia. Di Indonesia, dalam penelitian di 11 rumah sakit di Jakarta pada tahun 2004 menunjukkan 9,8 persen pasien rawat inap mendapat HAI s. HAI s menurut WHO adalah adanya infeksi yang tampak pada pasien ketika berada di dalam rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, di mana infeksi tersebut tidak tampak pada saat pasien diterima dirumah sakit. HAI s ini termasuk juga adanya tanda - tanda infeksi setelah pasien keluar dari rumah sakit dan juga termasuk infeksi pada petugas - petugas yang bekerja di fasilitas kesehatan. Infeksi yang tampak setelah 48 jam pasien diterima dirumah sakit biasanya diduga sebagai suatu HAI s. HAI s terjadi diseluruh dunia, termasuk di negara - negara berkembang maupun negara miskin. Sebuah survei mengenai prevalensi HAI s yang dikelola WHO, pada 55 rumah sakit di 14 negara yang dibagi menjadi 4 wilayah, yakni Eropa, Mediterranian Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat, menunjukkan bahwa sekitar 8,7 % rumah sakit pasien mengalami HAI s, pada survei lain menyatakan sekitar 1,4 juta pasien di seluruh dunia mengalami HAI s. Dilaporkan 1

frekuensi paling tinggi terjadi pada rumah sakit di Mediterranian Timur sebesar 11,8 %, diikuti wilayah Asia Tenggara 10%, kemudian wilayah Pasifik Barat 9,0% dan diikuti Eropa 7,7 %. Menurut CDC, hasil survei di United State, terjadi peningkatan angka prevalensi HAI s dari 7,2% pada tahun 1975, menjadi 9,8 % pada tahun 1995. Infeksi saluran Kemih (ISK) merupakan HAI s yg paling sering terjadi. Sekitar 80% infeksi saluran kemih ini berhubungan dengan pemasangan kateter. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Panembahan Senopati Bantul, pada tahun 2013 jumlah penderita ISK mencapai 3.252 pasien Infeksi luka operasi / infeksi daerah operasi (ILO/IDO) adalah HAI s yang sering terjadi, insiden bervariasi, dari 0,5 sampai 15 %, tergantung tipe operasi dan penyakit yang mendasarinya. Kriteria dari infeksi luka infeksi ini yaitu ditemukan discharge purulen disekitar luka atau insisi dari drain atau sellulitis yang meluas dari luka. Infeksi biasanya didapat ketika operasi baik secara eksogen (dari udara, dari alat kesehatan, dokter bedah dan petugas - petugas lainnya), maupun endogen dari mikroorganisme pada kulit yang diinsisi. Pneumonia nosokomial (VAP) yang paling penting adalah penggunaan ventilator pada pasien di ICU di mana prevalensi terjadinya pneumonia sebesar 3% perhari. Mikroorganisme berkolonisasi di saluran pernafasan bagian atas dan bronchus dan menyebabkan infeksi pada paru ( pneumonia ). Sering merupakan endogen, tetapi dapat juga secara eksogen. Diketahui sekarang bahwa yang merupakan faktor risiko adalah tipe dan lamanya penggunaan ventilator, beratnya kondisi pasien atau ada atau tidaknya penggunaan antibiotik sebelumnya. 2

Bakteremia nosokomial (BSI) merupakan proporsi kecil dari HAI s (sekitar 5 %), tetapi angka kejadian fatal nya tinggi, lebih dari 50% untuk beberapa organisme. Infeksi mungkin kelihatan pada tempat masuknya alat intravaskular atau pada subkutaneus dari pemasangan kateter. Organisme berkolonisasi dikateter di dalam pembuluh darah dapat menghasilkan bakteremia tanpa adanya tanda-tanda infeksi dari luar. Flora normal yang sementara atau tetap pada kulit merupakan sumber infeksi. Faktor resiko yang utama dalam mempangaruhi HAI s ini adalah lamanya kateterisasi, level aseptik dan pemeliharaan yang kontinyu dari kateter. Bakteri dapat menyebabkan HAI s dengan beberapa cara seperti flora tetap atau sementara pada pasien (endogen), flora dari pasien atau petugas rumah sakit (eksogen), dan flora yang berasal dari ligkungan kesehatan. Flora dari pasien atau petugas rumah sakit (eksogen) bakteri dapat berpindah di antara pasien melalui kontak langsung di antara pasien (tangan, air ludah atau cairan tubuh lainnya), melalui udara (melalui ludah atau debu yang sudah terkontaminasi oleh bakteri pasien), melalui petugas yang terkontaminasi melalui perawatan pasien, misalnya handuk, pakaian, hidung dan tenggorokan, yang kemudian menjadi carrier sementara atau permanen, yang kemudian mentransmisikan bakteri ke pasien lainnya melalui kontak langsung ketika merawat. CDC memperkirakan sekitar 36% HAI s dapat dicegah bila semua petugas kesehatan diberikan pedoman khusus dalam pengkontrolan infeksi ketika merawat pasien, dan melalui objek - objek yang terkontaminasi oleh pasien, termasuk peralatan, tangan petugas, tamu atau sumber linkungan lain, misalnya air, cairan lainnya, makanan. 3

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XII/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan subspesialistik, serta memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau masyarakat, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk meningkatkan pelayanan yang optimal dan berkualitas rumah sakit melaksanakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Dalam pelayanan rawat inap pasien di kelompokkan berdasarkan kondisi, status dan golongan yang disebut dengan klasifikasi pasien. Tiap klasifikasi pasien dirawat di ruang rawatan yang merupakan sentral dari kegiatan pokok dalam proses penyembuhan pasien (Arwani dan Heru Supriyatno, 2004). Dalam pengelolaan ruangan sumber daya yang paling penting adalah perawat, di mana perawat yang selalu ada di ruangan dan merupakan jumlah terbesar dari seluruh petugas yang ada di sebuah rumah sakit. Keberadaan perawat sebagai ujung tombak pelayanan harus benar - benar diperhatikan dan dikelola secara profesional sehingga memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat dan juga untuk kemajuan rumah sakit itu sendiri. Sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi dan ditingkatkannya pendidikan tinggi keperawatan dari SPK ke D III dan S1, berlakunya undang-undang No. 23 tahun 1992, dan Permenkes No.647/2000, proses registrasi dan legalitasi keperawatan, sebagai bentuk pengakuan adanya kewenangan dalam melaksanakan praktek keperawatan profesional. Langkah awal yang perlu ditempuh adalah penataan pendidikan keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga diharapkan pada akhirnya semua tenaga 4

perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Nursalman, 2002). Berdasarkan jumlah perawat yang ada di RSUD Panembahan Senopati Bantul, pada bulan September tahun 2014 jumlah perawat mencapai 262 orang. Kualitas pelayanan keperawatan tidak terlepas dari peran klasifikasi pasien di ruang rawat inap, karena dengan klasifikasi tersebut pasien merasa lebih dihargai sesuai haknya dan dapat diketahui bagimana kondisi dan beban kerja perawat di masing - masing ruang rawatan. Dengan diketahui kondisi dan beban kerja di ruang rawat inap diharapkan dapat ditentukan kebutuhan kuantitas dan kualitas tenaga perawat yang diperlukan dalam ruang rawat inap sehingga tidak terjadi beban kerja yang tidak sesuai yang akhirnya menyebabkan stres kerja. Beban kerja erat kaitannya dengan produktifitas tenaga kesehatan, studi yang dilakukan oleh Gani (Yaslis Ilyas, 2000) menyatakan bahwa hanya 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan untuk pelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang. Produktifitas tenaga kesehatan dipengaruhi oleh beban kerja yang berlebih, sementara beban kerja tersebut disebabkan oleh jumlah tenaga kesehatan yang belum memadai. Pada tenaga kesehatan khususnya perawat analisa beban kerjanya dapat dilihat dari aspek-aspek seperti tugas - tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya, tugas tambahan yang ia kerjakan, jumlah pasien yang harus dirawatnya, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang ia peroleh, waktu kerja yang ia gunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap 5

hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik. Perawatan kateter urin adalah perawatan yang dilakukan menggunakan teknik aseptic dengan membersihkan permukaan kateter urin dan daerah sekitarnya agar bersih dari kotoran, smegma, dan krusta yang terbentuk dari garam urin (Gilbert, 2006). Berdasarkan rekomendasi AACN (2009) bahwa bagian dari perawatan kateter urin adalah hygiene rutin dua kali sehari di daerah perineal dan kateter urin. Pembersihan dapat dilakukan saat mandi dan setelah buang air besar. System drainase urin tertutup yang dirakit sebelumnya dan steril sangat penting dan tidak boleh dilepas sebelum, selama, dan sesudah pemasangan kateter (Hooton, 2010; Makic et al, 2011). Kantong penampung urin tidak boleh ditinggikan diatas kandung kemih pasien karena tindakan ini akan mengakibatkan aliran urin terkontaminasi dalam kandung kemih dari kantong penampung tersebut akibat gaya berat. Kantong penampung harus dikosongkan setiap 8 jam sekali melalui katub drainase (Makic et al, 2011). Kateter tidak boleh dibiarkan menetap lama disaluran kemih. Jika harus menetep lama, kateter harus diganti secara periodic sekitar seminggu sekali dan pemasangan tidak boleh dihentikan tanpa latihan kandung kemih (bladder training). Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh beban kerja perawat dan pelaksanaan SPO (Standar Prosedural Operasional) perawatan kateter di Rumah Sakit terhadap insidensi ISK. 6

B. Rumusan Masalah Adakah pengaruh beban kerja perawat dan kepatuhan pelaksanaan Standar Prosedural Operasional perawatan kateter di Rumah Sakit terhadap insidensi ISK? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Menganalisis pengaruh beban kerja perawat dan kepatuhan pelaksanaan Standar Prosedural Operasional perawatan kateter di Rumah Sakit terhadap insidensi ISK. 2. Tujuan khusus a. Menganalisis pengaruh beban kerja perawat terhadap insidensi ISK b. Menganalisis pengaruh kepatuhan pelaksanaan Standar Prosedural Operasional perawatan kateter di Rumah Sakit terhadap insidensi ISK c. Menganalisis pengaruh beban kerja perawat dan kepatuhan pelaksanaan Standar Prosedural Operasional perawatan kateter di Rumah Sakit terhadap insidensi ISK D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi pelayanan Rumah Sakit Penelitian ini memberikan gambaran pengaruh beban kerja perawat dan kepatuhan pelaksanaan Standar Prosedural Operasional perawatan kateter di Rumah Sakit terhadap insidensi ISK sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan manajemen 7

khususnya manajemen keperawatan yang berimplikasi kepada beban kerja perawat di Rumah Sakit khususnya ruang rawat inap, seperti penentuan kebutuhan tenaga perawat sesuai jumlah pasien. 2. Manfaat bagi pendidikan dan perkembangan ilmu keperawatan. Sebagai referensi bagi penelitian lanjutan mengenai beban kerja perawat dan kepatuhan pelaksanaan Standar Prosedural Operasional perawatan kateter di Rumah Sakit terhadap insidensi ISK 8

9