BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB II LANDASAN TEORI

juga kelebihan yang dimiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II LANDASAN TEORI. mengontrol diri sendiri. Self regulation merupakan penggunaan suatu proses yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, keterampilan dan kepintaran secara intelektual, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. SD dan SMP, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMA dan perguruan tinggi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. untuk siap menjadi tenaga terampil dan pandai matematika melalui penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997).

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali

BAB II LANDASAN TEORI. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan kata lain masa dewasa adalah masa di mana seseorang semestinya sudah

Ananda Maha Putri 1), Linda Fitria 2) Progarm Studi Bimbingan dan Konseling UPI YPTK Padang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Membaca. kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daripada psikologis yang berfungsi positif (Ryff, 1989).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja

terhadap kreativitas siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui motivasi belajar

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang melibatkan penguasaan suatu kemampuan, keterampilan, serta

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Defenisi Motivasi Pintrich & Schunk (2002) mendefenisikan motivasi sebagai proses yang mengarahkan pada suatu tujuan, yang melibatkan adanya aktivitas dan berkelanjutan. Sebagai sebuah proses, motivasi tidak dapat dilihat secara langsung, untuk itu motivasi dapat dilihat dan disimpulkan dari perilaku, seperti pilihan tugas, usaha, ketekunan dan verbalisasi. Motivasi melibatkan adanya tujuan yang mengarahkan dan mendorong untuk melaksanakan suatu tindakan. Motivasi juga melibatkan adanya aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental. Aktivitas fisik yang dimaksud berupa usaha, ketekunan dan berbagai tindakan nyata dan aktivitas mental adalah berbagai tindakan yang melibatkan kognisi, seperti merencanakan, mengorganisasikan, memonitoring, membuat keputusan dan menyelesaikan masalah (Pintrich & Schunk, 2002). Motivasi berasal dari bahasa lain yaitu movere yang berarti bergerak. Penggunaan Istilah bergerak (move) didasarkan pada pandangan umum mengenai motivasi, yaitu sesuatu yang membuat individu tetap bertindak, bergerak dan membantu individu untuk terus menyelesaikan pekerjaan. Sebaliknya, individu mengetahui dirinya sedang tidak termotivasi ketika 13

dirinya tidak menyelesaikan pekerjaannya dan hanya bermalas-malasan (Pintrich & Schunk, 2002). Menurut Santrock (2011) motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Sehingga, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang berenergi, terarah dan bertahan dalam waktu yang lama. Motivasi menyebabkan individu memiliki kekuatan dan menyebabkan individu bertindak atau berbuat untuk memenuhi motifnya. Sejalan dengan Santrock, Woolfolk (2004) mendefinisikan motivasi sebagai kondisi internal yang merangsang, mengarahkan dan mengatur perilaku. Motivasi juga diartikan sebagai konstruk teoritis yang dipergunakan untuk menjelaskan intensi, inisiatif, ketekunan dan kualitas dari sebuah perilaku, khususnya perilaku yang goal-directed (Maehr & Meyer dalam Brophy, 2004). Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah dalam hal belajar. Menurut Uno (2014), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil penguatan perilaku yang berlandaskan suatu tujuan dan demi mencapai tujuan tersebut. Menurut Brophy (2004), belajar mengacu pada permrosesan informasi, pemaknaan dan pemahaman atau penguasaan yang didapatkan melalui pengetahuan dan skill tertentu. Belajar juga dapat diartikan sebagai pengaruh permanen terhadap perilaku, pengetahuan, dan keterampilan dalam berpikir yang diperoleh dalam pengalaman (Santrock, 2011). Motivasi dapat mempengaruhi apa, kapan dan bagaimana individu dalam belajar (Schunk dalam Pintrich & Schunk, 2002). Individu yang 14

termotivasi dalam mempelajari suatu hal akan terikat dalam suatu aktivitas yang diyakini dapat membantunya dalam belajar seperti memperhatikan instruksi dengan baik, mengumpulkan dan mengorganisasikan materi yang akan dipelajari, membuat catatan, memeriksa tingkat pemahaman dan meminta bantuan ketika tidak memahami materi (Zimmerman & Martinez- Pons dalam Pintrich & Schunk, 2002). Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah proses yang mengarahkan individu pada suatu tujuan, yang mendorong individu melaksanakan aktivitas belajar, tetap melakukan kegiatan belajar dan membantu individu dalam melaksanakan aktivitas belajar yang kesemua perilakunya dapat terlihat dari perilaku pemilihan tugas, usaha, ketekunan dan prestasi individu. 2. Indeks Motivasi Indeks motivasi atau disebut juga dengan indexes of motivation merupakan indeks atau indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur motivasi (Pintrich & Schunk, 2002). Indeks motivasi ini terdiri dari pilihan tugas, usaha, ketekunan, dan prestasi. Sebagai sebuah proses, indeks motivasi ini akan menunjukkan ada atau tidaknya motivasi dalam diri individu (Pintrich & Schunk, 2002). Berikut ini akan dijabarkan mengenai masing-masing indeks tersebut. 15

a. Pilihan Tugas Teori motivasi ini memperhatikan alasan individu memilih suatu aktivitas dibandingkan dengan aktivitas lainnya. Pilihan tugas yang dimaksud adalah pemilihan tugas oleh individu dalam kondisi bebas atau tanpa syarat. Saat berada pada kondisi bebas untuk memilih tugas yang harus dikerjakan, individu akan memilih tugas yang berhubungan dengan apa yang menjadi ketertarikan mereka dan dengan demikian akan menunjukkan letak motivasinya. Mahasiswa afirmasi yang memilih melaksanakan aktivitas belajar ketika berada di kondisi bebas untuk memilih (misalnya saat memiliki waktu senggang) dapat dikatakan termotivasi untuk belajar, sedangkan mahasiswa afirmasi yang memilih untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan aktivitas belajar dapar dikatakan tidak termotivasi untuk belajar. b. Usaha Rajin belajar tentu tidak mudah untuk dilakukan. Individu yang memiliki motivasi tentunya mengeluarkan banyak usaha agar berhasil dalam belajar. Usaha sangat diperlukan terutama pada tugas yang sulit. Pelajar dituntut untuk mengeluarkan usaha mental yang lebih keras dalam proses belajar, yaitu dengan penggunaan strategi kognitif yang akan meningkatkan pembelajaran, seperti mengatur informasi, mengawasi tingkat pemahaman dan menghubungakan materi yang dipelajari satu sama lain. Namun, indikator ini dibatasi oleh skill atau kemampuan individu, 16

sehingga dalam beberapa kasus, individu bisa memperoleh hasil yang baik dengan usaha yang tidak begitu keras. Mahasiswa program afirmasi yang temotivasi untuk belajar tentunya akan mengeluarkan usaha maksimal dalam melaksanakan aktivitas belajar, misalnya dengan bertanya apabila tidak mengerti dengan materi perkuliahan, mempersiapkan diri sebelum mengikuti perkuliahan dengan terlebih dahulu membaca materi, mencatat materi perkuliahan yang pernting, dan sebagainya. Sebaliknya, mahasiswa program afirmasi yang tidak termotivasi tidak akan berusaha dengan maksimal dalam belajar. c. Ketekunan Ketekunan adalah waktu yang dihabiskan untuk terlibat dalam tugas belajar. Individu yang tetap berusaha meskipun kesulitan dikatakan sebagai individu yang memiliki motivasi yang tinggi, dengan belajar tekun maka individu akan memperoleh hasil yang memuaskan. Namun, sama dengan indikator usaha, ketekunan selalu dibatasi oleh kemampuan individu. Pada beberapa kondisi, individu tidak memerlukan waktu yang lama untuk belajar namun bisa memperoleh hasil yang memuaskan. Ketekunan sangat bermakna dalam proses belajar dan utamanya ketika individu menghadapi tantangan dalam belajar. Mahasiswa program afirmasi yang termotivasi untuk belajar tentunya akan menghabiskan banyak waktu untuk terlibat dalam aktivitas belajar, walau menghadapi banyak kesulitan mahasiswa program afirmasi yang termotivasi untuk belajar akan tetap berusaha dan terus melaksanakan 17

aktivitas belajar. Sebaliknya mahasiswa program afirmasi yang tidak termotivasi tidak menghabiskan banyak waktu untuk terlibat dalam tugas belajar dan akan menyerah ketika merasa kesulitan dalam belajar. d. Prestasi Prestasi merupakan dampak tidak langsung dari motivasi. Individu yang memilih untuk terlibat dalam suatu tugas, mengeluarkan banyak usaha, dan tekun akan memiliki prestasi yang baik pula. Akan tetapi indikator ini tidak boleh dipandang sebagai cerminan dari apa yang dipelajari oleh individu atau kualitas dari kemampuan kognitif dari individu. Mahasiswa program afirmasi yang termotivasi untuk belajar tentunya akan melaksanakan aktivitas belajar pada saat senggang, mengeluarkan usaha maksimal dalam belajar dan tentunya akan menghabiskan banyak waktu untuk terlibat dalam aktivitas belajar dan ketiga hal tersebut akan membuat mahasiswa program afirmasi memiliki prestasi yang memuaskan, namun apabila mahasiswa program afirmasi lebih memilih untuk tidak melaksanakan aktivitas belajar pada saat senggang, mengeluarkan usaha minimum dan hanya menghabiskan sedikit waktu untuk belajar, maka prestasi yang ditunjukkan juga tidak akan memuaskan dan menunjukkan bahwa mahasiswa program afirmasi tidak termotivasi untuk belajar. 18

3. Fungsi Motivasi Pada dasarnya motivasi dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku belajar (Uno, 2014). Motivasi merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembelajaran (Parsons, Hinson & Brown, 2001). Tidak hanya dalam belajar, motivasi juga akan mempengaruhi perfoma individu melalui kemampuan belajar, perilaku dan strategi belajar yang dialami sebelumnya (Pintrich & Schunk, 2002). Pintrich & Schunk (2002) menjelaskan bahwa motivasi dengan belajar dan performa memiliki hubungan timbal balik. Motivasi dapat mempengaruhi belajar dan performa individu dan apa yang dipelajari oleh individu dapat mempengaruhi motivasi individu. 4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Motivasi merupakan salah satu hal yang diperlukan dalam melaksanakan berbagi hal, salah satunya dalam hal belajar. Tran (2013), berpendapat bahwa motivasi dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti lingkungan yang tidak mendukung, keterlibatan orang tua, dukungan teman sebaya dan kondisi sekolah yang tidak mendukung. Sejalan dengan itu, Ullah,dkk (2013) menemukan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah teman sebaya dalam pembelajaran. Jika teman sebaya memberikan dukukan dan motivasi dalam pembelajaran maka individu juga akan terdorong untuk belajar. 19

Motivasi merupakan kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Uno (2014) ada 2 faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu faktor pribadi dan faktor lingkungan. a. Faktor Faktor Pribadi dalam Motivasi Menurut Uno (2014) ada dua hal yang berasal dari dalam diri yang mempengaruhi motivasi, diantaranya : 1) Motif berprestasi Motif berprestasi merupakan motif untuk berhasil dalam melakukan sesuatu. Motif ini sangat berpengaruh teradap performansi individu. Individu yang memiliki motif berprestasi tinggi akan berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas tanpa menunda pekerjaannya. 2) Menghindarkan kegagalan Inidividu menghindari kegagalan karena memiliki ketakutan yang bersumber dari kegagalan tersebut. Individu mungkin akan bekerja dengan tekun karena jika tidak maka ia akan mendapatkan malu dari orang lain atau diolok-olok oleh temannya atau dihukum oleh orang tuanya. b. Faktor Faktor Lingkungan dalam Motivasi Menurut Uno (2014) motif individu untuk melakukan sesuatu bisa dikembangkan, diperbaiki atau diubah melalui pengaruh lingkungan. Lingkungan mampu mempegaruhi individu melalui respon lingkungan terhadap suatu perilaku. Respon tersebut bisa melalui penguatan seperti 20

pujian, bantuan, nasihat dan penghargaan terhadap individu atau hukuman yang akan memperlemah suatu perilaku. B. Dukungan Sosial Teman Sebaya 1. Definisi Dukungan Sosial Teman Sebaya Dukungan sosial merupakan bantuan, penghargaan, perhatian dan kenyaman yang diperoleh individu dari orang lain atau dari kelompok sosial yang dimiliki individu (Sarafino, 2011). Individu yang mendapatkan dukungan akan merasa bahwa ia dicintai, berharga dan merasa menjadi bagian dari sebuah jaringan sosial. Dukungan sosial memiliki efek kausal dalam proses psikologis. Bahkan hebatnya dukungan sosial dapat digunakan untuk membantu orang yang sedang mengalami stress (Davidson,Neale & Kring, 2002). Menurut Cohen (2004) dukungan sosial mengacu pada sumber daya materi, informasi dan psikologis yang berasal dari jaringan sosial individu, dimana individu dapat memperoleh bentuan guna menghadapi masalah/stress yang dialaminya. Hogg&Vaughan (2011) menjelaskan bahwa dukungan sosial sangat diperlukan oleh individu. Untuk itu individu perlu memiliki jaringan dukungan sosial, yaitu orang-orang yang tahu dan peduli mengenai kita dan mereka yang siap untuk membantu pada saat mengalami kita sedang mengalami tekanan. Dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber. Orang-orang terdekat seperti orang tua, teman, sahabat dan saudara bisa menjadi sumber dukungan sosial. Dukungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan 21

sosial yang bersumber dari teman sebaya. Menurut Santrock (2009) teman sebaya adalah individu yang memiliki kesamaan usia atau tingkat kematangan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) teman atau disebut juga dengan kawan, sahabat atau orang yang sama-sama berbuat/bekerja dan sebaya diartikan sebagai sama atau sejajar, misalnya usia, kemampuan atau pendidikannya. Dari pengertian tersebut bisa dikatakan bahwa teman sebaya merupakan kawan yang sama atau sejajar dengan kita, baik usia, status maupun tingkatan pendidikannya. Teman sebaya yang dimaksudkan dalam pelitian ini adalah teman yang memiliki kesamaan daerah, jurusan dan tempat tinggal. Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya adalah suatu bantuan, perhatian, penghargaan dan kenyamanan yang diperoleh individu dari teman sebaya yang membuat individu penerima bantuan merasa terbantu, nyaman, diperhatikan dan merasa sebagai bagian dari kelompok sosial. 2. Bentuk Dukungan Sosial Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa individu perlu untuk mendapatkan dukungan sosial, namun yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dapat diberikan oleh dukungan sosial kepada individu. Untuk itu, berikut akan dijelaskan bentuk-bentuk dukungan sosial dan bentuk dukungan yang diberikan (Sarafino, 2011). 22

a. Dukungan Emosional Dukungan emosional adalah dukungan yang diberikan oleh teman sebaya dalam bentuk ekspresi perhatian (caring and concern) dan dorongan (encouragement) kepada individu. Individu yang menerima dukungan ini akan merasakan nyaman, diperhatikan, penghargaan, belongingness dan merasa bahwa dirinya dicintai. b. Dukungan Instrumental Dukungan ini diberikan dalam bentuk instrumen atau materi. Misalnya individu yang sedang kekurangan uang diberikan pinjaman uang. Dengan menerima dukungan jenis ini akan membantu individu dalam waktu tersebut dan juga akan merasa terbantu secara materi. c. Dukungan Informasional Dukungan sosial yang dapat diberikan adalah dukungan berupa nasehat, arahan, petunjuk atau feedback terhadap sesuatu yang dilakukan oleh individu. d. Dukungan Persahabatan Dukungan ini berupa ketersediaan orang lain untuk berbagi waktu dengan individu. Dukungan sosial ini membuat individu merasa sebagai anggota dalam suatu kelompok, ia bisa berbagi perasaan, informasi dan ketertarikannya. 23

3. Sumber Dukungan Sosial Dukungan sosial bisa berasal dari berbagai sumber, misalnya seperti keluarga, teman, rekan kerja, dokter, psikolog atau kelompok dukungan (Sarafino, 2011). Akan tetapi, ketersediaan dukungan sosial ini berbeda-beda tergantung pada gender, hubungan antara pemberi dan penerima dukungan sosial, konteks sosiokultural dan karakteristik kepribadian pemberi dukungan sosial (Cohen, 1992). Orang yang mendapatkan dukungan sosial yakin bahwa mereka dicintai dan beharga dan bagian dari jaringan sosial seperti keluarga atau kelompok dukungan dapat membantnya saat sedang membutuhkan pertolongan atau saat sedang dalam bahaya (Sarafino, 2011). 4. Faktor yang Mempengaruhi Perolehan Dukungan Sosial Tidak semua orang bisa memperoleh dukungan sosial ketika membutuhkannya (Sarafino, 2011). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perolehan dukungan sosial menurut Sarafino (2011). Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Penerima dukungan sosial yang potensial Individu yang tidak socialable cenderung tidak suka menerima dukungan sosial, begitu juga dengan individu yang tidak suka menolong orang lain, walau ia mengetahui bahwa ada yang sedang memerlukan bantuan. Ada juga individu yang tidak asertif menyatakan bahwa ia membutuhkan bantuan, merasa independen dan merepotkan orang lain dan juga tidak tahu siapa yang dapat dimintai tolong. 24

b. Pemberi dukungan sosial yang potensial Ada individu yang tidak sensitif dengan keadaan orang lain, tidak mempunyai sumber daya yang diperlukan atau berada dibawah tekanan, dalam keadaan tersebut individu tidak bisa mendapatkan dukungan sosial. Namun, perlu diingat bahwa ketersediaan dukungan sosial juga bergantung pada jaringan sosial yang dimiliki oleh individu. Ukuran, komposisi, kedekatan dan frekuensi pertemuan dengan individu dalam jaringan sosial akan mempengaruhi dukungan sosial yang diperoleh. c. Gender dan Sosiokultural Gender dan sosiokultural juga turut mempengaruhi dalam menerima dukungan sosial. Berdasarkan penelitian Greenglass&Noguchi (dalam Sarafino, 2011) dikatakan bahwa wanita menerima lebih sedikit dukungan sosial dari pasangannya, dibandingkan dengan lelaki dan lebih mendapatkan dukungan sosial dari temannya (sesama laki-laki). Faktor sosiokultural juga mempengaruhi, dibuktikan dengan penelitian Gottlieb&Green (dalam Sarafino, 2011), yang menyatakan bahwa orang kulit hitam memiliki jaringan sosial yang lebih kecil dibandingkan dengan orang yang berkulit putih dan orang Hispanik. Hispanik cenderung memperoleh dukungan sosial dari keluarga besarnya, sementara orang kulit hitam memperoleh dukungan sosial dari keluarga dan kelompok di gereja dan orang kulit putih memiliki banyak teman dan rekan kerja sebagai sumber dukungan sosialnya. 25

5. Dampak Dukungan Sosial Dukungan sosial memiliki dampak positif terhadap motivasi, hal ini dibuktikan dalam penelitian Tezci,dkk (2015) mengenai dukungan sosial dan motivasi. Menurut Tezci,dkk (2015) dukungan sosial memiliki peran yang signifikan terhadap motivasi dan pencapaian akademik individu. Dukungan, apresiasi dan pujian dari keluarga, teman sebaya dapat meningkatkan motivasi dan tingkat pencapaian akademik individu. Dukungan sosial memiliki dampak baik positif maupun negatif. Dukungan sosial dirasa berdampak positif apabila, dukungan sosial dapat membantu individu untuk mengatasi tekanan baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Cohen dan Wills, dalam Sarafino, 2011). Menurunkan tingkat kecemasan individu (Sarason, Pierce, Sarason, dalam Sarafino, 2011) dan meningkatkan perasaan diterima (sense of acceptance). Ketika lingkungan di sekitar individu sangat mendukung individu dalam waktu tertentu, maka tingkat kecemasan yang rendah serta rasa keberhargaan diri (self worth) akan menjadi bagian yang stabil dalam kepribadian individu. Dukungan sosial juga dapat memberikan dampak negatif, ada kondisi tertentu yang membuat individu tidak selalu merasakan dukungan sosial yang diterima adalah dukungan (Dunkel-Schetter & Bennet, 1990; Wilcox, Kasl, & Berkman dalam Sarafino, 2011). Hal ini terjadi apabila bantuan yang diberikan tidak sesuai atau diberikan dengan cara yang salah, atau individu merasa tidak membutuhkan bantuan. Terkadang individu juga 26

menganggap menerima bantuan adalah pertanda bahwa individu dianggap tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya dan akan mengakibatkan penuruan self-esteem (Lepore dalam Sarafino, 2011). C. Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program Afirmasi Papua di. Motivasi merupakan elemen yang sangat penting dan bahkan krusial dalam proses belajar (Parsons, Hinson, Brown, 2001). Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan apa, kapan dan bagaimana individu belajar (Pintrich & Schunk, 2002). Dengan adanya motivasi maka individu bisa memiliki penguat dalam belajar, memperjelas tujuan belajar dan memiliki ketekunan dalam belajar (Uno, 2014). Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan menunjukkan performa belajar (Iskandar, 2009) yang kemudian akan mempengaruhi hasil belajarnya. Puluhan mahasiswa program Afirmasi yang berasal dari Papua berada di USU, mahasiswa program afirmasi ini merupakan mahasiswa ras minoritas di USU dan dalam proses perkuliahannya mahasiswa program afirmasi menghadapi berbagai tantangan, seperti adaptasi dan stigma. Menariknya, sebanyak 18,3% mahasiswa afirmasi sudah berhenti kuliah dan mahasiswa program afirmasi yang bertahan memiliki prestasi belajar yang kurang memuaskan. Salah satu hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar adalah karena rendahnya motivasi. Menurut Sardiman (2014) individu melakukan sesuatu karena adanya motivasi adanya 27

motivasi yang baik dalam belajar tentunya akan menunjukkan hasil belajar yang baik pula. Rendahnya motivasi bisa disebabkan berbagai hal, berdasarkan informasi yang diperoleh dari mahasiswa yang berasal dari Papua, proses adaptasi, jauh dari orang tua, orang tua yang kurang memberikan dukungan dan perasaan berbeda menjadikan mahasiswa yang berasal dari Papua malas kuliah dan belajar. Berbagai penelitian menunjukkan pelajar minoritas menunjukkan motivasi yang rendah, seperti penelitian Tran (2013) yang menyatakan bahwa pelajar etnis minoritas memiliki motivasi yang rendah karena rendahnya kepercayaan terhadap pendidikan, sikap para pengajar terhadap individu, pengaruh dukungan orang tua, dukungan teman sebaya dan kurangnya kepercayaan individu terhadap sistem pendidikan. Motivasi juga bisa dipengaruhi oleh banyak hal, salah satu hal yang bisa mempengaruhi motivasi adalah dukungan yang diperoleh untuk belajar (Iskandar, 2009). Dukungan ini bisa berupa banyak hal, salah satunya adalah dukungan sosial teman sebaya. Dukungan sosial merupakan bantuan berupa bantuan fisik maupun psikologis yang diperoleh individu dari teman sebayanya yang membuat individu merasa terbantu dan nyaman (Sarfino, 2011). Dukungan sosial memiliki empat bentuk, yang pertama adalah dukungan emosional. Dukungan ini berupa perhatiaan, empati maupun dorongan kepada individu. Bentuk dukungan kedua adalah dukungan instrumental, yaitu bantuan berupa benda maupun tenaga yang diterima oleh individu pada saat dibutuhkan. Bentuk dukungan yang ketiga adalah dukungan informasional, yaitu bantuan 28

berupa nasihat atau arahaan dan yang terakhir adalah dukungan persahabatan, yaitu dukungan berupa kehadiran teman sebaya pada saat dibutuhkan (Sarafino,2011). Bentuk-bentuk dukungan sosial tersebut juga diperoleh oleh mahasiswa program afirmasi di USU. Misalnya, ketika sudah tidak memiliki uang lagi karena beasiswa yang tidak cair selama beberapa bulan, beberapa mahasiswa afirmasi memperoleh bantuan dari teman sebayanya berupa donasi uang. Tak jarang bantuan emosional juga diperoleh mahasiswa afirmasi melalui kata-kata penyemangat yang disampaikan oleh teman-temannya pada saat merasa tidak semangat atau pada saat sedih. Bantuan-bantuan yang diberikan oleh teman sebayanya tersebut membuat mahasiswa afirmasi merasa nyaman, terbantu dan juga lebih bersemangat. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Sarafino (2011), bahwa bantuan yang diperoleh pada saat individu benar-benar membutuhkannya akan berdampak positif pada individu, Penelitian Tezci,dkk (2015) menunjukkan bahwa dukungan sosial teman sebaya memiliki dampak positif terhadap motivasi. Hasil penelitian Tezci (2015) juga mengindikasikan bahwa dukungan sosial memiliki peran yang krusial dalam kesuksesan kehidupan pendidikan individu. Individu yang menerima dukungan sosial teman sebaya akan merasa lebih berharga dan bahagia. Dengan dukungan sosial dari teman sebaya berupa nasihat, materi dan penghargaan terhadap usahanya untuk belajar mahasiswa diharapkan menjadi lebih termotivasi, seperti yang diungkapkan oleh Iskandar (2009) adanya dorongan dan penghargaan bagi 29

peserta didik akan mendukung peserta didik untuk belajar dan mengadakan perubahan perilaku. D. Hipotetsis Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap motivasi mahasiswa program afirmasi Papua di Universitas Sumatera Utara. 30